115
5.3.7. Kayu Masuk ke Jawa Tengah
Hasil hutan kayu bulat yang masuk melalui Pelabuhan di Provinsi Jawa Tengah sebagaimana Tabel 33. Berdasarkan data pada Tabel 32 tersebut ternyata
jumlah kayu masuk terutama yang berupa kayu bulat ke Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 1999 – 2003 cenderung meningkat. Pada tahun 1999, jumlah kayu
masuk hanya sekitar 287224,20 m3 meningkat sekitar 400 menjadi 839304.13 m3 pada tahun 2003. Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa industri
primer hasil hutan kayu di provinsi tersebut cukup prospektif. Hal ini disebabkan pasar produksinya sudah cukup mantap di wilayah tersebut.
Tabel 32. Pendapatan Penjualan Dalam Negeri Hasil Hutan Kayu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah tahun 1999 -2003
Tahun No
Jenis Satuan
Rupiah 1999
2000 2001
2002 2003
1 2
Kayu bulat Jati Kayu bulat rimba
X 1000 X 1000
303903834 47069625
314558086 43655424
349174347 40394784
354700450 70818174
335879618 52364948
Jumlah X 1000
350973459 358213510
389569131 42518624
388244566 3
4 Kayu Bakar Jati
Kayu Bkr Rimba X 1000
X 1000 535 044
318 195 598 176
221 739 521 082
175 348 547 316
334 179 371 354
177 698 Jumlah
X 1000 853 239
819 915 696 430
881 495 549 052
5 Parquet Mozaik
X 1000 9 492
273 685 129 092
11 517 7 416
6 Parquet Block
X 1000 1891806
775 912 1 253 825
1 691 867 103 181
7 Lamparquet
X 1000 12 126
578 748 5 719 615
237 092 273 651
8 Vinir
X 1000 192 857
94 918 939 231
227 759 -
9 Finish flooring
X 1000 84 391
321 057 482 687
360 953 159 945
10 Plinthskirting
X 1000 1 314
46 359 36 395
- 3 041
11 Pintu jati
X 1000 266 636
150 348 96 948
447 517 405 260
12 Lain-lain
X 1000 378 639
613 351 460 000
16980831 7 660 292
Sumber : Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2004
116 Tabel 33. Kayu Bulat Masuk Melalui Pelabuhan di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2998 –2003
Jumlah melalui pelabuhan No
Tahun Sat
Juwana Semarang
Tegal Cilacap
PT.KLI Jumlah
1 1998
M3 7 152.40
279 317.50 754.30
- Pm
287 224.20 2
1999 M3
1 630.20 277 449.10 10 992.20
46.711.00 Pm
470 017.50 3
2000 M3
321.30 120 319.80 34 523.10
- 516 11.92
672 076.12 4
2001 M3
210.10 146 731.14
2 692.45 -
529 63.13 679 296.81
5 2002
M3 7 549.20
337 547.80 3 635.31
- 603498.90
952 231.29 6
2003 M3
3 414.67 400 959.10
3 558.52 -
431371.83 839 304.13
Sumber: Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah 2004
VI. MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
6.1. Perhitungan Ekonomi Manfaat Hutan
Manfaat hutan dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah telah dirasakan oleh masyarakat di provinsi tersebut sejak penjajahan Belanda Yogasara, 2000.
Hal terseb ut ditunjukkan adanya hasil-hasil hutan telah diperdagangkan dari Provinsi Jawa Tengah baik perdagangan ekspor maupun perdagangan domestik.
Perdagangan hasil hutan tersebut terutama berupa kayu bulat dan kayu setengah jadi maupun produk jadi yang berupa meubel, komponen rumah, dan kayu ukir-
ukiran merupakan komoditi andalan yang berperan besar dalam menggerakkan perekonomian Provinsi Jawa Tengah.
Perkembangan lebih lanjut, manfaat hutan di Provinsi Jawa Tengah baik yang berupa kegiatan maupun komoditi yang ditangani oleh Instansi Kehutanan
Dinas Kehutanan Provinsi, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Semarang, Balai Taman Nasional Karimun Jawa, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jratunseluna, dan Perum Perhutani Unit I maupun yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik Jawa Tengah terdapat 18 manfaat ekonomi hutan yaitu, yang berupa
komoditi antara lain 1 kayu, 2 non-kayu getah, damar, madu, bambu dan lain-lain, 3 jasa wisata hutan, 4 air, 5 uadara bersih, 6 hasil hutan yang
langsung dikonsumsi masyarakat kayu bakarrencek, daun, makanan ternak, dan yang berupa kegiatan antara lain 7 deforestasi, 8 pengurangan kapasitas hutan
nilai erosi, 9 illegal logging, 10 rehabilitasi hutan dan lahan, 11 illegal trading
, 12 industri penggergajian dan awetan, 13 industri kayu lapis, 14 industri meubel dan bahan bangunan, 15 industri pengolahan dengan bahan baku
kayu, serta yang berupa campuran komoditi dan kegiatan antara lain 16 kehilangan nilai tambah, 17 keberadaan, pilihan, dan pelestarian, dan 18
efisiensi kelembagaan. Penghitungan ke-18 manfaat hutan tersebut sebagian besar 9 manfaat telah dilakukan oleh instansi-instansi tersebut di atas khususnya
untuk komoditi dan kegiatan yang jelas pasarnya transaksinya. Misalnya BPS dan Perum Perhutani telah menghitung 7 tujuh manfaat yaitu nomor 1sd 3
dan nomor 12 sd 15, selanjutnya Dinas Kehutanan dan Perum Perhutani telah menghitung nilai kegiatan deforestasi 7 dan illegal logging 9. Sedangkan 9