Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN

81

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan action Research atau penelitian terapan applied Research. Hadari Nawawi dan Mimi Martini 1996:10-11 menjelaskan bahwa : “ penelitian tindakan atau penelitian terapan diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan dasar-dasar dan langkah-langkah perbaikan bagi suatu aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki. Untuk itu peneliti berusaha menemukan kelemahan-kelemahan atau kekurangan- kekurangan atau keburukan-keburukan di dalam aspek kehidupan yang diselidikinya, yang diikuti dengan merumuskan alternatif-alternatif cara mengatasinya. Penelitian terapan ini merupakan kegiatan ilmiah untuk mengungkapkan gejala-alam dan gejala social dalam kehidupan, yang dipandang perlu diperbaiki karena memiliki berbagai kekurangan atau kelemahan dengan mempergunakan metode yang sistematis, teratur, tertib dan dapat dipertanggungjawabkan” Gabel 1995: 1 menyatakan bahwa action research is the systematic study of attempts to improve educational practise by groups of participants by means of their own practical actions and by means of their own reflection upon the effects of those actions. Tujuan utama penggunaan metode penelitian tindakan yaitu untuk menguji coba keefektivan model pengelolaan kursus berbasis life skill yang diterapkan dengan menggunakan prosedur mutu dan sekaligus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi selama dalam proses uji coba lapangan. Dalam melaksanakan metode penelitian ini, peneliti bekerjasama secara kolaboratif dengan kepala SKB, Pamong Belajar, Staf Tata Usaha, dan mitra kerja. Metode ini dimaksudkan untuk melaksanakan uji coba model yang dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan research and development. Borg dan Gall 1983 menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan: a process used develop and validate educational product. Dalam arti, proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang dikembangkan dalam penelitian itu tidak hanya berupa objek material, seperti buku ajar, film pembelajaran, dan sejenisnya, melainkan juga berupa prosedur dan proses, seperti metode pembelajaran, metode pengorganisasian pembelajaran, metode pengorganisasian kelompok belajar, dan sejenisnya. Wujud dari produk itu dapat berupa tujuan belajar, metode, kurikulum, perangkat keras dan lunak, cara dan prosedur, dan evaluasi pendidikan. Produk yang dikembangkan dan divalidasi dalam penelitian ini adalah pengelolaan pogram kursus berbasis life skill. Unsur-unsur pengelolaan program pembelajaran yang mencakup: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan mutu pengelolaan program yang dilakukan secara kolaboratif antara kepala SKB, pamong belajar, staf tata usaha, dan mitra kerja. Melalui pendekatan pengelolaan seperti itu pada akhirnya program pembelajaran yang diterapkan pada warga belajar relevan dengan kebutuhan pengguna lulusan user. Untuk menganalisis data penelitian yang telah diperoleh, selanjutnya digunakan data kuantitatif dan kualitatif secara komplementer. Krathwohl 1993: 618 menyatakan bahwa penggunaan kedua data komplementer dalam suatu penelitian adalah to build greater credibility with particular audiences and enhance the interpretability of the result. Di samping itu melalui penggunaan kedua data, peneliti dapat mengkaji berbagai aspek fenomena yang diteliti dan mampu memberikan eksplanasi terhadap berbagai aspek yang terlibat di dalam proses penelitian. Data kuantitatif digunakan oleh peneliti karena data yang dikumpulkan berbentuk angka yang mencerminkan kuantitas karakteristik objek yang diamati. Data kualitatif digunakan oleh peneliti karena data yang dikumpulkan dalam bentuk deskripsi kata-kata yang menggambarkan bukan saja apa yang terjadi, melainkan juga mengkualifikasi diskripsi tersebut berdasarkan pada sifat dan keterangan dalam memotret objek secara jelas. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis dan menafsirkan data numerik yang diperoleh dari instrumen penelitian yang telah dipersiapkan dengan menggunakan model analisis statistika, sedangkan data kualitatif digunakan untuk menjelaskan proses penelitian pendahuluan dan proses penerapan model. Secara simultan data kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menjelaskan efektifitas penerapan model pengelolaam program kursus berbasis life skill terhadap penguasaan kompetensi lulusan warga belajar, kemampuan tim pelaksana dalam memahami, merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan program, serta kepuasan pengguna lulusan berdasarkan pada hasil analisis statistika dan hasil pengamatan yang diperoleh selama penelitian.Dengan demikian, diharapkan penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan pengaruh antar variabel saja, melainkan juga menjelaskan gejala dibalik pengaruh antar variabel tersebut. Gejala yang dikaji yaitu aspek-aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian mutu pengelolaan program kursus berbasis life skill. Melalui penelitian tindakan itu akan diperoleh; 1 gambaran yang utuh tentang profil pengelolaan program kursus yang berlangsung di SKB berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, 2 model untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi di Sanggar Kegiatan belajar dalam mengelola kursus, dan 3 efektifitas model yang dikembangkan. B. Subjek Penelitian Penelitian eksploratif dilaksanakan di lima tempat, yaitu: penyelenggaraan kursus di Sanggar Kegiatan Belajar Demak, Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Semarang, Sanggar Kegiatan Belajar Grobogan, Sanggar Kegiatan Belajar Sukoharjo, dan Sanggar Kegiatan Belajar Surakarta. Kemudian subjek penelitian untuk pengembangan dan uji coba model adalah di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Semarang. Penetapan subjek penelitian di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Semarang didasarkan pada tiga pertimbangan pokok, yaitu: a telah melaksanakan berbagai macam kursus, namun belum dapat berkembang; b penyelenggara memiliki keinginan untuk mengembangkan kursus yang relevan dengan kebutuhan pasar dan yang memiliki ciri khas dibandingkan dengan kursus lain, dan c berdasarkan penilaian Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Regional III Tahun 2005 Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Semarang termasuk urutan tengah urutan 14 dari 29 SKB dalam rangking penyelenggaraan kursus keterampilan, sehingga memungkinkan untuk di - kembangkan lebih lanjut khususnya penerapan inovasi pendidikan berbasis life skill Penerapan ujicoba di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Semarang ini dilakukan pada sasaran didik 40 orang dengan kriteria minimal lulusan SMU atau sederajad. Sasaran pelaksana model adalah tim bentukan Sanggar Kegiatan Belajar dengan jumlah tim pengelola program minimal 7 orang yang terdiri dari para Pamong Belajar dan Staf Tata Usaha yang dipimpin oleh Kepala Sanggar Kegiatan Belajar. Pendidikan tim pelaksana minimal sarjana bagi para Pamong Belajar dan bagi Staf Tata Usaha minimal berpendidikan SMA atau sederajad. Sasaran pengguna lulusan users adalah para pelaku dunia usaha dan industri di sekitar Sanggar Kegiatan Belajar yang jumlahnya minimal 10 users dan disesuaikan dengan temuan jenis keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar.

C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya