Perhitungan Ekonomi Manfaat Hutan

VI. MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH

6.1. Perhitungan Ekonomi Manfaat Hutan

Manfaat hutan dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah telah dirasakan oleh masyarakat di provinsi tersebut sejak penjajahan Belanda Yogasara, 2000. Hal terseb ut ditunjukkan adanya hasil-hasil hutan telah diperdagangkan dari Provinsi Jawa Tengah baik perdagangan ekspor maupun perdagangan domestik. Perdagangan hasil hutan tersebut terutama berupa kayu bulat dan kayu setengah jadi maupun produk jadi yang berupa meubel, komponen rumah, dan kayu ukir- ukiran merupakan komoditi andalan yang berperan besar dalam menggerakkan perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan lebih lanjut, manfaat hutan di Provinsi Jawa Tengah baik yang berupa kegiatan maupun komoditi yang ditangani oleh Instansi Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Semarang, Balai Taman Nasional Karimun Jawa, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jratunseluna, dan Perum Perhutani Unit I maupun yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik Jawa Tengah terdapat 18 manfaat ekonomi hutan yaitu, yang berupa komoditi antara lain 1 kayu, 2 non-kayu getah, damar, madu, bambu dan lain-lain, 3 jasa wisata hutan, 4 air, 5 uadara bersih, 6 hasil hutan yang langsung dikonsumsi masyarakat kayu bakarrencek, daun, makanan ternak, dan yang berupa kegiatan antara lain 7 deforestasi, 8 pengurangan kapasitas hutan nilai erosi, 9 illegal logging, 10 rehabilitasi hutan dan lahan, 11 illegal trading , 12 industri penggergajian dan awetan, 13 industri kayu lapis, 14 industri meubel dan bahan bangunan, 15 industri pengolahan dengan bahan baku kayu, serta yang berupa campuran komoditi dan kegiatan antara lain 16 kehilangan nilai tambah, 17 keberadaan, pilihan, dan pelestarian, dan 18 efisiensi kelembagaan. Penghitungan ke-18 manfaat hutan tersebut sebagian besar 9 manfaat telah dilakukan oleh instansi-instansi tersebut di atas khususnya untuk komoditi dan kegiatan yang jelas pasarnya transaksinya. Misalnya BPS dan Perum Perhutani telah menghitung 7 tujuh manfaat yaitu nomor 1sd 3 dan nomor 12 sd 15, selanjutnya Dinas Kehutanan dan Perum Perhutani telah menghitung nilai kegiatan deforestasi 7 dan illegal logging 9. Sedangkan 9 118 sembilan manfaat lain belum dihitung oleh intansi-instansi tersebut karena tidak jelas transaksinya. Tetapi beberapa peneliti telah melakukan perhitungan baik di Provinsi Jawa Tengah maupun di wilayah lain. Oleh karena itu dengan melakukan aplikasi dari hasil-hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai dari seluruh manfaat hutan tersebut. Aplikasi hasil valuasi 18 variabel dari manfaat hutan di Provinsi Jawa Tengah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Hasil Perhitungan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

Dengan menggunakan dasar Tabel Input-Output Provinsi Jawa Tengah tahun 2000 standar yang kemudian dilakukan penyesuaian RAS ke tahun 2003 maka didapatkan hasil perhitungan Product Domestic Regional Bruto PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 standar. Klasifikasi baku sektor pada perhitungan PDRB tersebut sebanyak 22 sektor yang disusun berdasarkan Satuan Kelompok Komoditas dan Satuan Aktivitas dengan mengacu kepada International Standar of Industrial Clasification for Economic Activities ISIC tahun 1993. Kehutanan sebagai satuan aktivitas produksi disusun dalam 2 dua satuan kelompok komoditas yaitu kayu dan non kayu terbatas pada getah, rotan bambu, madu dan sebagainya. Berdasarkan perhitungan klasifikasi baku dapat diketahu i bahwa nilai manfaat hutan di Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 2.367 triliun atau sekitar 0.68 dari total output Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 345.984 triliun. Setelah dilakukan pencermatan lebih lanjut terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 standar tersebut, terdapat klasifikasi sektor manfaat hutan yang masuk sektor non kehutanan yaitu jasa wisata hutan terhitung ke dalam sektor jasa-jasa lainnya, serta industri-industri primer kehutanan industri penggergajian, industri kayu lapis, industri bangunan dari kayu, dan industri pengolahan dengan bahan baku kayu terklasifikasi sebagai sektor non kehutanan yaitu sebagi satuan aktivitas industri. Dengan demikian setelah dilakukan pencermatan maka total manfaat hutan yang lebih tepat dalam perhitungan Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 sebesar Rp 7.687 triliun atau sekitar 2.22 dari total output provinsi tersebut. 119 Rincian manfaat hutan dalam perhitungan PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 standar sebagaimana Tabel 34. Tabel 34. Manfaat Hutan pada Perhitungan Input-Output Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 standar No SektorVariabel Nilai manfaat hutan Juta Rp Keterangan 1 Hasil kayu 725 764.20 - 2 Hasil non kayu 1 642 982.13 - 3 Jasa wisata hutan 83 114.47 masuk sektor non kehutanan 4 Industri Kayu Gergajian dan Awetan 2 270 474.86 masuk sektor non kehutanan 5 Industri Kayu Lapis dan sejenisnya 1 175 578.08 masuk sektor non kehutanan 6 Industri bahan bangunan dari kayu 1 733 260.17 masuk sektor non kehutanan 7 Industri barang-barang lainnya dari kayu 55 594.94 masuk sektor non kehutanan Jumlah 7 686 768.85 Jasa wisata hutan memerlukan sistem pengelolaan sendiri dimana input lahan, tenaga, dan modal bersifat khusus yaitu dari instansi kehutanan yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam KSDA, Taman Nasional, dan Perum Perhutanani yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Sehingga output jawa wisata hutan tersebut akan tepat sebagai penghasilan sektor kehutanan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka klasifikasi baku sektor perlu dicermati secara lebih mendalam.

2. Hasil Proksi Data Sekunder

Proksi data sekunder manfaat hutan meliputi sektorvariabel rehabilitasi hutan dan lahan, kehilangan nilai tambah, illegal trading , efektifitas kelembagaan kehutanan, deforestasi dan illegal logging. Data sekunder manfaat hutan dalam kelompok ini dikumpulkan dari intansi kehutanan di Provinsi Jawa Tengah. Hasil proksi data sekunder tersebut sebagaimana Tabel 35. 120

2.1 Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan