108
Bab 5
Sistem Peredaran Darah
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Peranan lain eritrosit adalah menjaga keseimbangan asam-basa cairan darah dan juga mengangkut O
2
di dalam tubuh. Setiap molekul hemoglobin Hb mengandung 4 atom besi dan setiap atom besi dapat
mengangkut 1 molekul oksigen O
2
. Molekul-molekul oksigen tersebut diangkut
oleh Hb dalam bentuk oksihemoglobin. Jumlah eritrosit pada seorang pria dewasa ± 5.400.000 sel per mm
3
dan pada seorang wanita dewasa ± 4.800.000 sel per mm
3
. Diameter sel-sel ini sekitar 7 mikron dengan ketebalan 2 mikron, sedangkan kadar hemoglobin normal berkisar antara
14 sampai 16 gram per 100 milimeter darah. Pembentukan eritrosit terjadi di dalam sumsum tulang pipih tulang belakang
dan tulang pipa . Umur eritrosit rata-rata 120 hari, setelah itu akan dihancurkan di
dalam limpa dan hati. Kurang lebih 3 juta sel yang dihancurkan setiap detiknya dan sebanyak itu pula harus dihasilkan eritrosit yang baru. Senyawa hemin dari hemoglobin
yang sudah dihancurkan diubah menjadi pigmen empedu berupa biliverdin dan
bilirubin . Sebagian besar zat besi dari penghancuran haemoglibin tersebut diangkut
kembali ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan eritrosit baru.
2. Leukosit Sel Darah Putih
Leukosit atau sel darah putih tidak mengandung pigmen, diameternya rata-rata lebih
besar daripada eritrosit, yaitu berkisar antara 8 sampai 15 mikron dan masing-masing
mengandung inti sel. Pembentukan leukosit terjadi pada limfa, kelenjar-kelenjar limfoid, dan sumsum
merah pada tulang. Pada seorang dewasa dalam keadaan normal, jumlahnya lebih kurang 5.000
sampai 10.000 sel per mm
3
darah. Jumlah leukosit dapat meningkat dengan
cepat pada penderita penyakit tertentu, keadaan ini disebut
leukositosis , misalnya pada penderita
radang paru-paru. Pada penderita leukimia, jumlah leukosit dapat mencapai 1 juta per mm
3
atau lebih dan ini sangat berbahaya karena sel-sel pada sumsum tulang yang menghasilkan eritrosit digantikan oleh sel-
sel leukimia sehingga menghambat pembentukan eritrosit. Lain halnya dengan penyakit tipus, jumlah leukosit menurun karena penyakit ini
merusak jaringan-jaringan limfoid yang banyak terdapat pada dinding usus. Kekurangan sel-sel darah putih ini disebut
leukopeni.
Leukosit dikelompokkan berdasarkan keberadaan butiran-butiran yang terdapat pada cairan selnya menjadi
agranulosit, yaitu leukosit yang tidak memiliki butiran-
Gambar 5.3 Macam-macam sel
darah putih. a limfosit; b monosit; c eosinofil;
d basofil; e neutrofil.
Sumber: Biology, 1999
a b
c
d e
109
Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI
butiran sehingga cairan sel jernih, tetapi memiliki satu inti yang besar. Jenis sel darah putih ini dihasilkan oleh jaringan-jaringan limfoid dan dapat dibedakan menjadi
limfosit
dan monosit. Bentuk leukosit lain adalah
granulosit, pada cairan sel terdapat butiran-
butiran yang menyerap zat warna tertentu dan inti sel berlekuk-lekuk. Granulosit dihasilkan oleh sumsum merah pada tulang dan dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan
kemampuannya menyerap zat warna menjadi
neutrofil, eosinofil, dan basofil.
a. Limfosit mengandung sedikit cairan sel dan mempunyai sifat amuboid sehingga
dapat keluar dari pembuluh darah. Jenis sel darah putih ini sangat berperan dalam melawan bakteri penyebab penyakit karena kemampuannya untuk
menghasilkan zat-zat antibodi.
b. Monosit mengandung banyak cairan sel dan bersifat fagosit terhadap bakteri.
Jumlahnya menempati urutan ketiga paling banyak setelah neutrofil dan limfosit. c.
Neutrofil merupakan jenis leukosit yang paling banyak, yaitu antara 65 sampai 705 dari seluruh jumlah leukosit. Bentuk intinya beraneka ragam dan pada cairan
sel terdapat butiran-butiran yang menyerap zat warna netral Neutrofil bersifat
amuboid dan fagosit.
d. Eosinofil memiliki inti yang terdiri dari dua belahan dan butiran-butiran pada cairan
selnya dapat menyerap zat warna eosin yang bersifat asam. Eosinofil bergerak lambat dan bersifat
fagosit terhadap partikel-partikel asing di sekitarnya. Jumlah
eosinofil meningkat pada keadaan alergi, misalnya asma dan infeksi cacing tambang. e.
Basofil memiliki inti yang berbentuk seperti huruf S, butiran-butiran pada cairan selnya dapat menyerap zat warna yang bersifat basa. Geraknya lambat dan
peranannya masih belum jelas.
3. Keping-Keping Darah Trombosit
Komponen darah yang satu ini berupa kepingan-kepingan platelet yang tidak berinti. Oleh karena itu, kurang tepat jika disebut sebagai trombosit yang berarti sel
darah pembeku. Keping-keping darah bentuknya tidak beraturan dengan ukuran lebih kecil daripada eritrosit serta tidak berwarna dan juga tidak dapat bergerak
sendiri, tetapi hanya mengikuti aliran darah. Dalam keadaan normal jumlahnya ± 250.000 keping per mm kubik. Keping darah ini berasal dari megakaryosit di
dalam sumsum merah pada tulang dan berperan dalam
proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah merupakan suatu proses yang rumit dan melibatkan
banyak faktor antihemofili, yaitu faktor-faktor yang berperan untuk menghentikan perdarahan. Proses pembekuan darah dimulai ketika terjadi kerusakan pada pembuluh
darah yang menyebabkan keping-keping darah keluar dari pembuluh bersama-sama dengan komponen darah lainnya. Keping-keping darah mudah pecah setelah
bersinggungan dengan udara atau permukaan yang kasar sehingga enzim tromboplastinogenase yang terdapat di dalamnya keluar dan bercampur dengan
plasma darah.