Multiplier Sektor Kehutanan Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

167 di Provinsi Jawa Tengah senang membelanjakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa di perlukan sehari-hari baik untuk proses produksi maupun untuk investasi rumah tangga dalam bentuk barang keperluan rumah tangga. Tabel 53. Pola Pengeluaran Menurut Golongan Rumah Tangga Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 juta Rp Pengeluaran RT Dibayar RT Tak Dibayar Jumlah Persen Konsumsi akhir 327 168 148 770 475 938 53.58 Pajak langsung 6 310 8 198 14 508 1.63 Tranfer 39 869 42 263 82 132 9.25 Tabungan 193 736 121 943 315 679 35.54 Jumlah 567 083 321 174 888 257 100.00

6.3.3 Multiplier Sektor Kehutanan

Pemanfaatan analisis deskriptif dari matrik multiplier digunakan untuk menelusuri kegiatan sektor apa saja yang akan terdorong oleh sektor-sektor yang dimaksud. Sebagaimana diketahui dari analisis input-output, sektor jasa lingkungan merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya didalam menggerakan perekonoman lainnya. dengan kemampuan multiplier sebesar 2.56 satuan output seluruh sektor. Apabila ditelusuri ke dalam rincian matrik multiplier pada Tabel SNSE Lampiran 22, ternyata sektor utama yang akan terdorong oleh kegiatan sektor jasa lingkungan adalah sektor industri pengolahan lainnya. Yaitu, apabila sektor jasa lingkungan naik sebesar satu satuan maka permintaan terhadap sektor industri pengolahan lainnya akan meningkat sebesar 0.93 satuan. Kemudian diikuti oleh sektor industri migas 0.14 satuan. sektor angkutan dan komunikasi 0.13 satuan. sektor bank dan lembaga keuangan sebesar 0.11 satuan. Berdasarkan Tabel Lampiran 22 dapat diketahui bahwa jika permintaan terhadap output sektor kayu naik sebesar satu satuan, maka total output seluruh sektor akan meningkat sebesar 1.66 satuan. Adapun sektor yang paling besar terdorong oleh pergerakan sektor hasil hutan kayu bulat adalah sektor industri pengolahannya yang terdiri dari industri penggergajian, industri kayu lapis, industri bahan bangunan dari kayu, industri mesin dan industri yang belum terkelompokan dan sektor industri migas. Dimana pertumbuhan kedua sektor tersebut terdorong sampai sekitar 0.16 satuan dan 0.12 satuan. 168 Untuk sektor industri kayu lapis, jika permintaan akhir terhadap sektor ini meningkat sebesar satu satuan. maka total output seluruh sektor akan meningkat sebesar 1.89 satuan. Adapun sektor yang paling besar terdorong oleh pergerakan sektor kayu lapis adalah sektor industri kayu gergajian, sektor industri bahan bangunan dari kayu, industri pengolahan lainnya yang terdiri industri kimia, industri logam, industri mesin dan industri yang belum terkelompokan, serta sektor listrik dan gas. Dimana pertumbuhan untuk masing-masing sektor tersebut terdorong sampai sekitar 0.14 satuan untuk sektor industri kayu gergajian, 0.12 satuan untuk sektor industri bahan bangunan dari kayu, 0.15 satuan untuk industri pengolahan lainnya, dan 0.15 satuan untuk sektor listrik dan gas. Lebih lanjut setiap satu satuan kenaikan output industri gerajian kayu, maka ia akan mendorong secara langsung maupun tidak langsung peningkatan pendapatan rumahtangga bukan pertanian golongan bawah sebesar 0.399 satuan dan meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 0.093 satuan. Apabila kita memperhatikan kolom yang sama dengan baris faktor produksi tenaga kerja, maka dapat diketahui bahwa setiap satu satuan kenaikan output industri gergajian kayu mampu mendorong balas jasa tenaga kerja kelompok buruh kasar, operator alat angkut dan operator manual sebesar 0.243 satuan. Jika diasumsikan upah dan gaji yang dibayarkan tetap, maka dapat diartikan akan tercipta lapangan pekerjaan sebesar 0.243 satuan. Dengan cara yang sama kita juga dapat melihat kemampuan fungsi lain sektor kehutanan dan nilai neraca lingkungan sumberdaya hutan terhadap pendapatan institusi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Analisis tersebut merupakan dampak global dari suatu kebijakan. Apabila ingin mengetahui arus kebijakan tersebut dapat dianalisi melalui dekomposisi multiplier.

6.3.4 Dekomposisi