Sifat Kerja Otot Otot sebagai Alat Gerak Aktif

95 Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI disebut ekstensor meluruskan dan fleksor gerak membengkokkan, otot trisep dan otot bisep. Di samping itu, otot yang bekerja secara antagonis terjadi pada otot- otot yang bekerja abduktor menjauhi badan dan adduktor mendekati badan, contohnya pada gerakan tangan sejajar bahu dan sikap gerak yang sempurna. Gerak otot secara antagonis dapat anda lihat pada Gambar 4.23 Gambar 4.23 Sifat gerak antagonis pada otot. serat lurik otot bisep terkontraksi otot bisep terkontraksi siku lurus siku terefleksi menekuk ke dalam otot bisep terelaksasi Sumber: Jendela I PTEK, Tubuh Manusia, 2000 Di samping itu, otot juga memiliki sifat antagonis yang disebut depresor ke bawah dan elevator ke atas , contohnya pada gerakan merunduk dan menengadahkan kepala. Gerak antagonis yang lain adalah supinator membalik dan pronator menelungkup, contohnya pada gerak membalik dan menelungkupkan telapak tangan. b. Sifat Sinergis Otot Gerakan otot sifatnya sinergis, yaitu gerak otot yang apabila berkontraksi menimbulkan gerak searah. Gerak sinergis didapati pada gerakan menengadahkan telapak tangan atau menelungkupkan telapak tangan.

3. Mekanisme Sistem Gerak Otot

Untuk mengetahui mekanisme gerak otot, dua orang peneliti, yaitu Hansen dan Huxly pada tahun 1955 melakukan penelitian dengan cara mengamati gerakan otot menggunakan mikroskop elektron dan difraksi sinar X. Teori yang dikemukakan mereka sekarang dikenal dengan sebutan teori model Sliding Filamen. Teori ini menyatakan bahwa kontraksi otot terjadi sebagai akibat adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil. Kedua set filamen tersebut, yaitu filamen aktin dan filamen miosin. Kedua bentuk filamen tersebut dapat anda perhatikan pada Gambar 4.24 96 Bab 4 Sistem Gerak ATP-ase Teori di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat terjadi rangsangan yang diterima asetilkolin, rangsangan itu menyebabkan aktomiosin mengerut berkontraksi. Kontraksi yang terjadi membutuhkan energi. Pada saat kontraksi terjadi, filamen aktin akan berjalan di antara miosin ke dalam zona H zona H, yaitu bagian terang di antara dua pita gelap. Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap panjang, yaitu garis M anisotroppita gelap, sedangkan garis Z isotroppita terang dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi kontraksi. Bagian ujung miosin dapat berkaitan dengan ATP dan menghidrolisis ATP tersebut menjadi ADP. Energi dilepaskan dengan cara mencegah pemindahan ATP ke miosin yang diubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi tersebut kemudian berikatan dengan aktin membentuk jembatan silang. Selanjutnya, energi yang tersimpan pada miosin akan dilepaskan sehingga ujung miosin berelaksasi menghasilkan energi yang rendah. Relaksasi yang terjadi akan mengubah sudut ikatan ujung miosin menjadi miosin ekor. Ikatan yang terjadi antara miosin berenergi rendah dan aktin akan terpecah, pada saat molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Siklus tersebut akan terus berulang.

4. Timbulnya Energi untuk Gerak Otot

Adenosin Tri Fosfat yang dikenal sebagai ATP, merupakan penghasil energi utama untuk berkontraksinya otot. ATP dihasilkan dari proses oksidasi pembakaran karbohidrat dan lemak. Terjadinya kontraksi otot sebagai akibat adanya interaksi antara protein otot aktin dan miosin. Perhatikanlah diagram berikut Aktin + Miosin Aktomiosin pita miofibril daerah H garis Z miofilamen tipis aktin miofilamen tebal miosin garis M garis Z Gambar 4.24 Aksi aktin dan miosin.