Efisiensi Kelembagaan MANFAAT HUTAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH

125 yang sulit ditentukan siapa yang bertanggung jawab. Di samping itu akibat yang ditimbulkan harus ditanggung pihak mana juga sulit ditentukan. Dengan demikian deforestasi dalam perekonomian bersifat komplek dan menyeluruh.

2.5 Efisiensi Kelembagaan

Efisiensi kelembagaan merupakan aktivitas ekonomi yang terjadi dari efisiensi usaha institusi kehutanan di Provinsi Jawa Tengah yang yang belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu dalam perhitungan PDRB sektoral maupun regional efisiensi kelembagaan bersifat additive dari kondisi aktual. Nilai efisiensi kelembagaan juga dapat dibandingkan dengan output atau nilai tambah sektor kehutanan yang ada sebab nilai-nilai tersebut menunjukan efisiensi atau produktifitas lembaga di dalam mengelola sektor kehutanan. Nilai ekonomi efisiensi kelembagaan diproksi dari nilai efisiensi atau surplus usaha sektor kehutanan di Jawa Tengah yaitu prosentase selisih total biaya produksi dengan nilai produk yang dihasilkan. Nilai prosentase tersebut dikalikan PDRB maka akan didapat nilai ekonomi kelembagaan. Berdasarkan data sekunder dari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah diketahui efisiensi usaha kehutanan yang dioperasikan tahun 2003 sebesar 0.70 dimana PDRB kehutanan sebesar Rp 726.78 miliar maka efisiensi kelembagaan yang belum dimanfaatkan sebesar Rp. 218.03 miliar. Rincian efisiensi kelembagan di Jawa Tengah tahun 2000 – 2004 sebagaimana Lampiran 10. Kelembagan pada pengelolaan sumberdaya hutan mempunyai implikasi terhadap upaya pengendalian interaksi berbagai kepentingan yang mengatur hak dan kewajiban “apa dan siapa” dalam pemanfaatan sumberdaya hutan pada perekonomian suatu wilayah. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut akan melibatkan semua pelaku ekonomi yaitu pemerintah. masyarakat dan pihak swastapengusaha. Oleh karena itu pengaturan hak dan kewajiban par a pihak di wilayah khususnya Provinsi Jawa Tengah dalam pengelolaan sumberdaya hutan menjadi salah satu item yang mempengaruhi pendapatan 126 sektor kehutanan. Lebih lanjut dalam ruang lingkup property right. maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 bahwa hutan adalah milik negara yang dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Penanggung jawan pengelolaan hutan adalah pemerintah yang dapat dilakukan oleh lembaga atau badan hukum BUMN, Swasta, Koperasi. kelompok masyarakat ataupun perorangan. Demikan pula sesuai dengan ciri batas yurisdiksi kelembagaan maka batas bagi masyarakat adat untuk memanfaatkan areal hutan dan hasil hutan dapat dijadikan sebagai cara untuk melestarikan sumberdaya hutan. Kelembagaan yang berperan dalam pengeleloaan hutan di Provinsi Jawa Tengah antara lain Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas-Dinas di seluruh kabupatenkota wilayah Provinsi Jawa Tengah yang menangani urusan kehutanan, Perum Perhutani Unit I, Balai KSDA Jawa Tengah, dan Balai Taman Nasional Karimun Jawa.

3. Aplikasi Hasil Penelitian

3.1 Air