192 produksi maupun mendatangkan kayu dari luar daerah tidak mudah karena
sumber-sumber produksinya juga sudah sangat terbatas. Oleh karena itu industri primer kehutanan dihadapkan tantangan efisiensi bahan baku yang optimal untuk
mempertahankan operasionalnya. Di samping efisiensi bahan baku, industri primer kehutanan di Provinsi
Jawa harus mampu menyerap seluruh produksi hasil hutan di wilayah tersebut sehingga nilai tambah hasil hutan tidak keluar dan dapat dinikmati oleh
masyarakat setempat. Dengan adanya efisiensi bahan baku dan pengolahannya akan berdampak terhadap pengurangan luas dan volume tebangan per tahunnya di
wilayah tersebut.
7.2.9 Alokasi Penggunaan Lahan
Lahan merupakan masukan kapital capital input yang berfungsi sebagai faktor produksi utama dari berbagai aktivitas manusia untuk pertanian dalam arti
luas, perumahan, industri, pertambangan, infrastruktur dan sebagainya. Berbagai aktivitas tersebut secara langsung akan mempengaruhi output dalam penentuan
pendapatan wilayah, penyerapan tenaga kerja, investasi, dan aktivitas perekonomian lainnya. Oleh karena itu alokasi penggunaan lahan secara langsung
akan menentukan aktivitas perekonomian wilayah. Di sisi lain selama periode 1998-2003, penggunaan lahan di Provinsi
Jawa Tengah seluas 3.25 juta hektar terdiri dari 995 000 hektar 30.59 lahan persawahan dan 2.26 juta hektar 69.41 lahan bukan persawahan yaitu berupa
lahan tegalanperkebunan seluas 768 400 hektar, hutan 647 597 hektar dan perumahan dan bangunan seluas 618 400 hektar serta lain-lain seluas 225 600
hektar selalu mengalami perubahan peruntukan. Perubahan tersebut mengarah pengurangan lahan sawah, kebun, hutan menjadi perumahan. Sebagai contoh
pada periode tahun 1998 – 2003 secara resmi terjadi penyusutan lahan persawahan sekitar 1500 hektar menjadi perumahan BPS Jawa Tengah, 2004.
Fakta dilapangan, perubahan lahan sawah, hutan, dan kebun menjadi perumahan, hotel, industri, jalan dan lain-lain lebih besar dari angka resmi tersebut sebab
masih banyak perubahan peruntukan yang tidak resmi. Kondisi tersebut masih diperparah bahwa lahan sawah, hutan, dan kebun yang dirubah tersebut
193 merupakan lahan sawah, hutan dan kebun yang subur, produktif, dan rawan erosi.
Sehingga setelah lahan berubah fungsi maka terjadi penurunan produksi dari tahun ke tahun. Sebagai contoh pada tahun 2003, terjadi penurunan produksi padi
sebesar 7. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kebijakan yang perlu dilakukan
agar dicapai manfaat lahan yang optimal perlu dilakukan alokasi penggunaan lahan secara tepat baik menyangkut lokasi dan jenis peruntukkannya. Alokasi
penggunaan lahan yang tepat akan mempermudah perencanaan produksi secara mantap sehingga target yang telah ditetapkan akan mudah tercapai. Di samping
itu alokasi lahan secara tepat akan mendorong pelaksanaan konservasi lahan termasuk hutan sehingga dampak kerusahan lahan misalnya erosi dapat
kendalikan secara optimal.
7.2.10 Pemerataan Hak Kelola Hutan