153 Tabel 48. Komposisi Nilai Tambah Sektor Kehutanan di Jawa Tengah
Tahun 2003
Sektor Sektor Kehutanan
Seluruh Perekonomian
Upah dan gaji 47.17
54.83 Surplus usaha dan penyusutan
51.83 29.60
Pajak tak langsung neto 1.00
5.57
Jumlah 100.00
100.00
Surplus usaha belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat karena surplus usaha tersebut sebagian ada yang tersimpan atau ditanam
perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan. Dengan rendahnya komponen upah dan gaji tersebut di sektor kehutanan, mengindikasikan bahwa tenaga kerja di
sektor kehutanan sebagai fak tor produksi belum memperoleh penghasilan yang memadai atas balas jasa yang dihasilkannya.
Upah dan gaji menjadi pendorong utama bagi manusia untuk bekerja oleh karena manusia perlu memenuhi kebutuhan dasarnya bahkan bila mungkin
meningkatkan standar hidupnya, maka upah yang layak sangat mereka butuhkan. Namun perlu juga dicermati bahwa perusahaan dalam menentukan upah dan gaji
juga mempertimbangkan berbagai aspek seperti masa kerja, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki pekerja, serta variabel
lainnya. Konsep pengupahan perlu juga mempertimbangkan produktivitas pekerja.
6.2.4 Analisis Input
Struktur biaya untuk penggunaan berbagai input suatu sektor dikelompokan kedalam dua kelompok besar, yaitu input antara dan input primer. Input antara
mencerminkan jenis -jenis biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing sektor atas biaya pemakaian barang dan jasa yang habis digunakan untuk proses produksi.
Sedangkan input primer atau sering disebut dengan nilai tambah bruto, mencerminkan seluruh biaya yang digunakan untuk pembayaran balas jasa faktor
produksi. Komponen ini terdiri dari upahgaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Adapun yang dimaksud dengan input adalah
154 pengeluaran yang digunakan untuk membeli bahan baku dan penolong yang
merupakan output dari sektor-sektor yang lain. Hasil penghitungan tabel input output propinsi Jawa Tengah tahun 2003
menunjukan bahwa total input seluruh sektor ekonomi besarnya mencapai Rp.354.19 triliun. Dari total input tersebut, yang merupakan komponen nilai
tambah bruto sebesar Rp 177.39 triliun atau sekitar 50.08. Berarti yang merupakan komponen input antara besarnya mencapai 49.92. Dari besar input
antara tersebut, hanya sekitar 66.12 nya yang bahan bakunya berasal dari prod uk domestik propinsi Jawa Tengah, sisanya 33.88 merupakan impor dari
luar propinsi Jawa Tengah. Bahkan untuk sektor kehutanan secara keseluruhan memiliki struktur input domestik sebesar 74.16 dan input dari luar Provinsi
Jawa Tengah sebesar 25.84. Gambaran struktur input untuk setiap sektor dapat dilihat pada Tabel 49.
Dengan relatif kecilnya input sektor kehutanan dibanding sektor-sektor non kehutanan maka sektor kehutanan dapat dikembangkan secara lebih luas dengan
mengandalkan bahan baku dari Jawa Tengah sendiri. Namun harus dipahami bahwa sektor kehutanan yang membuat kecilnya input adalah manfaat air dan
udara bersih yang inputnya dianggap nol. Sementara itu untuk sektor kehutanan lain misalnya industri primer kehutanan tetap mengandalkan input dari luar
provinsi, karena dari domestik hanya mampu mensuplai 30 dari kebutuhan industri kayu yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan sektor jasa wisata,
penggunaan struktur inputnya sampai 95.5 yang merupakan output dari sektor- sektor lainnya.
