126 sektor kehutanan. Lebih lanjut dalam ruang lingkup property right. maka
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 bahwa hutan adalah milik negara yang dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat. Penanggung jawan pengelolaan hutan adalah pemerintah yang dapat dilakukan oleh lembaga atau badan hukum BUMN, Swasta, Koperasi.
kelompok masyarakat ataupun perorangan. Demikan pula sesuai dengan ciri batas yurisdiksi kelembagaan maka batas bagi masyarakat adat untuk
memanfaatkan areal hutan dan hasil hutan dapat dijadikan sebagai cara untuk melestarikan sumberdaya hutan. Kelembagaan yang berperan dalam
pengeleloaan hutan di Provinsi Jawa Tengah antara lain Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas-Dinas di seluruh kabupatenkota wilayah Provinsi Jawa
Tengah yang menangani urusan kehutanan, Perum Perhutani Unit I, Balai KSDA Jawa Tengah, dan Balai Taman Nasional Karimun Jawa.
3. Aplikasi Hasil Penelitian
3.1 Air
Air merupakan produk yang penting dari hutan sebab salah satu fungsi hutan adalah menahan air hujan lalu dilepas secara perlahan-lahan melalui
sumber air maupun sungai-sungai Suparmoko, 2000. Di Jawa Tengah, sebagian besar air yang mengalir di sungai-sungai berasal dari daerah aliran
sungai yang berhutan baik hutan negara maupun hutan rakyat. Sungai-sungai tersebut menjadi pemasok utama bendungan, waduk yang berfungsi untuk
penyediaan kebutuhan air kepada masyarakat baik di desa-desa untuk pertanian maupun masyarakat kota untuk air minum. Oleh karena itu air di
Provinsi Jawa Tengah merupakan komoditi ekonomi yang sangat vital bagi masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan oleh pemerintah provinsi yang telah
membentuk intitusi Dinas Pengelolaan Air. Air harus digunakan sebagai barang ekonomis dan penggunaannya harus
diatur agar tercapai kesejahteraan masyarakat secara optimal. Apalagi dengan perkembangan jumlah penduduk Jawa Tengah yang melebihi 32 juta orang
dan kemajuan teknologi, akan menyebabkan permintaan air menjadi semakin besar. Sementara itu persediaan air secara alamiah semakin sedikit. Oleh
127 karena itu perlu ditentukan suatu kebijakan agar air yang tersedia dapat
digunakan secara efisien dengan menetapkan suatu harga tertentu, baik air bersih untuk minum maupun air untuk pertanian atau industri.
Perhitungan manfaat air dari kawasan hutan di provinsi Jawa Tengah adalah penjumlahan dari nilai manfaat air dari hutan lindung dan hutan
produksi, hutan Taman Nasional dan Cagar Alam dan hutan rakyat. Nilai manfaat air dari kawasan hutan lindung dan produksi Jawa Tengah dapat
dihitung dengan menggunakan dasar hasil penelitian Supriyadi 1997 yang besarnya 0.45 dari PDRB. Sedangkan nilai manfaat air dari kawasan hutan
Taman Nasional di Jawa Tengah dihitung menggunakan hasil penelitian Darusman 1993 yaitu sebesar Rp 28 jutaha dengan faktor koreksi jumlah
penduduk. Serta manfaat air dari hutan rakyat diproksi dari nilai manfaat air hutan produksi den gan faktor koreksi sebesar 50. Maka nilai manfaat air
dari kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagaimana Tabel 37 dan rincian lengkap pada Lampiran 1.
Tabel 37. Nilai Air dari Kawasan Hutan di Jawa Tengah Tahun 2003 No
Jenis Hutan Nilai Air juta Rp
Keterangan 1
Hutan Produksi Hutan Lindung
54 072 -
2 Hutan Cagar Alam, dan
Taman Nasional 5 505 734 992
- 3
Hutan Rakyat 16 513
Kerapatan 50 ht produksi
Jumlah
5 505 896 578
Sumbangan nilai air terbesar dari kawasan hutan cagar alam, hutan lindung dan taman nasional sebesar Rp. 5.51 triliun atau 98 dari nilai output
produksi air. Padahal dari segi luas kawasan, hutan cagar alam, hutan lindung dan taman nasional hanya sekitar 12 dari total luas kawasan hutan negara
atau sekitar 6.5 dari total hutan di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut menunjukkan pentingnya keberadaan kawasan hutan hutan cagar alam, hutan
lindung dan taman nasional dalam penyediaan air bagi masyarakat. Sebaran lokasi hutan produksi, cagar alam, hutan lindung dan taman nasional terbatas
128 pada 18 kabupaten dari 35 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Nilai produksi
air dari 18 kabupaten tersebut sebagaimana Tabel 38. Kontribusi nilai manfaat air dari kawasan hutan produksi sebesar Rp
54.02 milyar atau sekitar 1.2 dari nilai output produksi air. Hal tersebut dapat dipahami mengingat fungsi hutan produksi lebih banyak diarahkan
untuk produksi hasil kayu maupun non kayu getah -getahan. Disamping itu kawasan hutan produksi biasanya ditanami tanaman yang sejenis dan
kerapatannya relatif jarang sehingga kurang dapat memproduksi air secara optimal.
Sedangkan hutan rakyat di Provinsi Jawa Tengah yang luasnya sekitar 80 dari luas hutan negara, ternyata hanya berkontribusi nilai air sebesar Rp
16.50 milyar atau sekitar 0.3 dari nilai total produksi air. Hutan rakyat di Provinsi Jawa Tengah ataupun di provinsi lain berada pada lahan hak yang
menyebar sporadis pada beberapa lokasi serta mempunyai kerapatan pohon yang rendah maka kemampuan produksi air relatif kecil. Sehingga kontribusi
nilai air juga kecil. Tabel 38. Nilai Produksi Air per Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2003. No
Kabupaten Luas Hutan
ha Nilai Produksi Air
juta Rp 1
Cilacap 51 370.02
25 055.252 2
Banjarnegara 17 639.65
10 988 287 3
Wonosobo 12 952.98
4 269 251 4
Boyolali 13 670.20
1 582 487 642 5
Wonogiri 20 073.44
984 250 6
Karanganyar 7 569.70
6 157 031 7
Sragen 5 170.93
10 826 626 8
Blora 82 099.30
5 541 075 9
Rembang 23 947.68
4 288 031 10
Jepara 13 921.11
25 055 252 11
Semarang 11 902.50
3 820 751 004 12
Batang 18 104.60
1 876 369 13
Pekalongan 32 759.35
3 473 756 14
Pemalang 31 038.55
820 895 15
Tegal 21 820.28
7 990 190 16
Brebes 48 412.53
8 524 155 17
Magelang 14 766.73
1 493 434 18
Surakarta 13 670.20
10 207 472
129 Total hutan di Provinsi Jawa Tengah seluas 647 596.81 ha negara dan
hutan rakyat 550773.8 ha. Hutan Negara yang terdiri atas hutan produksi 573 241.63 ha, hutan cagar alan dan taman nasional 877.30 ha, hutan lindung 77
477.88 ha dan hutan rakyat ters ebut mampu memberikan sumbangan output produksi air senilai Rp 5.51 trilun atau sekitar 1.6 dari total output Rp
346.98 triliun. Dengan demikian kontribusi air dari hutan terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah sukup signifikan.
3.2 Hasil Hutan Dikonsumsi Langsung Masyarakat