Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan

19 Sumberdaya hutan termasuk dalam kelompok sumberdaya alam yang dapat diperbaruhi renewable resources atau flow resources yang diartikan sebagai sumberdaya alam yang selalu berubah jumlahnya Barlow,1978. Oleh karena itu sumberdaya hutan tersebut biasanya akan mudah diboroskan dan hilang. Dengan demikian terkadang pemilik sumberdaya hutan bertindak sebagai spekulator dengan menunda penggunaan dengan harapan memperoleh penerimaan yang lebih tinggi di kemudian hari. Tetapi terkadang pemilik bertindak sebaliknya yaitu ingin segera menggunakannya sekarang karena takut kalau di kemudian hari sumberdaya tersebut tidak akan muncul nilainya. Sumberdaya hutan sebagai sumberdaya yang dapat diperbarui atau pulih dapat digunakan secara bijaksana yaitu untuk menghasilkan penerimaan revenue dan kepuasan ekonomi utility yang maksimum. Hal ini berarti dalam pengeksploitasian sumberdaya hutan diperlukan adanya pelaksanaan pengaturan secara lestari dan dapat memelihara dan memperbaiki kapasitas sumberdaya tersebut untuk keperluan masa mendatang. Guna merealisasikan eksploitasi sumberdaya hutan secara lestari, maka diperlukan cara pengolahan secara tepat yang disertai dengan rehabilitasi atau penghijauan kembali lahan -lahan hutan. Sehingga bila terjadi dampak negatif akibat pengeksploitasian hutan, maka dampak tersebut telah dipikirkan penang anannya. Potensi kayu pohon dapat ditebang memerlukan waktu yang relatif lama untuk tumbuh, maka permasalahan ekonomi yang perlu diperhatikan adalah waktu yang optimum bagi pelaksanaan penebangannya. Oleh karenanya perlu diperhatikan tingkat diskonto yang akan dipakai untuk menghitung nilai sekarang dari investasi dalam bidang sumberdaya hutan. Lebih lanjut bahwa tingkat diskonto yang rendah akan menghasilkan nilai sekarang yang tinggi dan sebaliknya Suparmoko,2000.

2.4 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan

Menurut Davis dan Johnson 1987, nilai merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan terhadap sesuatu pada waktu dan tempat tertentu. Ukuran harga dapat ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki, menggunakan atau mengkonsumsi suatu barang atau jasa yang diinginkannya. Adapun penilaian adalah kegiatan yang 20 berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang atau jasa. Selanjutnya menurut Tietenberg 1992, nilai yang diberikan terhadap sesuatu atau komoditas, pada dasarnya ditentukan oleh kesediaan individu membayar willingness to pay untuk jumlah dan kualitas dari komoditas tertentu yang lazim diukur dengan nilai uang dalam transaksi kegiatan ekonomi atau harga pasar. Nilai tersebut mencerminkan besarnya korbanan yang setara dengan utilitas yang diterima. Adanya variasi tingkat kemakmuran menyebabkan adanya perbedaan antara harga pasar dengan konsumer surplus, maka total nilai ekonomi untuk barang dan jasa sumberdaya hutan, termasuk air yang umumnya tidak mempunyai harga pasar, sarat dengan ketidak pastian dan bersifat publik goods , adalah merupakan total willingness to pay. Pengertian nilai ekonomi sumberdaya hutan berdasarkan nilai kesediaan untuk membayar willingnes s to pay pada dasarnya mempresentasikan kurva demand. Artinya, pengelola sumberdaya hutan akan bersedia memberikan nilai atau harga atas hasil hutan yang diambilnya. Oleh karena pada eksploitasi sumberdaya hutan akan menimbulkan kerusakan lingkungan maka nilai willingness to pay akan semakin tinggi jika kerusakannya semakin besar. Sementara itu masyarakat yang bersedia menanggung resiko atas kerusakan sumberdaya hutan akan menerima nilai ekonomi willingness to accept yang mempresentasikan kurva supp ly. Dengan demikian kondisi optimum dalam pengelolaan sumberdaya hutan terjadi pada saat nilai willingness to pay WTP sama dengan willingness to accept WTA. Secara grafis nilai willingness to pay dan willingness to accept tersebut dapat diilustrasikan sebagaimana Gambar 4. Pengertian nilai ekonomi menurut konsep ekonomi bahwa kegunaan, kepuasan atau kesenangan yang diperoleh individu atau masyarakat tidak terbatas kepada barang dan jasa yang diperoleh melalui jual beli transaksi saja, tetapi semua barang dan jasa yang memberikan manfaat akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat tersebut. Oleh karena itu terdapat dua pengertian nilai ekonomi, yaitu nilai guna dan nilai korbanan. Nilai guna adalah nilai dari barang dan jasa berdasarkan kegunaannya yang memiliki kualitas tertentu dalam memberi kepuasan utility baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai ini tidak dipengaruhi oleh tingkat kelangkaan supply maupun permintaan demand, dan 21 tidak bisa diukur dengan harga pasar. Sedangkan nilai korbanan adalah nilai menurut kemampuan barang yang diukur berdasarkan besarnya pengorbanan untuk memperolehnya barang tersebut Oleh karena itu nilai korbanan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh utility dan kelangkaannya, tetapi juga oleh tingkat permintaan dan harga pasar Pindyck and Rubinfeld, 2001. Nilai ekonomi merupakan salah -satu ukuran yang sering dijadikan dasar dalam analisis, namun ukuran ini sangat relatif tergantung kepada sifat barang, hubungan dengan barang lainnya, dan orang yang menilai. Nilai yang dapat diukur umumnya hanya didasarkan pada sebagian karakteristik yang terkait dengan keinginan atau preferensi seseorang. Dalam hal ini kemampuan seseorang untuk menilai sangat berkaitan dengan tingkat kemakmuran atau consumer surplus dan mekanisme kelembagaan yang mengatur interaksi berbagai keinginan Young, 1992. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai barang dan jasa sumberdaya hutan secara financial, yaitu melalui pendekatan kurva demand dan non-kurva demand Turner, et al, 1994. Pendekatan kurva demand dapat digunakan untuk mengukur tingakat kesejahteraan atau konsumer surplus dan mempunyai nilai positif. Sedangkan pendekatan non-kurva demand tidak Harga Harga Jumlah Q Optimum WTP WT Gambar 4. Optimum Pengelolaan SDH Berdasarkan WTP dan WTA 22 mengukur tingkat kesejahteraan namun berguna sebagai informasi dalam pertimbangan pengambilan kebijaksanaan. Nilai manfaat sumberdaya hutan sangat ditentukan oleh hubungan timbal balik antara subjek penilai manusia yang memiliki berbagai nilai, dengan objek yang dinilai. Nilai manfaat sumberdaya hutan dapat dibedakan kedalam nilai guna use-value dan bukan nilai guna non-use-value Turner at al, 1994; Young, 1992. Jumlah nilai keduanya merupakan total nilai ekonomi total economic value dari ekosistem hutan. Nilai guna mempunyai nilai positif yang dapat dihitung berdasarkan willingness to pay, sedang bukan nilai guna merupakan nilai yang diberikan seseorang terhadap sesuatu karena rasa simpatik dan atau penghargaan hak right atas hadirnya sesuatu yang sifatnya bukan manusia impersonal, seperti hutan atau kehidupan liar, sebagai komponen ekosistem yang berfungsi mendukung kehidupan. Menurut Davids and Johnson 1987, konsepsi nilai ekonomi sumberdaya hutan dapat dibedakan menjadi 3 tiga yaitu nilai pasar market value, nilai kegunaan value in use dan nilai sosial social value. Nilai pasar dihitung berdasarkan willingness to pay dari barang dan jasa hasil hutan. Nilai kegunaan hutan adalah nilai ekonomi sumberdaya hutan yang dihitung berdasarkan nilai vegetasi dan sekaligus lahannya. Nilai kegunaan tersebut dapat dihitung dengan 3 tiga cara yaitu: 1 nilai vegetasi dan lahan yang digunakan sekarang ataupun masa yang akan datang, 2 nilai jual vegetasi dan lahan pada harga pasar sekarang, dan 3 nilai kegunaan dari masing-masing pembelinya. Sedangkan nilai sosial dari sumberdaya hutan adalah besarnya nilai kontribusi kepada masyarakat akibat sumberdaya hutan merupakan barang publik. Nilai sosial tersebut bersifat komplek dan sulit untuk dikuantifikasikan. Oleh karena itu perlu adanya peraturan perundangan dari pemerintah untuk mengatur nilai sosial sumberdaya hutan tersebut. Menurut Suparmoko 2000, nilai ekonomi sumberdaya hutan dapat dibedakan nilai atas dasar penggunaan instrumental value use value dan nilai yang terkandung di dalamnya instrinsic value non-use value. Nilai atas dasar penggunaan menunjukkan kemampuan hutan yang muncul apabila digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau dieksploitasi. Sedangkan nilai yang terkandung 23 di dalam hutan adalah nilai yang melekat pada keberadaan hutan sendiri, misalnya pengatur cuaca, pengatur ata air, penghasil udara bersih, penyerap pencemaran udara, dan sebagainya. Selanjutnya use value dapat dipilah kembali menjadi nilai atas dasar penggunaan langsung direct use value, nilai atas dasar penggunaan tidak langsung indirect use value, nilai atas dasar pilihan penggunaan option use value, dan nilai yang diwariskan bequest value. Lebih lanjut menurut Pearce 1993, nilai non use value dapat dibedakan menjadi nilai atas dasar keberadaannya existence value, dan dasar warisan generasi sebelumnya bequest value. Sebagai gambaran pembagian tersebut adalah keberadaan sumberdaya hutan yang dilestarikan dapat memenuhi kebutuhan rekreasi dan kesenangan lain warisan dan juga keberadaan hutan tersebut dapat memelihara sumberdaya hayati biodiversity. Pemilahan nilai ekonomi tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 5.

2.5 Peran Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Perekonomian Wilayah