Disamping itu. dari tabel 49 tersebut juga dapat diketahui bahwa sektor hasil hutan non kayu merupakan sektor yang rasio penggunaan input antaranya paling
kecil, yaitu hanya sebesar 28.3. Hal ini menunjukan bahwa sektor tersebut bukan merupakan sektor yang padat modal. Oleh karena itu untuk
mengembangkan sektor hasil hutan non kayu tersebut masyarakat pedesaan, koperasi dan sebagainya yang kemampuan modalnya kecil dapat intensifkan
keterlibatannya. Intensifikasi keterlibatan akan sangat mendukung program pengamanan kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah, sebab dengan terlibat dalam
155 pemungutan hasil hutan non kayu maka otomatis masyarakat akan mengamankan
keberadaan hutannya sendiri. Tabel 49 Struktur Input Sektor Ekonomi propinsi Jawa Tengah Tahun 2003
juta Rp
Input Antara Nilai Tambah
Total Input Sektor
Domestik Impor
Total Bruto
Kayu 314 604.7 18 977.6 333 582.3 438.813.1 772 395.4
Hasil non kayu 258 221.8 15 754.3 273 976.1 694 137.8 968 113.9
Jasa lingkungan 73 361.4 5 927.2 79 288.7 3 718.6 83 007.3
Industri Kayu Gergajian dan Awetan 773 890.1 352 243.1 1 126 133.2 549 502.3 1 675 635.5 Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya 468 966.0 212 676.3 681 642.3 258 528.4 940 170.7
Industri bahan bangunan dari kayu 691 418.2 313 558.4 1 004 976.6 381 211.6 1 386 188.3
Komoditi Domestik
Kehutanan
Industri barang-barang lainnya dari kayu
20 047.4 9 091.5 29 138.8 16 392.9 45 531.8 Hasil langsung ke masyarakat
4.0 - 4.0 6 585.6 6 589.6
Illegal logging 40 903.0 761.5 41 664.5 16 039.8 57 704.3
Nilai tambah 622.2 10.6 632.8 217.7 850.5
Rehabilitasi lahan hutan 41 033.5 6.055.8 47 089.2 16 038.8 63 128.0
Nilai ilegal trading 8.0 -
8.0 106 810.2 106 818.2 Manfaat air
Fungsi Lain Sektor
Kehutanan
Nilai Udara Bersih Tanaman bahan makanan
7 273 461.4 1 553 717.3 8 827 178.7 24 295 163.4
33 122 342.1 Perkebunan
1 900 387.5 297 487.2 2 197 874.7 1 663 385.3
3 861 260.1 Peternakan
4 289 963.7 104 312.0 4 394 275.7 5 727 777.9
10 122 052.7 Perikanan
1 507 290.2 86 643.2 1 593 933.4 2 285 582.3
3 879 515.8 Pertambangan dan Penggalian
625 698.6 72 803.1 698 501.7 1 744 450.3
2.442.952.1 Industri Makanan dan Minuman
18 675 399.0 4 605 778.3 23 281 177.3 23 120 283.7
46 401 460.0 Industri Migas
4 389 490.1 11 590 132.1 15 979.622.2 14 137 151.9
30.116.773.2 Industri Pengolahan Lainnya
37 119 626.9 13 399 396.7 50 519.023.6 14 416 164.3
64.935.188.0 Listrik dan Gas
3 206 914.6 2 932 230.9 6 139.145.5 1 691 994.9
7.831.139.5 Air Minum
1 138 102.7 161 399.5 1 299.502.2 367 722.0
1.667.224.2 Konstruksi
7 654 828.6 2 440 325.8 10 095.154.3 6 972 032.8
17.067.186.2 Perdagangan. Restoran. dan Hotel
13 551 386.4 11 123 885.6 24 675 272.1 41 376 912.6
66.052.183.7 Angkutan dan Komunikasi
1 814 593.8 7 056 360.3 8 870 954.1 9 899 010.1
18.769.964. 3 Bank. Lembaga Keuangan Lainnya 1 845 558.9 2 033 527.0 3 879 085.8
6 448 467.9 10.327.553.8
Komoditi Domestik
Selain Kehutanan
Jasa lainnya 9 213 650.3 1 517 353.2 10 731 003.5
14 821 225.8 25.552.228.4
Total 116.889 433.7
59 910 408.4 176.799 841.5 177 390 454.7 354 190 296.2
Sektor illegal loging , sektor kehilangan nilai tambah dari fungsi hutan, sektor rehabilitasi lahan hutan, sektor industri pengolahan lainnya, sektor listrik
dan gas, serta sektor air minum. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang meminta output sektor lain sebagai input antaranya cukup besar. Sehingga dapat
dikatakan, seandainya sektor-sektor ini bergerak makan output sektor-sektor yang lain juga akan tertarik untuk bergerak juga. Dengan demikian secara makro
156 ekonomi kegiatan illegal logging dan industri pengolahan kayu dapat mendorong
bergeraknya aktivitas ekonomi masyarakat. Oleh karena itu aktivitas illegal logging dan pengolahan kayu tidak bijaksana untuk dihilangkan secara mendadak
tetapi harus ditertibkan secara perlahan. Keberhasilan penertiban tersebut tergantung dari pelaksana dan penegak hukum
6.2.5 Backward Linkage dan Forward Linkage