37 membuat keputusan, dan 2 biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau
sebuah organisasi sebagai akibat keputusan organisasi tersebut. Aturan representatif akan mempengaruhi struktur dan besarnya biaya tersebut. Aturan
pengambilan keputusan yang sederhana untuk masalah ini adalah meminimumkan kedua biaya. Aturan reprensentatif mengatur siapa yang berhak berpartisipasi
terhada apa dalam proses pengambilan keputusan.
2.9 Kelembagaan Sektor Kehutanan
Implikasi dari konsep kelembagan pada pengelolaan sumberdaya hutan adalah pengendalian terhadap interaksi berbagai kepentingan yang mengatur hak
dan kewajiban “apa dan siapa” dalam pemanfaatan sumberdaya hutan pada perekonomian suatu wilayah. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut akan
melibatkan semua pelaku ekonomi yaitu pemerintah, masyarakat dan pihak swastapengusaha Supriadi, 1997.
Dalam ruang lingkup property right, maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 bahwa hutan adalah milik negara yang dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Penanggung jawan pengelolaan hutan adalah pemerintah yang dapat dilakukan oleh lembaga atau badan hukum
BUMN, Swasta, Koperasi, kelompok masyarakat ataupun perorangan. Demikan pula sesuai dengan ciri batas yurisdiksi kelembagaan maka batas bagi
masyarakat adat untuk memanfaatkan areal hutan dan hasil hutan dapat dijadikan sebagai cara untuk melestarikan sumberdaya hutan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 yang telah diperbaharui dengan beberapa Peraturan Pemerintah dan terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2003, bahwa pengelolaan hutan produksi dan lindung di Pulau Jawa di tangani oleh Perum Perhutani. Sementara itu
urusan sektor kehutanan di daerah yang menyangkut pengelolaan daerah aliran sungai ditangani oleh lembaga Unit Pelaksana Teknis UPT Departemen
Kehutanan yang bernama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BPDAS. Dan, pengelolaan kawasan hutan konservasi ditangani oleh UPT yang bernama
Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA. Sedangkan pelaksana urusan sektor kehutanan yang didesentralisasi ataupun dekonsentrasi dan pembantuan
38 adalah Dinas Daerah ProvinsiKabupatenKota yang menangani urusan sektor
kehutanan tersebut.
2.10 Konsep Model Input-Output
Model I-O atau sering juga disebut Tabel I-O adalah suatu sistem informasi statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa
antar sektor-sektor ekonomi. Aspek yang ingin ditonjolkan oleh Tabel I-O adalah bahwa setiap sektor mempunyai keterkaitan dengan sektor lain. Seberapa besar
ketergantungan suatu sektor ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksinya. Dengan kata lain sasaran pengembangan suatu sektor
tidak akan tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain. Oleh karena itu perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan
sektor-sektor terkait secara terintegrasi. Menurut Hulu 1990, Model I-O secara sistematik memaparkan adanya
saling ketergantungan antar pelaku ekonomi dalam sebuah perekonomian, yaitu : tuan tanah, petani, dan pengusaha. Tuan tanah menawarkan tanah kepada petani
dan menerima imbalan berupa uang sebagai balas jasa penggunaan atas faktor peroduksi tersebut. Kemudian petani menjuai produksi pertaniannya kepada tuan
tanah dan pengusaha sebagai bahan makanan dan menerima uang sebagai balas jasa penjualan. Pengusaha kemudian menjual hasil produksi industrinya kepada
tuan tanah dan petani. Dengan demikian terlihat adanya suatu saling ketergantungan antara petani, tuan tanah dan pengusaha dalam interaksi
mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran. Dalam tabel I-O, hubungan -hubungan antara satu kegiatan ekonomi dengan
kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya secara kuantitatif. Dasar pendekatan adalah hubungan interdependesi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam bentuk
persamaan linear fungsi produksi linear tanpa adanya substitusiinput yang mencerminkan analisis ekonomi dari sudut penawaran. Sedangkan output setiap
sektor produksi yang diminta untuk menjadi bahan baku input sektor lainnya dan untuk kepentingan permintaan akhir adalah sebagai cerminan fungsi
permintaan. Gabungan analisis permintaan dan penawaran inilah yang dapat disebut sebagai salah satu identitas keseimbangan umum. Jadi model input-output
39 merupakan suatu model keseimbangan umum sederhana yang dapat
menggambarkan saling ketergantungan atau keterkaitan kegiatan ekonomi antar sektor.
