Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 75 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 100
7.1.4 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 75
Hasil penghitungan menunjukan bahwa apabila dari kegiatan illegal hanya terjadi sebanyak 75 persen dari kondisi saat ini sebagaimana Lampiran 26, akan meningkatkan output sektor kehutanan sebesar Rp. 90.99 miliar. maka sektor produksi yang langsung memperoleh peningkatan output adalah sektor industri pengolahan kayu sekitar Rp 19.79 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor industri makanan dan minuman sebesar Rp 12.46 miliar, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp 9.48 miliar, dan sektor industri migas sebesar Rp 5.64 miliar. Lebih lanjut faktor produksi akan mendapatkan tambahan output Rp 145. 76 miliar dan institusi rumah tangga mendapatkan tambahan output sebesar Rp 137.98 miliar. Berdasarkan hal tersebut maka ada kecenderungan kenaikan output tenaga kerja maupun institusi rumah tangga jika kegiatan illegal naik, tetapi output sektor mengalami penurunan jika dibanding kegiatan illegal 50. Hal ini memperkuat bahwa kegiatan illegal kehutanan banyak dinikmati oleh tenaga kerja dan rumah tangga sebagaimana angka-angka skenario lain.7.1.5 Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 100
Hasil penghitungan menunjukan bahwa apabila dari kegiatan illegal hanya terjadi sebanyak 100 persen dari kondisi saat ini sebagaimana Lampiran 27, akan meningkatkan output sektor kehutanan sebesar Rp. 340.74 miliar. maka sektor produksi yang langsung memperoleh peningkatan output adalah sektor industri pengolahan kayu sekitar Rp 26.39 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor industri makanan dan minuman sebesar Rp 16.61 miliar, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp 12.65 miliar, dan sektor industri migas sebesar Rp 7.52 miliar. Lebih lanjut faktor produksi akan mendapatkan tambahan output Rp 235.66 miliar dan institusi rumah tangga mendapatkan tambahan output sebesar Rp 262.43 miliar. Hal yang menarik dari skenario ini adalah jika kondisi illegal dihitung seluruhnya dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan kegiatan illegal tersebut sama sekali tidak ada maka masih terjadi minus pendapatan sekitar Rp 152.03 183 miliar. Dengan demikian pilihan membiarkan kegiatan illegal tetap kurang menguntungkan dibanding memberantas sama sekali. Oleha karena itu meskipun kegiatan memberantas kegiatan illegal berpengaruh terhadap penurunan pendapatan tetapi lebih baik jika membiarkannya.7.1.6 Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 5
Parts
» Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
» Pendekatan Pengeluaran Konsep Penghitungan Pendapatan
» Konsep Pendapatan Bersih TINJAUAN TEORITIS
» Konsep Sumberdaya Hutan TINJAUAN TEORITIS
» Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan
» Peran Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Perekonomian Wilayah
» Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Hutan
» Konsep Kelembagaan TINJAUAN TEORITIS
» Kelembagaan Sektor Kehutanan Konsep Model Input-Output
» Konsep Sistem Neraca Sosial Ekonomi.
» Kajian Penelitian Peranan Ekonomi Kehutanan
» Kerangka Pelaksanaan Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN
» Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data
» Pemanfaatan Air Metode Aplikasi Hasil Valuasi Sektor Kehutanan
» Penggantian Kegiatan Illegal Logging. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Penyediaan Udara Bersih
» Pembentukan Model Input – Output Modifikasi
» Kontribusi Faktor Ketimpangan Pendapatan Analisis Pengganda Neraca
» Kondisi Umum Provinsi Jawa Tengah
» PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOIAHAN
» BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, KEUANGAN, PERSEWAAN JASA -JASA
» PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
» BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, PENGANGKUTAN DAN KEUANGAN, PERSFWAAN JASA -JASA
» Pertumbuhan Ekonomi Tenaga Kerja
» Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran perkapita Konsumsi
» Luas Hutan Profil Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
» Luas Kawasan Hutan Konservasi
» Luas Areal Potensial Hutan Rakyat di Propinsi Jawa Tengah
» Produksi Hasil Hutan Pemasaran Hasil hutan
» Perhitungan Ekonomi Manfaat Hutan
» Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
» Illegal Logging dan Illegal trading
» Kehilangan Nilai Tambah Deforestasi
» Efisiensi Kelembagaan MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Air MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Hasil Hutan Dikonsumsi Langsung Masyarakat
» Jasa Wisata MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Erosi MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Udara bersih MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH
» Keberadaan, Pilihan dan Pelestarian
» Model Input-Output Standar Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Membangun Kerangka Model Input-Output Modifikasi
» Analisis Output Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Analisis Input Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Backward Linkage dan Forward Linkage
» Kebocoran Pendapatan Regional Manfaat Hutan dalam Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
» Kebocoran Pendapatan Sektor Kehutanan
» Distribusi Pendapatan Faktor Produksi
» Distribusi Pendapatan Rumah Tangga
» Multiplier Sektor Kehutanan Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Dekomposisi Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Analisis Alur Struktural Manfaat Hutan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
» Penaggulangan Kebocoran Manusiawi pada Tingkat 0
» Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 5 Penaggulangan Kebocoran Erosi pada Tingkat 10
» Penghargaan Produk Hasil Hutan dan Manfaat Hutan
» Pembiayaan Pengelolaan Hutan Pengenaan Pajak dan Restribusi Air dan Udara Bersih
» Optimalisasi Provisi Sumberdaya Hutan PSDH dan Dana Pengenaan Denda Perusak Hutan dan Lingkungan
» Asuransi Kerusakan dan Kebakaran Hutan Pemanfaatan Dana Internasional Efisiensi Bahan Baku Kayu
» Alokasi Penggunaan Lahan Implikasi Kebijakan.
» Reorientasi Produksi Hutan Implikasi Kebijakan.
» Rehabilitasi Hutan dan Lahan
» Ringkasan Hasil KESIMPULAN DAN SARAN
» Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN
Show more