248
Bab 11
Sistem I mun
Tabel 11.1 Penggolongan Darah Berdasarkan Antibodi dan Antigen
Edward Jenner 1779 – 1823 adalah orang yang pertama kali melakukan
v ak si n asi . Jen n er m el ak u k an vaksinasi untuk penyakit smallpox
dan usahanya ini menjadi dasar bagi imunologi. Gambar di atas mem-
perlihatkan Jenner sedang melaku- kan vaksinasi pada Faheon pada
tahun 1796. Jenner mendapatkan ilmu vaksinasi setelah mengamati
bahwa orang yang telah sembuh dari p en y ak i t sm al l p o x t i d ak ak an
terserang untuk kedua kalinya.
Sumber: Encarta 2004
Orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah semua golongan
darah. Mereka yang mempunyai golongan darah O dapat mendonorkan ke semua
golongan darah. Jika suatu transfusi antara reseptor dan donor bertentangan, darah
penerima akan mengalami penggumpalan darah. Reaksi antigen terhadap sel dan
antibodi di dalam plasma akan mengakibatkan penggumpalan pada kapiler,
merusak sel, dan melepaskan hemoglobin yang dapat mengkristal di dalam ginjal dan
mengakibatkan kegagalan ginjal.
b. Golongan Darah Rh
Golongan darah Rh terdiri dari Rh positif Rh
+
yang membuat antigen Rh dimana golongan darah
Rh negatif Rh
–
yang tidak bisa. Penyakit hemolitik
pada anak baru lahir HDN diakibatkan oleh ketidakcocokan antar Rh
-
dari ibu dengan Rh
+
dari janin.
Darah Rh
+
dari janin masuk ke sistem imunitas si ibu selama proses kelahiran, menyebabkannya menghasilkan antibodi Rh. Anak pertama pada umumnya tidak
terpengaruh, namun janin dengan Rh
+
berikutnya akan menyebabkan reaksi sistem imunitas sekunder yang hebat. Untuk mencegah HDN, ibu dengan Rh
-
diberikan antibodi Rh selama kehamilan pertama dengan demikian tidak akan menyerang janin.
3. Alergi dan Kekacauan Sistem I mun
Sistem imunitas dapat bertindak melebihi batas yang menyebabkan alergi atau autoimun.
Penyebab alergi adalah unsur yang menyebabkan alergi, meliputi debu, spora, serbuk sari, makanan tertentu, dan beberapa jenis obat.
Tokoh
Golongan Antibodi Antigen
A B
AB O
B A
– AB
A B
AB –
249
Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI
Virus flu burung H5NI menjadi virus yang menakutkan belakangan ini. Virus H5NI sebenarnya menyerang unggas, namun karena dapat bermutasi maka dapat
menyerang manusia juga. Serangan virus ini sangat cepat bahkan fatal dengan gejala seperti demam. Sampai saat ini vaksin H5NI untuk manusia belum ditemukan.
Pertanyaan: Seperti yang kita ketahui unggas dapat dengan mudah menyebar dan berpindah
karena dapat terbang, sehingga virus ini mudah tersebar ke mana-mana. Menurut Anda tindakan pencegahan seperti apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari
serangan virus H5NI ?
Salingtemas
Gambar 11.11 Respon alergi pada kontak pertama antara limfosit dengan penyebab
alergen, dibentuk antibodi yang spesifik terhadap antigen dengan kontak kedua kali
antibodi langsung memacu limfosit mengeluar- kan histamin sehingga mengakibatkan
peradangan.
Sistem imunitas mengingat per- bedaan antara sel tubuh dan penyerang
asing. Penyakit autoimun terjadi ketika
sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel dan diri sendiri.
Penyakit artitis, sclerosis kompleks, lupus erythematosus, dan rheumatoid
artistic adalah sebagian penyakit dari autoimun.
4. I munodefesiensi
Imunodefesiensi diakibatkan oleh kegagalan atau kekurangan satu atau
lebih bagian sistem imunitas. Individu yang menderita imunodefisiensi peka terhadap
penyakit yang secara normal tidak akan mengganggu kebanyakan orang-orang.
Kelainan genetis, Penyakit Hodgkin’s,
Alergen antigen
I gE
Sel mast
Histamin dan agen
peradangan lain Granula
kemoterapi kanker, dan terapi radiasi dapat menyebabkan penyakit imunodefisiensi. Sindrom imunodefisiensi dari virus HIV AIDS adalah suatu kasus penurunan
imunitas akibat pembinasaan T sel oleh virus HIV. HIV secara selektif menginfeksi
dan membunuh sel T penolong. RNA sel T diubah menjadi DNA virus HIV oleh
enzim kebalikan transcriptase. DNA ini kemudian disatukan ke dalam kromosom manusia selama berbulan-bulan atau tahunan perhatikan Gambar 11.12
Setelah kontak dengan penyebab alergi, sistem imun membuat antibodi dari sel B dan sel T memori. Kontak berikutnya terhadap penyebab alergi yang sama
menyebabkan tanggapan imunitas sekunder yang besar dengan melepaskan banyak antibodi. Sel-sel kemudian melepaskan histamin, yang memulai tanggapan peradangan.