E. Hasil wawancara di SKB Sukoharjo .
1. Wawancara dengan Kepala SKB Sukoharjo Bapak Drs. Lilik Sudarwi L,
Sumber Belajar menjahit, Ibu Sriyanti S, Pengelola Kursus Menjahit, Ibu Nur Hayati N
a. Kapan berdiri dan bagaimana pelaksanaan kursus di SKB Sukoharjo ?
“ Kursus yang ada di SKB Sukoharjo ini pertama kali diselenggarakan ya bareng dengan berdirinya SKB yaitu pada tahun 1998, kebetulan kepalanya
saya sendiri. Waktu itu pertama buka kursus jahit, wah kalau ingat dulu ya prihatin sekali, kita hanya punya 2 mesin jahit sementara warganya 10 orang,
jadi kalau mau praktek gantian. Pokoknya asal jalan, selain peralatan terbatas, pamongnya juga baru semua jadi bareng-bareng belajar dari nol semua. Tapi
sekarang sudah lumayan bagus”L1
b. Apa alasan mendirikan kursus dan bagaimana caranya ?
“waktu itu juga sempat bingung mau menyelenggarakan kursus apa, soalnya kursus kan program wajib yang harus ada di SKB. Mau kursus menjahit tapi
di dekat-dekat SKB sudah banyak LPK jahit, kalau kursus Komputer saingannya belum banyak tapi pengadaan peralatan mahal sementara
anggaran terbatas. Setelah melakukan identifikasi ke lapangan, kerjasama dengan PKK di daerah sekitar SKB, ternyata banyak yang berminat kursus
menjahit tapi kemampuan membayar mereka terbatas. Dari situ kemudian kita putuskan untuk menyelenggarakan kursus menjahit dengan peralatan terbatas.
Tapi mulai tahun 1999 peralatan menjahit kita sudah lumayan, punya mesin jahit manual 15 buah, mesin Juki 6 buah, mesin obras biasa 2 dan mesin
lubang kancing 1 buah”. L2
c. Siapa pengelola dan sumber belajarnya ?
“Pengelolanya Pamong belajar yang diketua ibu Ir. Nur Hayati, kalau sumber belajarnya kita ambilkan dari luar soalnya pamong kita belum ada yang
mempunyai sertifikat TP3 ”.L3
d. Bagaimana struktur organisasi di sini ?
“ya biasa, Kepala sebagai Pembina, ketuanya Pamong Belajar, anggotanya 5 orang juga dari Pamong Belajar . Satu Pamong belajar disini tidak hanya
mengelola satu program tapi beberapa program. Pertimbangan saya, selain jumlah pamong terbatas, juga biar mereka mendapat angka kredit, Jadi jangan
kaget kalau 1 program pengelolanya 5-6 orang tapi orangnya juga itu-itu saja”. L4
e. Kerjasama dengan pihak mana SKB Sukoharjo ini dalam menyelenggarakan
kursus ? “ Untuk kursus menjahit kita hanya bekerjasama dengan LPK Mawar untuk
sumber belajar, karena Pamong SKB tidak ada yang jurusan tata busana, bisa menjahit tapi belum punya sertifikat”. L5
“Tahun ini kita baru mulai mencoba pendekatan dengan perusahaan konveksi. Rencana nanti biar alumni bisa direkrut di perusahaan itu, baik sebagai
pegawai tetap maupun mengambil order kemudian dijahit di rumah.” N1 “Sebenarnya sudah ada tawaran dari PT. Sritex untuk merekrut alumni tapi
persyaratannya berat pak…kita belum berani menerimanya karena mesin yang kita gunakan belum sesuai dengan standart pabrik, mesin-mesin disini kan
masih manual .” S1
f. Apakah menurut bapak pengelolaan kursus sudah bagus, kalau belum apakah
ada upaya untuk memperbaiki pengelolaan ? “Ya kalau menurut saya sudah lumayan…paling tidak sudah mulai ada
perubahan di banding awal penyelenggaraan. Di awalnya sih kita menyelenggarakan kursus hanya asal ada, karena merupakan program yang
diwajibkan. Tapi setelah ada SP-2000 yang dari BP-PLSP yang dulunya BPKB, kita sudah mulai berbenah menyesuaikan SP-2000”.
“Kalau dilihat dari hasil kursus, saya kira juga bagus, kemarin yang ikut ujian Nasional 14 lulus semua, itu kan sudah luar biasa menurut saya”. L6
g. Apakah banyak lulusan yang sudah disalurkan ke tempat kerja ?
“Terus terang saja kita belum pernah menyalurkan ketempat kerja, kalau mereka sudah selesai kursus ya sudah, kita jarang berhubungan lagi, jadi kalau
ditanya keberadaan lulusan kita sulit melacaknya”. L7 “Kebanyakan dari mereka mandiri, pernah saya bertemu dengan alumni, dia
bercerita kalau sudah mulai menerima jahitan, tapi ada juga yang mereka ikut menjahit hanya untuk menambah keterampilan tidak untuk bekerja, jadi
setelah lulus mereka hanya menjahit untuk keperluan keluarga”. N2
h. Apa hambatan selama ini yang dirasakan oleh SKB Sukoharjo dalam
menyelenggarakan kursus dan apa solusi yang sudah dilakukan ? “Yang jelas warga belajar kalau disuruh swadana masih sulit, kebanyakan
mereka memilih tidak jadi ikut kursus, soalnya SKB sudah terkenal kalau mengadakan kursus gratis. Anggapan ini yang menjadi bomerang bagi kami
selama ini. Jalan keluarnya ya mereka tetap kita layani, cuma nanti mereka
tetep kita bebani untuk membayar sebagian dari bahan praktek. Soalnya kalau beaya ditanggung oleh SKB semua tidak cukup, karena anggaran yang
seharusnya untuk 20 orang kita gunakan untuk 30 orang. Bagaimana cara mengelolanya saya serahkan pada teman-teman pamong, dan sampai saat ini
berjalan seperti itu”. L8 “Ruangan terlalu sempit, hanya cukup menyimpan mesin, jadi kalau mau
praktek harus dikeluarkan. Kalau mau praktek menjahit ya di teras itu, jadi warga belajar tidak bisa konsentrasi penuh, ada-ada aja gangguannya. Lebih
ngeri lagi kalau hujan, mereka tidak bisa praktek. Untuk teori dan memotong bahan menggunakan ruang paket B, itu saja meja potongnya belum ada,
sementara menggunakan meja belajar.” S2 “Semangat atau motivasi warga belajar itu kurang, ya semangatnya obor
blarak gitu lah…di awal kegiatan semangat tapi nanti kalau sudah mulai pertengahan sudah mreteli. Kemarin sempat dari 30 orang, diakhir kegiatan
tinggal 20 orang. Kalau ditanya kenapa alasannya macam-macam, ada yang ikut saudaranya ke Jakarta, ada yang suaminya tidak boleh, ada yang menikah
dan lainnya”. N3
2. Hasil wawancara khusus dengan pengelola kursus menjahit