Untuk Kesejahteraan Rakyat
B AB 5 |
AKUNT ABILIT
AS KINERJA
Capaian-capaian kinerja pada tabel kinerja tersebut diuraikan sebagai berikut:
• Jumlah lokasi fasilitas produksi panas
bumi Target lokasi pembangunan infrastruktur
bidang Panas Bumi pada tahun ini ditetapkan 1 lokasi dan dan realisasi 1 lokasi atau capaian
sebesar 100. Pencapaian realisasi tersebut didapat dari Pembangunan Infrastruktur PLTP
Mataloko Kapasitas 1x2,5 MW. Pada tahun 2012 adanya penambahan 2
lokasi yaitu di PLTP Ulubelu dan Ulumbu, sedangkan pada tahun 2011 ada penambahan
2 lokasi fasilitas produksi Panas Bumi yaitu Penambahan PLTP Lahendong Unit 4 20 MW
dan penambahan PLTP Ulumbu 100 KW. Untuk tahun ini 2013 realisasi 1 lokasi; yaitu
Pembangunan Infrastruktur PLTP Mataloko Kapasitas 1x2,5 MW.
• Jumlah lokasi fasilitas Pembangunan
Infrastruktur Bidang Digester Biogas Target lokasi pembangunan infrastruktur bidang
Digester Biogas yang telah ditetapkan adalah sejumlah 17 lokasi dengan realisasi sebanyak
32 lokasi atau capaian 188,23. Pembangunan Biogas yang bersumber dari APBN Ditjen EBTKE
adalah di 15 Lokasi; yakni: Kabupaten Blitar, Kediri, Lumajang, Malang, Mojokerto, Pasuruan,
Ponorogo, Tulungagung, Lima Puluh Kota, Sijunjung, Samosir, Sumba Barat Daya, Gorontalo
Utara, Bima, dan Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan pembangunan biogas dengan
sumber dana dari DAK 2013 tersebar di 17 lokasi; yakni: Kabupaten Musi Rawas, Ogan Konering
Ulu Selatan, Bondowoso, Lumajang, Situbondo, Bolaang Mongondow Utara, Gorontalo Utara,
Parigi Moutong, Tujo Una–Una, Konawe Selatan, Karangasem, Bima, Lombok Timur, Sumbawa,
Sumbawa Barat, Lombok Utara dan Sumba Tengah.
Pada tahun 2012 dibangun 10 lokasi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Jawa
Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, NTT. Pada
tahun 2013 realisasi 32 lokasi, 15 lokasi biaya APBN Ditjen EBTKE dan 17 lokasi dari biaya DAK
2013. Digester adalah suatu alat pengolah bahan
buangan limbah organik menjadi biogas. Kegunaan digester biogas antara lain sebagai
energi untuk memasak, mengurangi masalah sanitasi lingkungan dan lain-lain.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan baker khususnya minyak tanah dan
dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai
pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan
sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada
tanamanbudidaya pertanian. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya
slurry merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman.
• Jumlah lokasi fasilitas PLTMH
Pada tahun 2013 target lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTMH sebanyak 18 lokasi
dan realisasi 12 lokasi, atau capaian 66,67. Tidak tercapai target karena ada beberapa lokasi
yang gagal lelang.
• Jumlah lokasi fasilitas PLT Surya
Target lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS terpusat ditetapkan 93 lokasi dan realisasi
sebesar 121 lokasi atau capaian 130,11. Realisasi melebihi target, karena ada
anggaran yang tercantum dalam DIPA 2013 melebihi target penetapan kinerja. Realisasi
• •
• •
• •
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi 2013 Realisasi 2012
Capaian
• Intensitas Energi
1,52 1,55
2,55 101,9
• Jumlah Penurunan emisi CO
2
Juta Ton 9,8
9,57 4,25
97,7
98
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
pembangunan terdiri dari PLTS terpusat 15 kW 98 unit dan PLTS skala besar 21 unit serta PLTS
terinterkoneksi 1MW 2 unit.
• Jumlah lokasi fasilitas
Realisasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS terpusat pada tahun 2011 tidak ada
pembangunan. Tahun 2012 hanya terbangun 120 lokasi yang direncanakan dibangun
195 lokasi, hal ini disebabkan gagal lelang dibeberapa lokasi.
Sedangkan tahun 2013 direncanakan dibangun 93 lokasi, terbangunan 121 lokasi melebihi
target yang ditentukan sebesar 93 lokasi. dari 121 lokasi yang terpasang pada tahun ini 2013,
diperoleh kapasitas terpasang sebesar 5.305 kW.
Sasaran 5. Peningkatan eisiensi pemakaian dan pengolahan energi
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2013. Indikator kinerja sasaran
beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
1. Intensitas Energi
Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik
Bruto PDB. Semakin rendah angka intensitas, maka semakin eisien penggunaan energi di
sebuah negara. Elastisitas energi adalah perbandingan antara
laju pertumbuhan konsumsi energi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka
elastisitas, maka semakin eisien penggunaan energi di suatu negara.
