Erosi MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH

132 tetapi lebih jauh menjangkau berbagai sistem ekonomi, sosial dan budaya yang beranekaragam, serta juga merupakan potensi untuk pengembangan ilmu dan teknologi.

3.4 Erosi

Nilai ekonomi penggantian adanya pengurangan kapasitas hutan direfleksikan dari nilai erosi, yang dihitung berdasarkan biaya penggantian erosi yang telah dilakukan oleh Magrath 1989. Hasil perhitungan Magrath 1989 tersebut, bahwa nilai penggantian erosi di Jawa Tengah sebesar 4 dari nilai usaha tani lahan kering. Angka 4 tersebut akan berdampak sangat berpengaruh sebab dengan 3 tiga musim panen dalam setahun maka secara komulatif akan menjadi lebih besar. Berdasarkan data pada BPDAS Jratunseluna Semarang luas lahan kering di Provinsi Jawa Tengan tahun 2003 seluas 526368.40 ha. Selanjutnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2003, diketahui produksi gabah lahan kering rata-rata sebesar 2500 kgha dan harga gabah sebesar Rp 1700kg. Dengan menggunakan rumus tersebut di atas didapatkan nilai kerugian akibat erosi Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 8.95 trliun. Rincian kerugian erosi per KabupateKota sebagaimana Lampiran 5. Erosi terjadi diseluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah baik di dalam kawan hutan maupun di kawasan-kawasan lain antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan, perumahan dan sebagainya. Berdasarkan luas lahan kritis disetiap wilayah serta tingkat kekritisannya makan nilai kerugian erosi tersebut sebagaimana Tabel 41. Kawasa kehutanan, pertanian secara luas, dan pertambangan dan galian penyumbang terbesar terjadinya erosi. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa ketiga kawasan tersebut terdapat pembukaan lahan baik yang resmi maupun illegal. Penebangan. Pembukaan lahan secara resmi misalnya tebangan tahunan, pembuaatan kebun dan ladang, galian C dan sebagainya. Sedangkan pembukaan lahan yang illegal antara lain perambahan hutan, penebangan liar, galian liar dan sebagainya. Sementara itu kawasan perumahan yang cukup besar mengakibatkan erosi adalah pembukaan lahan untuk perumahan, dan pengurugan lahan. 133 Tabel 41. Nilai Kerugian Erosi untuk Setiap Kawasan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003. No Kawasan Luas Lahan Kritis Ha Nilai Kerugian Erosi Juta Rp 1 Kehutanan 722 2 131 970 2 Pertanian 67 287 836 3 Perkebunan 50 226 844 4 Pertambangan dan galian 48 6 268 938 5 Peternakan 37 169 197 6 Perumahan 48 519 363 7 Industri 82 103 776 8 Lain-Lain 102 8 948 263 Berdasarkan Lampiran 5 sebanyak 29 kabupatenkota dari seluruh kabupatenkota 35 kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan kapasitas hutan akibat erosi. Penurunan kapasitas hutan akibat erosi di kabupaten -kabupaten tersebut relatif besar yaitu nilai ekonominya kerugiannya di atas Rp 40 milyar. Bahkan. untuk kabupaten-kabupaten Purbalingga. Banjarnegara. Kebumen, Purworejo, Karanganyar, Sragen, Pati. Semarang, Pekalongan, menanggung nilai kerugian akibat erosi di atas Rp 300 milyar per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi hutan dan lahan wilayah Provinsi Jawa Tengah sudah sangat rawan terhadap bahaya erosi. Bahaya erosi sudah dirasakan oleh masyarakat Provinsi Jawa Tengah maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Sebagai gambaran jelas yaitu bahaya erosi akan mempengaruhi langsung produktivitas padi. Hal tersebut dibuktikan dari catatan BPS Jawa Tengah 2004, bahwa sejak tahun 1998 hingga 2003 produktivitas padi dari lahan kering sebesar 25.3 kuintal per hektar cenderung turun 5.34 per tahun. Sehingga pada tahun 2003 produksi padi di provinsi tersebut turun 7.17 . Hal tersebut tentunya akan berdampak kepada perekonomian wilayah mengingat hasil padi Provinsi Jawa Tengah adalah komoditi strategis dan sekaligus andalan bagi penyangga pangan nasional. Dampak erosi akan mengancam kondisi sosial ekonomi masyarakat di Pulau Jawa. Daerah atas up land telah menerawang terang tanpa pepohonan yang rimbun. sehingga ketika hujan turun, air dari perbukitan mengalir deras 134 membawa lumpur. batuan dan humus yang tidak dapat diserap lagi oleh tanah. Lahan menjadi miskin hara dan produktivitas tanaman pangan menurun.

3.5 Udara bersih