Respirasi Eksternal Pengangkutan Gas Oksigen dan Karbon Dioksida

150 Bab 7 Sistem Pernapasan

3. Respirasi I nternal

Oksigen yang diperoleh dari lingkungan digunakan pada proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sedangkan sebagai hasil sampingannya adalah karbon dioksida yang harus dikeluarkan dari tubuh. Proses respirasi internal sering kali disebut sebagai respirasi seluler, karena proses respirasi ini terjadi di dalam sel, yaitu di dalam sitoplasma dan mitokondria. Respirasi internal atau seluler terjadi melalui beberapa tahap, yaitu glikolisis, siklus krebs, dan transport elektron transfer elektron yang akan dipelajari di kelas XII.

C. Organ Pernapasan

Pada mamalia, paru-paru terdiri dari beberapa gelambir. Bronkus memasuki paru-paru kemudian bercabang-cabang sampai akhirnya ke bagian yang meng- gelembung berdinding tipis, disebut alveoli, selalu basah dan banyak mengandung kapiler darah. Alveoli merupakan tempat pertukaran oksigen dengan karbon dioksida. Jumlah alveoli pada satu paru-paru sangat banyak mencapai puluhan juta sampai ratusan juta. Jumlah alveolus yang banyak memperluas area pertukaran gas di paru-paru. Dengan demikian, permukaan paru-paru yang sangat luas memungkinkan pengambilan oksigen dengan leluasa. Sebagai salah satu anggota mamalia, manusia memiliki paru-paru dengan ciri seperti yang telah diutarakan di atas. Jumlah alveolusnya 300 juta buah, dengan luas jika dibentangkan sekitar 70 m 2 . Dengan keadaan luas paru-paru seperti itu, maka respirasi menjadi lebih efisien dan perolehan oksigen akan menjamin hidup manusia. Alveolus memiliki dinding yang tipis terbuat dari epitel selapis pipih. Paru-paru manusia Gambar 7.1 Bagian-bagian dalam paru-paru pada mamalia. Selain pembuluh darah, di dalam paru-paru juga terdapat pembuluh limfa Sumber: Biology, 1999 faring laring esofagus t rakea paru-paru kanan bronkus bronkiolus diafragma jantung hidung paru-paru kiri alveoli ujung bronkiolus 151 Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI dibatasi oleh pleura yang sangat elastis. Demikian pula dengan dinding rongga dada bagian dalam, dibatasi oleh pleura. Di antara pleura paru-paru dengan pleura rongga dada terdapat cairan intrapleura. Tekanan intrapleura lebih rendah daripada tekanan udara luar. Hal ini memudahkan pemasukan volume udara ke rongga dada. Sebelum memasuki rongga dada, udara masuk ke rongga hidung. Di sini rambut hidung menyaring partikel kotoran, debu, atau serangga kecil. Selanjutnya, udara dihangatkan, dilembap- kan agar oksigen terlarut, dan dibersihkan sekali lagi oleh mukus lendir yang terdapat di permukaan dinding rongga hidung. Membran mukosa yang terdapat di sepanjang rongga hidung sangat banyak mengandung serabut saraf dan pembuluh darah. Keadaan ini sekaligus untuk mendeteksi gas kimiawi yang berasal dari bau- bauan. Dalam hal ini hidung berperan sebagai alat indra. Selanjutnya, udara yang telah hangat dan lembab memasuki faring, sebuah saluran sepanjang kurang lebih 10 cm. Faring merupakan penghubung antara rongga mulut, kerongkongan, dan rongga hidung. Meskipun faring merupakan tempat bertemunya saluran pencernaan esofagus, dari mulut ke lambung dengan saluran udara trakea, dari hidung ke paru-paru, tidak terdapat masalah yang menyebabkan makanan salah masuk ke tenggorokan atau udara masuk ke kerongkongan, sebab terdapat mekanisme refleks yang mengatur penyalurannya. Jika kita menelan sesuatu, jalan masuk udara ke faring tertutup. Anak tekak atau uvula melipat ke belakang dan menutup bagian atas faring. Sebaliknya jika menarik napas, uvula bergerak ke tempat semula. Dengan demikian, antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan tidak saling mengganggu. Namun, adakalanya ketika kita makan sambil berbicara, makanan secara tidak sengaja masuk ke saluran pernapasan sehingga menyebabkan peristiwa tersedak. Saat terjadinya peristiwa tersedak, tubuh akan berusaha untuk mengeluarkan kembali makanan yang masuk secara refleks. Mekanisme menelan dan bernapas diatur sedemikian rupa oleh katup epiglotis serta gerakan ke atas oleh laring sewaktu menelan sehingga saluran ke rongga hidung tertutup rapat dan berjalan normal kembali. Tokoh Pernapasan dan Pembakaran John Mayow 1640- 1679, seorang ahli hukum I nggris yang kemudian menj adi dokt er, melakukan banyak penelit ian Sumber: Jendela I PTEK 6, 2000 mengenai pernapasan. I a membukti- kan b ah w a ot ot - ot ot d ad a d an d i af r ag m a m em b u at p ar u - p ar u menegang dan mengembang seperti pom pa angin saat m em asukkan udara. I a juga menunjukkan bahwa p en g elu ar an n ap as m er u p ak an proses yang tak melibatkan otot-otot, tetapi disebabkan oleh kemampuan paru-paru mengempis secara alami. Dengan m em asukkan binat ang- binatang dan api ke dalam gelas yang tertutup rapat sendiri-sendiri atau ber- sama-sama, Mayow mendemonstrasi- kan bahwa mereka menggunakan sejumlah zat tertentu dari udara yang sama; membuat pernapasan seperti pembakaran. Zat tertentu tersebut, di kemudian hari diidentifikasikan dan diberi nama oksigen.