60
C
KB
C
MK
P
KB
P
MK
: :
: :
Konsumsi kayu bakar per KK Konsumsi makanan ternak per KK
Kayu bakar Makanan ternak
4.4.3 Penggantian Kegiatan Deforestasi
Nilai ekonomi penggantian kegiatan deforestasi konversi hutan, perambahan hutan, dan kerusakan lahan hutan yang lain menggunakan hasil
perhitungan Perum Perhutani Jawa Tengah data sekunder.
4.4.4 Penggantian Pengurangan Kapasitas Hutan Nilai Erosi
Nilai ekonomi penggantian adanya pengurangan kapasitas hutan yang direfleksikan dari nilai erosi, dihitung berdasarkan biaya penggantian erosi. Nilai
penggantian erosi tersebut telah dilakukan oleh Magrath 1989. Hasil perhitungan Magrath 1989 tersebut antara lain nilai penggantian erosi di Jawa
Tengah sebesar 1 untuk on site dan 4 untuk off site dari nilai usaha tani lahan kering. Oleh karena erosi terjadi di hampir seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah
maka nilai penggantian erosi tersebut lebih tepat sebesar 4 dari nilai usaha tani lahan kering. Apabila hasil usaha tani tersebut berupa padi, maka penghitungan
nilai erosi di Provinsi Jawa Tengah dapat dirumuskan sebagai berikut: …………………………....
dimana :
NE
ht
: Nilai pengganti erosi kawasan hutan tahun
L
lk
Y
lk
P
lk
: :
: Luas lah an kering
Produksi padi rata-rata lahan kering tonhatahun Harga rata-rata padi Rpton
4.4.5 Penggantian Kegiatan Illegal Logging.
Nilai penggantian kegiatan illegal logging di Jawa Tengah menggunakan data sekunder yaitu laporan Perum Perhutani Jawa Tengah data sekunder.
NE
ht
= 4 x L
lk
x Y
lk
x P
lk
8
61
4.4.6 Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Total nilai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi Jawa Tengah diproksi dari jumlah anggaran instansi kehutanan untuk kegiatan rehabilitasi hutan
dan penghijauan yang telah berlangsung sejak tahun 2003. Total nilai tersebut dihitung berdasarkan jumlah anggaran rata-rata per tahun yang ada di seluruh
instansi kehutanan di daerah BPDAS, BKSDA, Perum Perhutani untuk kegiatan reboisasi dan penghijauan.
4.4.7 Penyediaan Udara Bersih
Penentuan nilai karbon dalam penelitian ini difokuskan pada hutan primer
lindung, wisata, taman nasional dan konservasi dan hutan sekunder hutan produksiareal kerja Perum Perhutani.
Produksi udara bersih O
2
menggunakan hasil penelitian Kirsfianti 2004, yaitu. rata-rata sebanyak 41.6 tonhatahun atau
pada kisaran produksi 19.2 – 85.7 tonhatahun. Penelitian tersebut dilakukan pada kawasan hutan campuran agroforestry
di
wilayah DAS Citanduy Kabupaten Ciamis dan Tasik Malaya Jawa Barat. Kemampuan produksi udara
bersih tertinggi pada kawasan hutan primer, sedangkan produksi rara-rata pada hutan sekunder. Oleh karena penelitian tersebut dilakukan di Jawa Barat yang
lokasinya relatif sama dengan Jawa Tengah, produksi udara bersih hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi udara bersih di Jawa tengah.
Untuk nilai karbon digunakan pendekatan harga karbon yang berlaku di pasar international yaitu sebesar Rp 18 000 per ton Kompas 18 September 2004.
Penentuan nilai udara bersih di Jawa Tengah dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
NUB
ht
= {Lp x Kcp} +{Ls x Kcs} x Hc ..................... ....
dimana :
NUB
ht
Lp
Ls
: :
: Nilai penyediaan udara bersih Rp
Luas hutan primer hektar Luas hutan sekunder hektar
9
62
Kcp Kcs
Hc :
: :
Kemampuan produksi udara bersih hutan primer tonha Kemampuan produksi udara bersih hutan sekunder tonha
Harga udara bersih Rp per ton
4.4.8 Kehilangan Nilai Tambah