Kelemahan model Kekuatan dan Kelemahan Model

2. Kelemahan model

a. Prosedur mutu pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di SKB ini hanya dapat dilaksanakan di SKB, karena memiliki tenaga Pamong Belajar tenaga fungsional yang sudah pernah dilatih berkali-kali tentang identifikasi, penyusunan kurikulum, penyusunan bahan ajar, metode belajar, penyusunan alat evaluasi dan analisa serta pendampingan masyarakat. Dengan demikian prosedur mutu ini belum dapat diterapkan di lembaga pendidikan lain yang belum memiliki tenaga fungsional yang sudah berpengalaman di bidang kursus. Pedoman mutu pengelolaan kursus ini merupakan pedoman langkah kerja, jaringan kerja, pembagian tugas, dan dokumen yang harus dimiliki, sedangkan bagaimana melakukan pekerjaan membutuhkan orang-orang yang sudah berpengalaman di bidangnya. b. Penerapan prosedur mutu pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di SKB membutuhkan tim pendamping yang berfungsi sebagai petugas monitoring dari aparat yang memiliki kewenangan di atas SKB, misalnya BPKB, BPPLSP atau Kasubdin yang berperan sebagai monitoring atau auditor pelaksanaan prosedur mutu. Apabila tidak adanya petugas monitoring atau auditor maka SKB akan merasa terbebani dengan adanya prosedur mutu dengan dokumen-dokumen yang harus ada, sehingga akan kembali pada pola kerja seperti sebelumnya yang tidak jelas arah dan sulit diukur keberhasilannya. 404

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; 1. Program kursus yang diselenggarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar selama ini dikelola sebagai berikut: a. Perencanaan. Penyelenggaraan kursus di Sanggar Kegiatan Belajar: 1 umumnya didasarkan pada hasil pengamatan tentang penyelengaraan kursus di Lembaga Pendidikan Kursus dan peluang kerja di perusahaan wilayah setempat; 2 perencanaan program kursus tidak dilandasi oleh kegiatan identifikasi kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kemampuan- kemampuan yang harus dikuasai oleh calon tenaga kerja di perusahaan atau dunia usaha; 3 kurikulum yang diterapkan dalam penyelenggaraan kursus berasal dari Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan tidak ada Sanggar Kegiatan Belajar yang menyusun kurikulum. Di samping itu juga tidak mengembangkan kurikulum dalam bentuk Garis Besar Program Pembelajaran dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran; 4 pendidik tidak melaksanakan asesment kebutuhan belajar calon warga belajar, dan ada kecenderungan bahwa perencanaan program kursus didasarkan pada pengalaman yang dimiliki oleh tim pengelola kursus,