Kehilangan Nilai Tambah Nilai Keberadaan, Pilihan, dan Pelestarian Efisiensi Kelembagaan Moral Hazard yang Berupa Illegal Trading
4.4.8 Kehilangan Nilai Tambah
Nilai ekonomi dari kehilangan nilai tambah adalah nilai penggantian dari selisih harga jual hasil hutan olahan dengan harga jual hasil hutan asalan. Untuk sektor ini terbatas pada hasil hutan kayu. Bersarnya kehilangan nilai tambah dihitung berdasarkan jumlah kayu hasil hutan Jawa Tengah yang yang tidak diolah di provinsi sendiri dikalikan faktor nilai tambah hasil penelitian Darusman 1989.4.4.9 Nilai Keberadaan, Pilihan, dan Pelestarian
Nilai ekonomi keberadaan, pilihan, dan pelestarian untuk seluruh kawasan hutan di Jawa Tengah menggunakan dasar hasil penelitian Widad a 2004. Metode yang dipergunakan pada penelitian tersebut kontingensi, yaitu kepada individu-individu secara langsung ditanyakan tentang kesediaan mereka membayar untuk barang dan jasa yang diperoleh dari keberadaan sumberdaya hutan. Menurut Sanim 2003, metode kontingensi sangat tepat untuk barang dan jasa lingkungan kawasan hutan yang tidak ada pasar yang relevan. Dengan pertimbangan lokasi di Pulau Jawa dan metodenya cukup tepat, maka hasil penelitian tersebut dapat dipergunakan di Provinsi Jawa Tengah dengan memasukkan faktor koreksi luas dan jumlah penduduk. Rumus perhitungan tersebut : ............ dimana : NKPP ht L ht W it : : : Nilai pelestarian, pilihan, dan keberadaan Rp Luas hutan Jawa Tengah hektar Jumlah penduduk Jawa Tengah orang L ht W jt NKPP ht = x x Rp 8.07 miliar 38 175 ha 2 892 orang 10 634.4.10 Efisiensi Kelembagaan
Nilai efisiensi atau efektifitas kelembagaan diproksi dari nilai efisiensi atau surplus usaha sektor kehutanan di Jawa Tengah yaitu prosentase selisih total biaya produksi dengan nilai produk yang dihasilkan. Nilai prosentase tersebut dikalikan PDRB maka akan didapat nilai efisiensi kelembagaan.4.4.11 Moral Hazard yang Berupa Illegal Trading
Nilai ekonomi moral hazard yang berupa illegal trading yaitu transaksi ilegal pada penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya hutan di Provinsi Jawa Tengah diproksi dari nilai ekonomi dari perbedaan atau selisih produksi hasil hutan dengan yang diedarkandiolah dan stock dikalikan harga yang berlaku. Besarnya sub sektor hasil kayu, hasil non kayu, jasa wisata dan industri primer kehutan digunakan data dari Badan Pusat Statistik BPS. Data tersebut telah tersedia pada Tabel Input-Output Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003.4.5. Metode Analisis dan Pembentukan Model
Parts
» Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
» Pendekatan Pengeluaran Konsep Penghitungan Pendapatan
» Konsep Pendapatan Bersih TINJAUAN TEORITIS
» Konsep Sumberdaya Hutan TINJAUAN TEORITIS
» Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan
» Peran Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Perekonomian Wilayah
» Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Hutan
» Konsep Kelembagaan TINJAUAN TEORITIS
» Kelembagaan Sektor Kehutanan Konsep Model Input-Output
» Konsep Sistem Neraca Sosial Ekonomi.
» Kajian Penelitian Peranan Ekonomi Kehutanan
» Kerangka Pelaksanaan Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN
» Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data
» Pemanfaatan Air Metode Aplikasi Hasil Valuasi Sektor Kehutanan
» Penggantian Kegiatan Illegal Logging. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Penyediaan Udara Bersih
» Pembentukan Model Input – Output Modifikasi
» Kontribusi Faktor Ketimpangan Pendapatan Analisis Pengganda Neraca
» Kondisi Umum Provinsi Jawa Tengah
» PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOIAHAN
» BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, KEUANGAN, PERSEWAAN JASA -JASA
» PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
» BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, PENGANGKUTAN DAN KEUANGAN, PERSFWAAN JASA -JASA
» Pertumbuhan Ekonomi Tenaga Kerja
» Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran perkapita Konsumsi
» Luas Hutan Profil Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
» Luas Kawasan Hutan Konservasi
» Luas Areal Potensial Hutan Rakyat di Propinsi Jawa Tengah
» Produksi Hasil Hutan Pemasaran Hasil hutan
» Perhitungan Ekonomi Manfaat Hutan
» Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
» Illegal Logging dan Illegal trading
» Kehilangan Nilai Tambah Deforestasi
» Efisiensi Kelembagaan MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Air MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Hasil Hutan Dikonsumsi Langsung Masyarakat
» Jasa Wisata MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Erosi MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Udara bersih MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Keberadaan, Pilihan dan Pelestarian
» Model Input-Output Standar Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Membangun Kerangka Model Input-Output Modifikasi
» Analisis Output Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Analisis Input Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Backward Linkage dan Forward Linkage
» Kebocoran Pendapatan Regional Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Kebocoran Pendapatan Sektor Kehutanan
» Distribusi Pendapatan Faktor Produksi
» Distribusi Pendapatan Rumah Tangga
» Multiplier Sektor Kehutanan Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Dekomposisi Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Analisis Alur Struktural Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 0
» Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 5 Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 10
» Penghargaan Produk Hasil Hutan dan Manfaat Hutan
» Pembiayaan Pengelolaan Hutan Pengenaan Pajak dan Restribusi Air dan Udara Bersih
» Optimalisasi Provisi Sumberdaya Hutan PSDH dan Dana Pengenaan Denda Perusak Hutan dan Lingkungan
» Asuransi Kerusakan dan Kebakaran Hutan Pemanfaatan Dana Internasional Efisiensi Bahan Baku Kayu
» Alokasi Penggunaan Lahan Implikasi Kebijakan.
» Reorientasi Produksi Hutan Implikasi Kebijakan.
» Rehabilitasi Hutan dan Lahan
» Ringkasan Hasil KESIMPULAN DAN SARAN
» Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN
Show more