Pada dasarnya model input-output menggambarkan arus transaksi yang didasarkan pada kenyataan empiris yang terjadi pada proses produksi. Dengan
demikian analisis input-output memperlihatkan keseimbangan umum secara empiris pada sisi produksi, dimana penekanan pada sisi produksi dapat dilihat dari
permintaan akhir yang dianggap sebagai variabel eksogen atau dengan perkataan lain jumlah dan permintaan akhir tidak sepenuhnya ditentukan oleh jumlah
produksi didalam negeri dan unsur-unsur di dalam permintaan akhir tersebut tidak merupakan input bagi proses produksi.
Menurut Badan Pusat Statistik 2003, Model Input-Output dapat dijelaskan dengan sebuah tabel atau matrik yang mempunyai 3 tiga submatrik atau kuadran
sebagai berikut : X
ij
Kuadran I F
ik
Kuadran II V
m j
Kuadran II
Sumber: Badan Pusat Statistik 2003
dimana : Kuadran I
: menggambarkan transaksi antar industri, output sektor I
menjadi input sektor j Kuadran II
: mnggambarkan transaksi antara konsumen akhir rumah
tangga, pemerintah, investor, ekspor dengan industri penghasil barang dan jasa.
Kuadran III :
Menggambarkan transaksi antara pihak -pihak pemilik faktor produksi tenaga kerja, pemilik modal dengan unit-
unit ekonomi yang menggunakannya.
Sebagaimana dijelaskan di atas analisis Input-Output merupakan suatu model matematis yang menelaah struktur perekonomian yang saling terkait antara
berbagai sektor atau kegiatan ekonomi. Model ini lazim diterapkan untuk menganalisis perekonomian secara makro, nasional ataupun regional Dumairy,
1983.
40 Miller 1985 menjelaskan bahwa input-output adalah model peralatan yang
kemungkinan paling berguna dalam peramalan. Model input-output memberikan pilihan mulai dari peramalan perubahan jangka pendek dengan model yang
statistik yaitu dengan koefisien input yang tetap dan proyeksi perubahan dalam permintaan akhir, sampai pada peramalan jangka sedang dan jangka panjang yang
menggunakan model dinamis. Miernyk 1969 mengatakan bahwa analisis model Input-Output
menguraikan hubungan antara berbagai sektor yang berbeda dalam perekonomian. Model input-output berguna dalam :
1. Untuk estimasi produk dan tingkat impor yang konsisten dengan permintaan akhir.
2. Model ini menuntun kepada alokasi investasi untuk mencapai tingkat produksi yang diinginkan dengan penyedian investasi yang cukup.
3. Kebutuhan tenaga trampil dapat dievaluasi. 4. Analisis impor dan subsitusi impor yang mungkin untuk dilaksanakan guna
kemudahan ekonomi. 5. Kebutuhan modal, tenaga kerja, impor dan kebutuhan tidak langsung dalam
sektor lainnya dalam perekonomian, dan 6. Input-Output regional dapat pula disusun untuk tujuan perencanaan guna
menjajaki implikasi program pembangunan untuk daerah tertentu serta perekonomian secara keseluruhan.
Lebih lanjut Miernyk 1965 menjelaskan bahwa analisis Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain :
1. Untuk analisis struktur. Tabel Input-Output secara serentak melukiskan hubungan permintaan dan penawaran pada tingkat keseimbangan.
2. Sebagai alat peramalan dan perencanaan melalui mekanisme hubungan antara permintaan akhir dengan tingkat Output dalam tebel yang mempunyai
hubungan linear. Dalam perencanaan pembangunan yang konsisten antara kegiatan ekonomi secara makro dengan kegiatan ekonomi secara sektoral.
