Aspek-aspek Pengembangan Pengembangan Model

program pendidikan, teori tentang manajemen berbasis masyarakat, teori tentang pendidikan berbasis masyarakat, dan teori-teori lain yang relevan. c. Mengkaji hasil-hasil penelitian tentang pengelolaan program kursus dan life skill.

3. Pengembangan Model

a. Aspek-aspek Pengembangan

Aspek-aspek yang dikembangkan dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut: Proses pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar dengan menerapkan prosedur mutu : 1 Prosedur mutu perencanaan program, meliputi: a prosedur mutu pembentukan tim pengelola program kursus berbasis life skill di SKB; b prosedur mutu identifikasi kebutuhan belajar, dan c prosedur penyusunan kurikulum dan bahan ajar. 2 Prosedur mutu pengorganisasian program yang meliputi: a prosedur mutu rekrutmen calon sumber belajar dan calon warga belajar; b prosedur mutu pengadaan fasilitas belajar, dan c prosedur mutu koordinasi dan orientasi. 3 Prosedur mutu pelaksanaan program kursus dengan pendekatan life skill, yang meliputi: a prosedur mutu pembelajaran; b prosedur mutu evaluasi hasil belajaruji kompetensi, dan c prosedur mutu penempatan lulusan 4 Prosedur mutu pengendalian dan perbaikan mutu penyelenggaraan program, meliputi: a prosedur mutu pendampingan lulusan, dan b perbaikan mutu pengelolaan. b. Tahapan Pengembangan Model Pengembangan model pengelolaan program kursus dengan pendekatan life skill dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1 pengembangan model konseptual; 2 pengembangan model operasional, dan 3 pengembangan model akhir. 1 Pengembangan Model Konseptual Langkah penyusunan model konseptual mencakup kegiatan penyusunan draft model dan validasi dengan pakar dan praktisi. a Penyusunan Model Konseptual Model pengelolaan program kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan di lapangan. Masalah- masalah yang dihadapi pelaksana di lapangan dijadikan dasar untuk menyusun model sebagai bahan perbaikan pelaksanaan program di lapangan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan hasil yang diperoleh lebih bermutu. Penyusunan draft model pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar melibatkan pelaksana kursus di Sanggar Kegiatan Belajar agar draft model yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan sebagai bagian dari upaya perbaikan pengelolaan. Langkah yang dilakukan dalam penyusunan draft model adalah sebagai berikut: 1 Melakukan analisis komparasi antara kerangka teoritik dengan data empirik tentang praktik program life skill. 2 Merumuskan kerangka teoritik dalam bentuk model sistem yang akan dikembangkan. 3 Menetapkan fokus kajian model pengelolaan kursus keterampilan dengan pendekatan life skill. 4 Menyusun kerangka rancangan model konseptual prosedur pengelolaan program kursus dengan pendekatan life skill. b Validasi dan Revisi Model Kegiatan yang dilakukan dalam validasi dan revisi model dengan melibatkan para pakar dan praktisi adalah sebagai berikut: 1 Melakukan Validasi Model Konseptual Kepada Para Praktisi, Pakar dan Akademisi Melalui Focus Group Discussion FGD. Focus Group Discussion FGD dalam penelitian ini digunakan untuk mendiskusikan draft awal prosedur pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar. Peserta Focus Group Discussion adalah orang yang dipandang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang yang akan diteliti sehingga mampu memberikan sumbangan pemikiran. Penggunaan metode Focus Group Discussion dalam penelitian ini kami anggap tepat sebagaimana di kemukakan oleh Witkin 1984: Pemecahan masalah melalui diskusi kelompok boleh digunakan dalam satu fase dari need assessment. Tentu saja, tingkatan dari suatu diskusi yang diselenggarakan dengan baik dapat dijadikan paradigma untuk need assessment, seleksi program dan evaluasi. Berpikir kreatif dapat dianjurkan melalui penggunaan brainstorming, berpikir lateral, dan metode lain yang merupakan bagian linier un-tuk memberi kebebasan berpikir untuk pendekatan yang inovatif. Peserta Focus Group Discussion adalah para praktisi dan expert di bidang pendidikan luar sekolah khususnya yang menguasai program kursus. Focus Group Discussion dilakukan dengan curah pendapat dimana tiap peserta bebas menyampaikan ide-idenya tentang dimensi pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill. Rumusan indikator prosedur hasil Focus Group Discussion selanjutnya dikembangkan menjadi rancangan kuesioner Questioner Design untuk dimintakan pendapat kepada nara sumber dan praktisi yang terkait melalui proses Delphi. Focus Group Discussion juga digunakan untuk membahas hasil Delphi terutama membahas indikator-indikator yang secara konseptual maupun judgement Focus Group Discussion tahap pertama adalah sangat penting, namun tidak memenuhi kriteriagugur pada putaran kedua, sehingga perlu didiskusikan kembali dengan melibatkan para praktisi, expert dan akademisi. 