136 5 Terjadinya migrasi penduduk antar wilayah akibat ketersediaan pangan
tidak berimbang dengan jumlah penduduknya. Implikasi dari hal tersebut merebaknya penyakit buruk gizi dan busung lapar.
3.6 Keberadaan, Pilihan dan Pelestarian
Keberadaan hutan akan mempunyai nilai manfaat langsung direct benefit
, nilai manfaat tidak langsung indirect benefit, dan nilai manfaat pilihan option benefit. Nilai manfaat langsung adalah nilai dari sumberdaya
alam dan ekosistem kawasan hutan yang diperoleh secara langsung melalui konsumsi atau produksinya. Sedangkan manfaat tidak langsung adalah nilai
atau manfaat yang diperoleh secara tidak langsung dari sumberdaya kawasan hutan yang memberikan jasa pada aktivitas ekonomi atau mendukung
kehidupan manusia. Dalam hal ini termasuk di dalamnya manfaat fungsional dari proses -proses ekologi yang secara terus menerus memberikan peranannya
pada masyarakat dan ekosistem. Peran terus menerus sebagai pengatur tata air dan perlindungan dan pengendalian banjir, pengatur iklim mikro,
mendukung kehidupan global menyerap karbon dan mengendalikan perubahan iklim, wahana penelitian dan pendid ikan konservasi, siklus nutrisi,
dan mendukung kesehatan masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan hasil penelitian Widada 2004 yaitu
sebagaimana Tabel 42. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai keberadaan, pilihan dan pelestarian hutan di Provinsi Jawa Tengah tahun
2003 sebesar Rp 5.213 triliun atau sekitar 1.56 dari nilai total output provinsi. Dari sisi jumlah nominal nilai keberadaan hutan tersebut cukup
signifikan terhadap total output provinsi. Tetapi secara riil nilai tersebut bersifat semu sebab nilai keberadaan hutan masih bersifat potensi dan tidak
dapat dimasukkan sebagai faktor ekonomi. Meskipun demikian dimasa mendatang sebenarnya keberadaan hutan dapat ditelusuri dari perolehannya
terutama jika hutan tersebut berupa hutan tanaman. Keberadaan hutan tanaman dapat ditelusuri perolehannya melalui biaya penanaman,
pemeliharaan, dan perlindungan hutan. Sedangkan hutan alam sulit diketahui nilai perolehannya karena tumbuh dan berkembang dari proses vegetasi alam.
137 Rincian nilai keberadaan dan pelestarian hutan per tahun sebagaimana
Lampiran 10. Tabel 42. Nilai Keberadaan, Pilihan dan Pelestarian Hutan di Provinsi
Jawa Tengah. No
Tahun Luas Hutan
ha Jumlah Penduduk
orang Nilai Keberadaan,
Pilihan, dan Pelestarian juta Rp
1 2000
647 596.81 29 687 677
4 883 439.45 2
2001 647 596.81
30 572 118 5 028 924.53
3 2002
647 596.81 31 038 741
5 105 681.13 4
2003 647 596.81
31 691 866 5 213 116.16
5 2004
651 750.23 31 834 512
5 179 896.27 Nilai Keberadaan adalah nilai yang bukan dihasilkan dari institusi pasar
dan tidak ada kaitannya dengan fungsi perlindungan aset produktif atau proses produksi secara langsung maupun tidak langsung. Nilai keberadaan hutan
adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat, baik itu penduduk setempat maupun pengunjung terhadap kawasan hutan atas manfaat spiritual, estetika,
dan kultural. Nilai Pilihan dan pelestarian adalah nilai harapan untuk masa yang akan
datang terhadap sumberdaya hutan dan ekosistemnya, dan didasarkan pada penilaian berapa besarnya seorang individu atau masyarakat mau membayar
willingness to pay = WTP untuk melindungi kawasan hutan untuk kepentingan masa depan. Keanekaragaman flora dan fauna merupakan
sumberdaya alam hutan yang disisihkan untuk dimanfaatkan di masa datang atau merupakan sumberdaya genetik untuk kepentingan masa depan.
Keberadaan sumberdaya alam hutan yang pada umumnya belum diketahui secara pasti, saat ini tidak memiliki nilai pasar atau nilai ekonomi tinggi.
Nilai pilihan dan pelestarian hutan juga dapat dimaknai sebagai korbanan yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini untuk menjaga kelestarian
hutan agar tetap utuh untuk diberikan pada generasi yang akan datang. Ekosistem hutan mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam
perekonomian wilayah. Ekosistem hutan meliputi makna sumberdaya lahan
138 dan komoditi yang dihasilkan serta sumberdaya mineral yaitu berbagai
tambang, margasatwa, obat-obatan, air dan lain -lain. Bahkan di dalam kawasan hutan juga terdapat masyarakat rimba seperti suku terasing. Dengan
demikian ekosistem hutan merupakan keseluruhan sumberdaya yang ruang lingkupnya sangat besar sebagai penyangga kehidupan.
Nilai ekosistem hutan menggambarkan nilai keberadaan kawasan hutan terhadap perekonomian masyarakat. Nilai kawasan hutan sebagaimana nilai-
nilai sumberdaya yang lain harus selalu diupayakan meningkat agar terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Nilai keberadaan kawasan hutan
beraneka ragam baik berupa nilai hasil materiil, jasa lingkungan dan jasa sosial bagi masyarakat terutama yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan.
Upaya peningkatan nilai kawasan hutan akan banyak tergantung kepada kemampuan pengelolaan kawasan hutan dan hasil-hasilnya.
Pengelolaan kawasan hutan dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Pertama
, pengelolaan hutan berdasarkan substansi nilai tambah dapat secara terus menerus memberikan hasil barang dan jasa yang optimal bagi
pemenuhan keperluan masyarakat. Kedua, pengelolaan hutan substansi ekologis harus dapat menjaga keseimbangan lingkungan agar terjaga dari
ancaman bencana alam yang merugikan masyarkat. Tujuan pengelolaan kawasan hutan untuk meningkatkan nilai tambah dapat dicapai apabila
sumberdaya hutan terpelihara dan terjaga dari berbagai ancaman kelestarian sehingga meningkatkan lapangan kerja, kesempatan berusaha bagi
masyarakat lokal maupun nasional.
6.2. Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto