Kulit Sistem Ekskresi pada Manusia

174 Bab 8 Sistem Ekskresi 3 Stratum granulosum Stratum granulosum merupakan lapisan yang disusun oleh sel-sel pipih berisi granula berwarna gelap mengandung keratohialin. Lapisan ini memiliki fungsi yang sama dengan stratum lusidium, yaitu mengganti sel-sel yang terdapat pada lapisan stratum korneum. 4 Stratum spinosum Stratum spinosum merupakan lapisan sel-sel bentuknya polihedral dan tersusun rapat, serta permukaannya menampakkan bentukan seperti duri. 5 Stratum germinativum Stratum germinativum merupakan lapisan yang tersusun atas selapis sel kubus. Lapisan ini aktif melakukan pembelahan dan berfungsi membentuk lapisan sel baru. b. Dermis Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis dan terdiri atas jaringan ikat yang mengandung serat-serat elastis dan kolagen. Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat glandula sundorifera, serta kelenjar minyak glandula sebassea yang letaknya dekat akar rambut. Kelenjar keringat berfungsi untuk mengeluarkan keringat yang mengandung zat sisa metabolisme. Kelenjar ini berbentuk seperti pipa terpilin yang memanjang. Pangkal kelenjar ini berhubungan dengan kapiler darah serta serabut saraf simpatik. Dari kapiler darah tersebut, kelenjar keringat akan menyerap air dengan larutan garam dan sedikit urea. Gambar 8.5 Keadaan kulit pada saat cuaca panas. Sumber: www.glycemicindex.com, 2006 175 Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Pengaturan kerja kelenjar keringat berada di bawah pengaruh pusat pengaturan suhu badan hipotalamus dan enzim brandikinin yang kerjanya dirangsang oleh perubahan suhu tubuh. Pada orang yang memiliki aktivitas yang cukup tinggi dalam kesehariannya, pengeluaran keringat akan lebih banyak dari kondisi normal sehingga air dan garam banyak yang terbuang. Hal ini akan mengakibatkan orang tersebut mengalami dehidrasi. Pada saat lingkungan sedang panas kelenjar keringat aktif dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya kapiler menyebabkan merembesnya air dan sisa metabolisme menjadi keringat. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan menyebabkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Berkeringat merupakan cara kulit menjaga keseimbangan suhu tubuh dengan lingkungannya. Ketika cuaca sedang buruk atau suhu lingkungan dingin, kelenjar keringat menghentikan aktivitasnya, kemudian kapiler darah di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak dapat membuang air dan sisa metabolisme. Dengan demikian, suhu tubuh tetap seperti semula, dan tidak berkurang suhunya. Penguapan sangat jarang terjadi agar tubuh tidak kedinginan.

3. Paru-Paru

Selain bekerja dalam proses pernapasan, paru-paru berperan ganda dalam proses pengeluaran. Satu-satunya alat yang dapat membuang sisa metabolisme dalam bentuk gas adalah paru-paru. Ekskresi paru-paru bersamaan dengan respirasi. Fase ekshalasi atau ekspirasi pada proses bernapas sebetulnya juga merupakan proses ekskresi. Karbon dioksida dan uap air adalah sisa respirasi dalam setiap sel tubuh, khususnya dilakukan oleh mitokondria dalam rangka perolehan energi melalui oksidasi makanan. Secara kimiawi, proses tersebut dapat ditulis sebagai berikut. C 6 H 12 O 6 + 6O 2 6CO 2 + 6H 2 O + energi gula oksigen dibuang dibuang dipakai Sisa respirasi berupa gas karbon dioksida dan uap air ini yang diembuskan keluar pada fase ekshalasi. Awalnya, karbon dioksida dan uap air dari sel didifusikan ke darah dalam vena, kemudian dialirkan ke paru-paru untuk diekskresikan.

4. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Peran utamanya membantu proses pencernaan makanan. Di dekat hati terdapat sebuah kantong kecil dengan warna 176 Bab 8 Sistem Ekskresi kontras, yaitu kantong empedu. Dari hati dikeluarkan cairan empedu yang mengandung zat-zat pengemulsi lemak, juga mengandung pigmen. Untuk lebih memahami materi mengenai sistem ekskresi yang dibahas pada bab ini, k u n j u n g i w eb si t e: h t t p : w w w . em c. maricopa.edu Jelajah Biologi tersebut. Hemoglobin tua diubah menjadi pigmen empedu. Saat cairan empedu memasuki usus, pigmen tidak turut dicernakan, hanya dilewatkan dan bersatu dengan tinja. Warna kuning tinja merupakan bukti adanya pigmen empedu. Jadi, sampah hemoglobin dibuang melalui tinja. Selain itu, aktivitas bakteri dari usus besar menyebabkan pigmen terserap ke dalam darah. Warna kuning pada plasma darah dan urin berasal dari pigmen empedu juga. Hati juga mensintesis sejumlah protein menjadi senyawa penetral racun, dan dapat menghancurkan bakteri dalam darah. Proses penetralan racun disebut detoksifikasi. Hati juga akan mengakumulasi racun yang sulit diuraikan dan disimpan di dalam hati agar tidak meracuni seluruh tubuh.

C. Gangguan pada Sistem Ekskresi

Mengingat fungsi ginjal yang amat penting bagi kelangsungan hidup organisme maka semaksimal mungkin segala gangguan terhadap ginjal harus dihindarkan. Akan tetapi, ini merupakan pekerjaan berat. Banyak kelainan dan gangguan pada fungsi ginjal, di antaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Diabetes

Penyebab diabetes ada dua macam. Pertama diabetes insipidus, terjadi akibat ketidakmampuan si penderita untuk memproduksi hormon ADH. Ketiadaan ADH menyebabkan penderita selalu ingin kencing, hampir sebanyak 20 kali sehari. Akibatnya penderita selalu merasa haus sekali. Kedua, yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah penyakit yang diakibatkan kegagalan pankreas memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah agar tidak melebihi normal. Berlebihnya gula dalam darah tidak mampu Gambar 8.6 Hati. Pigmen empedu merupakan hasil penghancuran sel-sel darah merah yang sudah tua dan ditumpuk di hati. Hati mengubah dan menghancurkan sampah Sumber: Encarta, 2005 Pembuluh hati Empedu