3. Sebagai alat analisis regional dan inter regional. Analisis dapat dilakukan secara terbatas pada suatu wilayah dan antar wilayah.
41 4. Sebagai alat evaluasi pengaruh atau pantulan ekonomi daripada investasi
masyarakat tarhadap perekonomian regional atau nasional. 5. Untuk analisis dampak pengaruh. Analisis dampak dapat dilakukan melalui
penggunaan koefisien-koefisien yang dihasilkan dan tabel Input-Output. Disini dapat dianalisis dampak antar sektor-sektor ekonomi, tenaga kerja,
pendapatan dan lainnya. 6. Untuk analisis kepekaan dan uji kelayakan. Dalam hal ini dapat diketahui
sektor kegiatan ekonomi mana yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
7. Metode Input-Output dapat digunakan secara bersama sama dengan metode linear Progaramming untuk tujuan perencanaan.
8. Metode Input-Output dapat juga digunakan secara bersama sama dengan analisis comparative cost, industrial complex dalam suatu rangkaian analisis
ekonomi regional. Lebih lanjut Supranto 1983 menjelaskan bahwa berdasarkan teori ini,
apabila permintaan akhir termasuk komponennya diketahui, maka tabel Input- Output dapat dipergunakan untuk membuat ramalan mengenai output, tenaga
kerja, impor, bagi setiap sektor ekonomi. Todaro 1978, menyatakan bahwa model inter industri atau model Input-
Output sangat berguna dalam perekonomian yang telah mencapai suatu tingkat perkembangan industri minimal yang ditandai oleh adanya sejumlah transaksi
antar industri. Kelebihan model Input-Output dibandingkan dengan model ekonomi lainnya adalah dapat diukurnya keeratan keterkaitan kegiatan ekonomi
antar suatu sektor dengan sektor lainnya. Tingkat keterkaitan kegiatan ekonomi tersebut diinformasikan melalui adanya transaksi antar sektor ekonomi
berdasarkan transaksi antara dapat diketahui angka keterkaitan sebuah sektor ekonomi terhadap sektor ekonomi lainnya.
Keterbatasan utama dalam analisis Input-Output yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah bersifat statis, karena berkaitan dengan asumsi-asumsi
dasar yang melandasi penyusunannya. Oleh karena itu penting untuk memahami asumsi dasar yang melandasi penyusunan tabel Input-Output adalah :
42 1. Asumsi keseragaman homogenety assumption yang mensyaratkan bahwa
setiap sektor memproduksi suatu output tunggai dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang
berbeda-beda. 2. Asumsi kesebandingan proportionality assumption yang menyatakan
hubungan antara tiap input dan ouput didalam setiap sektor merupakan fungsi linear, yaitu jumlah setiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik
atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut. 3. Penjumlahan additivity, yang menyatakan bahwa jumlah pengaruh kegiatan
produksi disebagian sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh masing- masing sektor.
Ketiga asumsi yang mendasar tersebut diatas perlu untuk diperhatikan dan dipahami agar supaya kita tidak kerliru didalam mengambil keputusan.
Menurut Todaro 1978, pengertian dasar dari analisis Input-Output terletak pada keyakinan bahwa perekonomian suatu negara dapat dibagi kedalam beberapa
sektor utama yang disebut industri atau kadang-kadang disebut dengan kegiatan - kegiatan yang terdiri dari satu atau beberapa unit usaha yang memproduksikan
barang-barang yang sama tetapi tidak perlu selalu yang produknya homogen. Tabel Input-Output dapat memberikan suatu kerangka kerja ynag mudah
untuk mengukur dan menganalisis berbagai sektor dalam suatu perekonomian. Selanjutnya Todaro 1978 menyatakan bahwa salah satu persoalan dalam
penerapan input-Output yang statis yaitu bahwa investasi tidak dapat dianggap secara otomatis terjadi seperti hainya permintaan akhir, tetapi perlu
memperlihatikan besarnya akumulasi modal pertahun. Akumulasi modal tersebut sangat tergantung pada konsumsi, pengeluaran pemerintah, dan jumlah ekspor.