Dalam penerapan program kegiatan konservasi energi maka perlu dihitung tingkat keberhasilan
penghematan energi yang dapat dilakukan. Keberhasilan penghematan energi secara nasional
diukur berdasarkan intensitas energi. Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan
untuk mendapatkan satu satuan PDB produk domestik bruto atau setara barel minyak per
miliar rupiah SBMMiliar Rupiah. Pada tahun 2013 terdapat penurunan intensitas
energi sebesar 1 dari tahun 2012, sehingga capaian intensitas energi tahun 2013 melebihi
target sebesar 101,9..
2. Penurunan emisi CO2
Pada tahun 2013 target penurunan Emisi Karbon Sub Sektor Energi adalah sebesar 9,8 juta ton
dan realisasi sebesar 9,57 juta Ton atau capaian 97,65. Realisasi tersebut tercapai dari kegiatan
yang terlaksana yaitu: •
Penerapan program kemitraan konservasi energi;
• Penyediaan dan Pengelolaan energi
baru Terbarukan dan Konservasi Energi PLTBiomass DME;
• Pemanfaatan Biogas;
• Penggunaan Gas alam sebagai bahan bakar
angkutan umum perkotaan; •
Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa;
• Reklamasi lahan pasca tambang.
Emisi gas rumah kaca dari sektor energi diperkirakan akan meningkat sekita 7 dari tahun
2006 hingga tahun 2025 sejalan dengan kenaikan konsumsi energi khususnya dari bahan bakar
minyak bumi. Penggunaan energi yang bersumber pada energi baru, peningkatan eisiensi energi dan
pengembangan teknologi yang bersih .
Untuk Kesejahteraan Rakyat
B AB 5 |
AKUNT ABILIT
AS KINERJA
Di sub sektor ketenagalistrikan, keterbatasan kemampuan penyediaan tenaga listrik untuk
memenuhi pertumbuhan beban akibat investasi untuk penambahan kapasitas terpasang relatif kecil.
Penambahan kapasitas pembangkit ini diakibatkan antara lain oleh keterbatasan kemampuan pendanaan
ketenagalistrikan baik dari Pemerintah, BUMN, maupun swasta dan rendahnya ketertarikan investor untuk
berinvestasi. Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi
sector ESDM, ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut:
Sasaran 6. Meningkatnya investasi sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui
pencapaian 1 indikator kinerja sasaran. Berikut adalah Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan
capaiannya: Total investasi sektor ESDM pada tahun 2013 mencapai
US 27,82 miliar, realisasi investasi ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar US 41,78 miliar
dan juga jika dibandingkan dengan investasi tahun 2012 sebesar US 29,76 miliar, terdapat penurunan
investasi sebesar US 1,94 miliar. Tidak tercapainya target investasi tahun 2013 ini
antara lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala seperti masalah penerapan
asas cabotage dan permasalahan tata ruang pada kegiatan migas. Sementara bidang ketenagalistrikan,
Tujuan II : Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM
Peningkatan jumlah produksi ESDM tidak dapat di lepaskan dari pertumbuhan jumlah investasi. Dengan
demikian jelas bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata
dan berkesinambungan juga dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi.
Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri,
karena mayoritas investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran, rencana
investasi sektor ESDM tahun 2010-2014 diperkirakan sekitar Rp. 1.480 triliun. Mayoritas investasi sektor
ESDM dilakukan dari Non-APBN yang terdiri dari swasta sekitar Rp. 1.016 triliun dan BUMN sekitar Rp. 384
triliun. Sedangkan porsi pendanaan Pemerintah dalam investasi tersebut hanya sekitar 5 atau Rp. 80,7 triliun.
Kementerian ESDM selalu berperan dalam mendorong peningkatan aktiitas investasi di sektor ESDM. Nilai
Investasi sektor ESDM sejak tahun 2005 hingga 2012 terus meningkat sekitar 67 dari US 11,9 miliar
menjadi US 29,76 miliar. Belum optimalnya investasi untuk pengembangan
sektor energi dan sumber daya mineral, disebabkan antara lain oleh tumpang tindih wilayah pertambangan
dengan kehutanan, perkebunan; lamanya pemberian izin pinjam pakai wilayah hutan; alokasi tanah adat
tanah ulayat, dan belum dicapainya nilai keekonomian harga uaplistrik dalam pengembangan panas bumi.
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi 2013
Realisasi 2012
Capaian
1 Jumlah Investasi Sektor ESDM :
US Milyar 41,78
27,82 29,76
66,58 Jumlah Investasi sub sektor migas
US Milyar 27,94
15,04 19,57
53,83 Jumlah Investasi bidang ketenagalistrikan
US Milyar 6,49
4,31 5,62
66,41 Jumlah investasi bidang mineral batubara
US Milyar 3,77
5,13 4,26
136,01 Jumlah Investasi energi baru terbarukan
US Milyar 3,13
3,34 0,31
106,83
Tabel 5.26 – Indikator Kinerja Sasaran 6