2 Melakukan Kajian Terbatas Mengenai Kelayakan Penerapan Model Yang Akan Diimplementasikan Dengan Teknik Delphi. Menurut Dalker 1962 Delphi Technique atau selanjutnya disebut Teknik Delphi adalah: suatu cara untuk mengorganisasikan ide di antara para expert untuk memperbaiki keadaan yang akan datang. Dengan teknik delphi berbagai pendapat tentang suatu fenomena di antara orang- orang yang mempunyai kepentingan terkait, dapat dikumpulkan, dicari titik kesamaannya dan dirangkum sehingga merupakan suatu konsensus untuk menentukan suatu tujuan tertentu. Pendapat senada disampaikan oleh Helmer dalam Witkin 1984 yaitu The Delphi technique seeks to achieve consensus on goals, concerns, or potensial needs. The method was developed at the Rand corporation as a means of organizing expert opinion and sharing their forcasts about the future. Teknik Delphi mencoba mencapai konsensus tentang tujuan, kepedulian dan kebutuhan-kebutuhan potensial. Delphi yang telah dikembangkan oleh Rand corporation dimaksudkan untuk mengorganisasikan pendapat expert dan sharing mengenai peramalan mereka tentang masa depan. Penggunaan teknik Delphi dalam penelitian ini merupakan suatu cara sistematis untuk memperoleh kesepakatan pendapat konsesus mengenai rancangan prosedur pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar lewat saling tukar dan mengembangkan pendapat atau ide. Mereka diminta pendapatnya dengan cara memberikan respon penting atau tidak penting dan terbuka untuk saran dan perbaikan atau penambahan indikator yang dirumuskan. Proses Delphi dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak sekali putaran. 3 Melakukan Revisi Model Pengelolaan Program Kursus Keterampilan Berbasis Life Skill Agar Representatif untuk Diimplementasikan. Revisi model pengelolaan program kursus keterampilan berbasis life skill ini dilakukan dengan cara: a menelaah kembali setiap prosedur mutu sesuai rekomendasi respon diskusi kelompok terfokus dan delphi, b menyeleraskan setiap tahap dan langkah yang sesuai diagram alir, dan c melengkapi setiap prosedur dengan format instrumen-instrumen yang merupakan dokumen wajib setiap pelaksanaan tahap-tahap prosedur mutu. 2 Pengembangan Model Operasional Pengembangan model operasional dilakukan dengan cara penyusunan model, uji coba di kelompok sasaran, evaluasi dan revisi model. a Penyusunan Model Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyusunan model operasional adalah sebagai berikut: 1 Mereview hasil analisis data dan revisi model yang telah dilakukan pada tahap validasi model konseptual. 2 Menyempurnakan model konseptual yang telah divalidasi agar layak untuk diuji cobakan. 3 Menyempurnakan instrumen penelitian. b Uji Coba Model Kegiatan yang dilakukan di dalam uji coba model meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut: 1 Mengorganisasi kelompok perlakuan, yaitu pamong belajar, mitra kerja, dan sumber belajar kursus di Sanggar Kegiatan Belajar. 2 Melakukan orientasi model pengelolaan program kepada Kepala Sanggar Kegiatan Belajar, Staf Tata Usaha, dan Pamong Belajar 3 Mengimplementasikan model kepada Sanggar Kegiatan Belajar, Staf Tata Usaha dan Pamong Belajar 4 Melakukan monitoring dan evaluasi implementasi model untuk mengetahui masalahhambatan agar dapat membantu memecahkan masalah dan melakukan pencatatan produk dan keunggulan disetiap tahap pelaksanaan kegiatan. Proses evaluasi pelaksanaan menggunakan desain evaluasi program input proses, product, outcome, sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan hasil belajar dalam uji coba lapangan menggunakan disain one-group pretest-posttest Borg dan Gall, 1983: 657; Sedlack dan Stanley; 1992: 243; Fraenkel dan Wallen: 1993: 246. Disain uji coba ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1 pengukuran kemampuan warga belajar kursus melalui pretest; 2 penerapan model kepada warga belajar sebagai subjek penelitian; dan 3 pengukuran hasil belajar warga belajar kursus melalui posttest. Desain uji coba ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1. Disain Uji Coba Lapangan pretest ujicoba posttest Disain uji coba lapangan digunakan untuk mengukur efek penerapan model prosedur pengelolaan program kursus berbasis life skill terhadap peningkatan kemampuan warga belajar kursus. Di samping itu diamati pula kemampuan pengelola kursus dan kepuasan pelanggan dalam memanfaatkan lulusan sebagai tenaga kerja di perusahaannya. c Evaluasi dan Revisi Kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi dan revisi model yang diujicobakan adalah sebagai berikut: 1 Melakukan analisis data hasil evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan program pembelajaran yang diterapkan, tingkat keberhasilan dalam pengelolaan kursus 2 Pada setiap akhir putaran uji coba dilanjutkan dengan refleksi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan program. 3 Revisi model dilakukan setelah diketahui kekuatan dan kelemahan model yang telah diuji cobakan. 4 Revisi model dilakukan secara kolaboratif antara penyelenggara, sumber belajar dan stakeholder dengan bimbingan peneliti. Aspek-aspek yang menjadi fokus revisi mencakup rancangan prosedur mutu pengelolaan program, beserta dokumen hasil selama ujicoba di lapangan . 3 Pengembangan Model Akhir Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan model akhir adalah sebagai berikut: a Melakukan review hasil analisis data serta mengkaji kekuatan dan kelemahan rancangan model. b Merumuskan model akhir proses pengelolaan program kursus berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar. c Merumuskan panduan penggunaan model pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar. 4 Diseminasi Model Kegiatan yang dilakukan dalam diseminasi model yang telah diujicobakan adalah sebagai berikut: a Menyusun laporan penelitian dan pengembangan yang menggambarkan persiapan, pelaksanaan, analisis, temuan, dan rekomendasi yang didasarkan pada temuan penelitian. b Melakukan sosialisasi temuan penelitian dan pengembangan serta pedoman penggunaan model. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan model pengelolaan program kursus keterampilan berbasis life skill disajikan di dalam gambar berikut ini. Studi Kepustakaan Pengkajian Data Lapangan

A. MODEL KONSEPTUAL REVISI