Namun demikian, model Input-Output berguna dalam menilai elemen-elemen pokok tersebut untuk waktu yang akan datang. Perubahan struktur yang meyertai
dan menjadi ciri pembangunan ekonomi akan tercermin pada perubahan dalam tabel Input-Output. Proses pembangunan dapat ditandai dengan semakin
kompleksnya tabel Input-Output Kindleberger dan Herrick, 1977. Salah satu kegunaan utama tabel Input-Output adalah dalam perencanaan
jangka menengah dimana arahnya adalah untuk mendapatkan suatu ramalan yang
43 terperinci mengenai penawaran dan permintaan dari perekonomian untuk suatu
target jangka waktu tertentu, misalnya lima sampai sepuluh tahun yang akan datang Todaro, 1978.
Terlepas dari kebaikan model Input-Output, perlu juga dicatat adanya beberapa kelemahan. Kindleberger dan Herrick 1977 mengemukakan beberapa
kelemahan model Input-Output adalah : 1. Rumah tangga, pemerintah dan impor tidak diperhitungkan langsung menjual
kepada permintaan akhir, sehingga kolo mbaris pada matriks transaksi dinyatakan kosong. Barang impor dapat langsung dikonsumsi oleh rumah
tangga. Dengan demikian diasumsikan bahwa semua barang impor merupakan bahan baku atau bahan setengah jadi yang masih harus diproses dalam matriks
transaksi. 2. Perkembangan teknologi tidak kelihatan. Misalnya, Sektor A yang didalamnya
terdapat sejumlah perusahaan yang menggunakan berbagai teknologi, tetapi yang kelihatan hanya satu teknologi saja
3. Karena hubungan antara sektor merupakan hubungan linear saja, maka tidak kelihatan adanya penghematan skala economy of scale; yang ada hanya
constant return to scale. Misalnya, untuk memproduksi satu piring
memerlukan biaya Rp 200,00 dan untuk seribu piring biaya Rp 200 000,00. 4. Oleh karena total output sama dengan total input atau total penawaran sama
dengan total permintaan, maka terlihat adanya keseimbangan yang tidak ditentukan oleh mekanisme pasar, karena harga sudah ditentukan lebih dahulu,
sedangkan biasanya, harga yang menentukan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
5. Dengan adanya kemajuan teknologi dan keterbatasan sumberdaya alam sulit untuk menentukan sektor yang hanya memproduksi satu macam produk
dengan susunan input tunggal, sektor yang berproduksi mengikuti fungsi additive, dan sektor yang menghasilkan ouput proporsional dengan input yang
digunakan. 6. Model Input-Output tidak dapat menangani secara baik efek kekuatan
kompetitif Interegional, seperti halnya dampak perubahan teknologi yang
44 lebih rendah dalam suatu daerah terhadap output, harga dan pendapatan
daerah lainnya. 7. Model Input-Output merupakan alat analisis yang tidak lengkap untuk
menjelaskan atau memprediksi perubahan struktural, misalnya masuknya industri-industri baru, sehingga industri lama menjadi hilang.
8. Kelemahan -kelemahan yang bersumber dari asumsinya yaitu : a. Tidak adanya keterkaitan sumberdaya, artinya selalu ekses kapasitas,
sehingga penawaran masing-masing komoditi elastis sempurna. Sedangkan kenyataannya masalah ekonomi adalah ditandai dengan
keterbatasan sumberdaya. b. Dalam Input-Output tidak diperlukan adanya persediaan inventory bila
berpegang pada asumsi ekses penawaran. c. Penggunaan teknologi maju dan tradisional tidak dapat dibedakan, karena
asumsinya hanya menggunakan satu macarn teknologi. d. Sektor yang telah berkembang pesat dan sektor yang belurti berkembang
sukar dibedakan, karena nilai dari nasil analisis adalah berupa rasio. Dengan demikian analisis Input-Output tidak mengenal adanya economics
of scale .
2.11 Konsep Sistem Neraca Sosial Ekonomi.