130 membayar maka pengeluaran rumah tangganya akan menjadi besar, yaitu
pengeluaran untuk rencek sebesar Rp 10.04 milyar dan untuk makanan ternak sebesar Rp.6.59 milyar per tahun untuk seluruh wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Berdasarkan hal tersebut di atas maka hutan berfungsi sebagai salah satu
sumberdaya yang dapat menopang kehidupan masyarakat di dalam dan disekitarnya. Hal tersebut disebabkan kebutuhan sehati-hari masyarakat di
dalam dan sekitar hutan sangat tergantung dari keberadaan hutan tersebut. Kebutuhan sehari-hari tersebut antara kayu kayu bakarrencek, rumput
makanan ternak, daun dan sebagainya yang dapat diambil dari kawasan hutan tanpa membayar. Padahal nilai kebutuhan tersebut cukup signifikan bila
diperhitungkan terhadap pendapatannya.
3.3 Jasa Wisata
Manfaat jasa wisata dari kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah sudah cukup baik, sebab dengan luas hutan wisata 384.85 ha atau sekitar 0.05 dari
luas kawasan hutan pada 16 lokasi mampu memberikan output senilai Rp 83.05 milyar atau sekitar 3.5 dari output hasil hutan senilai Rp 2.45 triliun.
Sumbangan jasa wisata hutan tersebut pada perhitungan pendapatan provinsi, oleh Badan Pusat Statistik dimasukkan sebagai penerimaan sub
sektor hiburan dan jasa lainnya sesuai dengan standard klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia. Kontribusi sektor tersebut dalam pembentukan
pendapatan regional sebesar Rp 3.7 miliar. Besar pendapatan tersebut merupakan penjumlahan dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja sebesar
Rp 55 miliar, kapital Rp 20 miliar dan pajak tidak langsung neto Rp 10 miliar.
Nilai sumbangan jasa wisata hutan relatif kecil dibanding hasil produk lain misalnya kayu maupun non kayu, tetapi biaya pengelolaannya relatif
kecil. Kecilnya nilai sumbangan jasa wisata hutan juga disebabkan kecilnya tarif karcis masuk kawasan hutan wisata tersebut. Bahkan tarif karcis masuk
di beberapa tempat wisata hutan misalnya kali urang, guci dan sebagainya masih nol rupiah. Tarif masuk hanya dikenakan pada sarana permainan yang
ada di dalam hutan wisata tersebut. Nilai terbesar dari jasa hutan wisata di
131 Jawa Tengah adalah Hutan Wisata Grojokan Sewu di Kabupaten Karanganyar
yang memberikan output sebesar Rp 9.6 jutahatahun. Angka tersebut diperoleh dari penelitian Bahruni 1993.
Penyebaran lokasi wisata dan nilai jasa wisata di Provinsi Jawa Tengah sebagaimana Tabel 40. Pada tabel tersebut terlihat bahwa kabupaten -
kabupaten Cilacap, Sragen, Karanganyar, dan Semarang mempunyai hasil jasa wisata hutan yang cukup besar.
Tabel 40. Nilai Jasa Wisata di Beberapa Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003
No Kabupaten
Luas hutan wisata ha
Nilai Jasa Wisata juta Rp
1 Cilacap
126.2 784.47
2 Wonogiri
8.3 14.81
3 Karanganyar
64.3 4 413.32
4 Sragen
103.9 222.43
5 Blora
55.4 4.20
6 Rembang
62.2 170.31
7 Jepara
63 2 437.07
8 Semarang
18.3 97.10
9 Kendal
33.2 6.07
10 Batang
80.1 38.14
12 Pemalang
52.1 15.99
13 Tegal
8.7 5.39
14 Brebes
48.5 11.42
15 Magelang
18.3 29.64
Jumlah 384.85
8 340.89 Lebih lanjut bahwa peran kehutanan dalam memberikan jasa lingkungan
khususnya jasa wisata sangat potensiil dan berkembang dalam menggerakkan perekonomian apabila dikelola dengan tepat. Arah perkembangan ekonomi
yang dibentuk oleh sektor wisata hutan erat kaitannya dengan adanya bentang alam yang indah dan khas yang tern ah habis dikonsumsi. Peran jasa wisata
tidak menghasilkan langsung begi kehutanan, tetapi justru sangat penting bagi daerah maupun nasional secara lebih luas. Dimasa depan, jasa wisata hutan
akan menjadi primadona untuk penghasil devisa, maka peran kehutanan menjadi amat setrategis bagi perkembangan eknomi makro dan juga bagi
ekonomi mikro di daerah dan di sekitar obyek wisata hutan tersebut. Dengan demikian, kehutanan tidak hanya berkaitan dengan ekonomi perkayuan saja,
132 tetapi lebih jauh menjangkau berbagai sistem ekonomi, sosial dan budaya
yang beranekaragam, serta juga merupakan potensi untuk pengembangan ilmu dan teknologi.
3.4 Erosi