Garis Pertahanan Pertama Mekanisme Pertahanan Nonspesifik

242 Bab 11 Sistem I mun c. Sekresi Kulit dan Membran Mukosa Kulit mampu mensekresikan protein anti mikroba seperti lisosim. Selain itu, kulit dilengkapi saliva pada daerah mulut, air mata di daerah mata dan sekresi mukosa pada bagian-bagian lain. Semua sekresi ini mampu mencuci dan merusak dinding sel bakteri.

2. Garis Pertahanan Kedua

Sumber: Encarta, 2004 Gambar 11.4 Sistem limfa. Sel-sel fagositosit dan limfosit dihasilkan di sumsum tulang, sedangkan sel T menjadi dewasa di limfa. Tidak banyak mikroorganisme yang mampu melewati garis pertahanan pertama. Jika mikroorganisme mampu melewati garis pertahanan pertama ini maka ia akan berhadapan dengan garis pertahanan kedua. Pertahanan kedua dilakukan oleh sel-sel fagositosit, peradangan, dan protein antimikroba. Sel-sel fagositosit selalu beredar dalam jaringan, pembuluh darah dan sistem limfa. Setelah beredar ke jaringan, sel-sel fagositosit tidak kembali ke pembuluh darah, tetapi ke sistem limfa. Sistem limfa merupakan suatu sistem pembuluh terbuka. Gambar 11.4 di samping memperlihatkan sistem limfa. Pembuluh-pembuluh ini membuat simpul pada beberapa tempat seperti lipatan paha, ketiak, lipatan siku dan leher. Di tempat ini mikroba yang menginfeksi tubuh akan dicerna oleh sel fagositosis. a. Fagositosis Sumber: Encarta, 2004 Gambar 11.5 Fagositosis oleh makrofaga. Sel-sel fagosistosis menelan dan mencerna fagositosis benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Fagositosis dilakukan oleh sel darah putih. Jenis-jenis sel darah putih yang dapat melakukan fagositosis adalah neutrofil, monosit, eosinofil, dan sel pembuluh alami natural killer, NK. Jika sel telah dirusak oleh mikroba maka sel tersebut akan mengirimkan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil untuk datang. Neutrofil akan memasuki jaringan yang terinfeksi lalu menelan dan mencerna semua mikroba yang ada. 243 Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Jenis sel darah putih lain yang dapat melakukan fagositosis adalah sel monosit. Ketika suatu jaringan terinfeksi, sel monosit akan keluar dari saluran darah menuju jaringan tersebut. Sel monosit kemudian berubah menjadi sel makrofaga yaitu sel fagositosis yang besar. Makrofaga melakukan fungsinya dengan menjulurkan kaki pseupodia, mengikat dan menelan mikroba. Di dalam sel makrofaga, mikroba kemudian akan dicerna oleh enzim lisosom. Gambar 11.6 Sel fagositosis dan limfosit berasal dari induk yang sama. Sel B Sel T Limfosit Monosit Neutrofil Eosinofil Basofil Sel induk mieloid Sel induk pluriprotein Sel induk limfoid Gambar 11.7 Respons peradangan sebagai suatu sistem imunitas. 1 ketika kulit ditembus, bakteri langsung menyerang jaringan. Sel yang terinfeksi melepaskan histamin. 2 histamin merangsang pembesarandibatasi pori prakapiler sehingga fagosit dan cairan keluar menuju jaringan yang diserang. 3 sel-sel fagosit menelan semua bakteri penyerang dan sel-sel yang telah rusak. 1 2 3 b. Peradangan Jika mikroba telah merusak jaringan, sel-sel jaringan yang telah rusak tersebut kemudian akan mengirimkan sinyal. Sinyal pertama adalah histamin yang mengakibatkan peradangan, sedangkan yang kedua adalah interferon yang akan menyiagakan sel-sel lain. 1 Histamin Sinyal yang diberikan oleh sel terinfeksi akan ditangkap oleh sel darah putih jenis basofil yang kemudian akan melepaskan histamin ke jaringan. Histamin menyebabkan pembuluh darah prakapilker sekitar jaringan membesar, sedangkan pembuluh vena mengecil. Dengan keadaan demikian jaringan mengalami pembengkakan atau peradangan. Mekanisme peradangan dan perbaikan jaringan dapat dilihat pada gambar berikut.