Pengelolaan Kursus Keterampilan Berbasis Life Skill di Sanggar Kegiatan

pembelajaran selama 3 atau 4 bulan untuk kursus menjahit. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar sendiri dan diuji oleh sumber belajar dari Sanggar Kegiatan Belajar sendiri dan yang lulus diberi Surat Keterangan Lulus. Oleh karena itu pelaksanaan ini hanya mencakup proses pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan.

1. Pengelolaan Kursus Keterampilan Berbasis Life Skill di Sanggar Kegiatan

Belajar Selama ini Ditinjau dari Fungsi Manajemen Pola pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar tersebut menunjukkan bahwa Sanggar Kegiatan Belajar selama ini belum sepenuhnya menerapkan fungsi manajemen. Sesuai pendapat George R.Terry dan Leslie W.Rue 2003 manajemen adalah suatu bentuk kerja yang dinamakan funsgi- fungsi manajemen yang terdiri dari: planning, organizing, staffing, motivating dan controlling dan Henry Fayol 1989 yang menjelaskan fungsi manajemen meliputi fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Berkiatan dengan pendapat di atas maka pengelolaan kursus keterampilan di Sanggar Kegiatan Belajar ini belum menunjukkan suatu proses manajemen karena selama ini hanya melakukan fungsi organizing dan actuating. Kesimpulan ini didukung oleh sejumlah fakta yang menunjukkan bahwa proses pengelolaan kursus di Sanggar Kegiatan Belajar tidak melakukan hal-hal sebagai berikut: 1 tidak melakukan sejumlah proses perencanaan diantaranya; tidak melakukan asesment kebutuhan need assesment, asesment pengguna lulusan users atau kebutuhan lapangan kerja, analisis lingkungan, tidak melakukan penyusunan kurikulum sesuai kebutuhan pasar kerja, dan tidak menyusun tujuan pembelajarn. Dengan tidak dilakukan asesment kebutuhan kepada pengguna lulusan tersebut, maka kurikulum dan bahan ajar tidak relevan dengan kebutuhan pasar kerja, yang pada gilirannya lulusan kursus sulit diserap oleh lapangan kerja. Kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar akan berpengaruh terhadap proses dan strategi pembelajaran serta sistem evaluasi, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan lulusan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemampuan dan budaya kerja di lapangan kerja dan 2 tidak melakukan sejumlah proses pengendalian mutu yakni: tidak menentukan ukuran-ukuran, menganalisis berbagai kelemahan atau penyimpangan dan melakukan perbaikan-perbaikan secara berkala. Apabila tidak dilakukan penentuan standar isi, proses, kompetensi lulusan, kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, kelayakan sarana dan prasarana, standar pembiayaan, proses pe-nilaian pendidikan, dan tidak dilakukan analisis maka proses pembelajaran terkesan ”asal berjalan” karena tidak dilakukan proses kendali mutu dan kondisi tersebut akan bejalan terus-menerus dan akhirnya pengelolaan kursus sulit berkembang dan sulit dijamin mutunya.

2. Pengelolaan Kursus Keterampilan Berbasis Life Skill di Sanggar Kegiatan