Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 25 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 50
7.1.2 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 25
Hasil penghitungan menunjukan bahwa apabila dari kegiatan illegal hanya terjadi sebanyak 25 persen dari kondisi saat ini sebagaimana Lampiran 24, akan meningkatkan output sektor sebesar Rp. 85.19 miliar. maka sektor produksi yang langsung memperoleh peningkatan output adalah sektor industri pengolahan kayu, sekitar Rp 6.6 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp 5.5 miliar, sektor industri makanan dan minuman sebesar Rp 4.1 miliar dan sektor industri migas sebesar Rp 3,2 miliar. Lebih lanjut faktor produksi akan mendapatkan tambahan output Rp 58.91 miliar dan institusi rumah tangga mendapatkan tambahan output sebesar Rp 65.61 miliar. Berdasarkan kenyataan tersebut maka kegiatan illegal sektor kehutanan mendorong kehidupan industri pengolahan kayu, perdagangan, makanan dan minuman serta migas. Hal tersebut dapat dipahami bahwa industri pengolahan kayu di Jawa Tengah banyak tergantung dengan kegiatan illegal kehutanan, sebab secara regional pemanfaatan kapasitas terpasang industri pengolahan kayu lebih besar dibanding tingkat produksi resmi kayu bahan baku. Sehingga terjadi over demand kayu. Oleha karena itu kegiatan illegal kehutanan sulit diberantas karena aktivitasnya didorong oleh sektor-sektor lain.7.1.3 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 50
Hasil penghitungan menunjukan bahwa apabila dari kegiatan illegal hanya terjadi sebanyak 50 persen dari kondisi saat ini sebagaimana Lampiran 25, akan meningkatkan output sektor kehutanan sebesar Rp. 170.37 miliar. maka sektor produksi yang langsung memperoleh peningkatan output adalah sektor industri pengolahan kayu sekitar Rp 13.20 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp 6.32 miliar, sektor industri makanan dan min uman sebesar Rp 8,30 miliar dan sektor industri migas sebesar Rp 3,7 miliar. Lebih lanjut faktor produksi akan mendapatkan tambahan output Rp 117.83 miliar dan institusi rumah tangga mendapatkan tambahan output sebesar Rp 131.21 miliar. Berdasarkan hal tersebut maka ada kecenderungan kenaikan output tenaga kerja maupun institusi rumah tangga yang lebih besar dibanding 182 kenaikan output sektor. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan illegal kehutanan banyak dinikmati oleh tenaga kerja dan rumah tangga.7.1.4 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 75
Parts
» Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
» Pendekatan Pengeluaran Konsep Penghitungan Pendapatan
» Konsep Pendapatan Bersih TINJAUAN TEORITIS
» Konsep Sumberdaya Hutan TINJAUAN TEORITIS
» Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan
» Peran Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Perekonomian Wilayah
» Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Hutan
» Konsep Kelembagaan TINJAUAN TEORITIS
» Kelembagaan Sektor Kehutanan Konsep Model Input-Output
» Konsep Sistem Neraca Sosial Ekonomi.
» Kajian Penelitian Peranan Ekonomi Kehutanan
» Kerangka Pelaksanaan Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN
» Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data
» Pemanfaatan Air Metode Aplikasi Hasil Valuasi Sektor Kehutanan
» Penggantian Kegiatan Illegal Logging. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Penyediaan Udara Bersih
» Pembentukan Model Input – Output Modifikasi
» Kontribusi Faktor Ketimpangan Pendapatan Analisis Pengganda Neraca
» Kondisi Umum Provinsi Jawa Tengah
» PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOIAHAN
» BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, KEUANGAN, PERSEWAAN JASA -JASA
» PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
» BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, PENGANGKUTAN DAN KEUANGAN, PERSFWAAN JASA -JASA
» Pertumbuhan Ekonomi Tenaga Kerja
» Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran perkapita Konsumsi
» Luas Hutan Profil Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
» Luas Kawasan Hutan Konservasi
» Luas Areal Potensial Hutan Rakyat di Propinsi Jawa Tengah
» Produksi Hasil Hutan Pemasaran Hasil hutan
» Perhitungan Ekonomi Manfaat Hutan
» Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
» Illegal Logging dan Illegal trading
» Kehilangan Nilai Tambah Deforestasi
» Efisiensi Kelembagaan MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Air MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Hasil Hutan Dikonsumsi Langsung Masyarakat
» Jasa Wisata MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Erosi MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Udara bersih MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Keberadaan, Pilihan dan Pelestarian
» Model Input-Output Standar Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Membangun Kerangka Model Input-Output Modifikasi
» Analisis Output Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Analisis Input Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Backward Linkage dan Forward Linkage
» Kebocoran Pendapatan Regional Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Kebocoran Pendapatan Sektor Kehutanan
» Distribusi Pendapatan Faktor Produksi
» Distribusi Pendapatan Rumah Tangga
» Multiplier Sektor Kehutanan Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Dekomposisi Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Analisis Alur Struktural Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 0
» Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 5 Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 10
» Penghargaan Produk Hasil Hutan dan Manfaat Hutan
» Pembiayaan Pengelolaan Hutan Pengenaan Pajak dan Restribusi Air dan Udara Bersih
» Optimalisasi Provisi Sumberdaya Hutan PSDH dan Dana Pengenaan Denda Perusak Hutan dan Lingkungan
» Asuransi Kerusakan dan Kebakaran Hutan Pemanfaatan Dana Internasional Efisiensi Bahan Baku Kayu
» Alokasi Penggunaan Lahan Implikasi Kebijakan.
» Reorientasi Produksi Hutan Implikasi Kebijakan.
» Rehabilitasi Hutan dan Lahan
» Ringkasan Hasil KESIMPULAN DAN SARAN
» Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN
Show more