Wawancara dengan kepala SKB Demak Bpk Drs Marsudi:

” tidak banyak buku administrasi yang dikerjakan hanya buku tamu, buku inventaris, buku induk warga belajar, dan buku keuangan, sedangkan buku nilai perkembangan warga belajar dikelola tersendiri” g. Saudara merangkap sebagai nara sumber, apakah tidak mengalami kesulitas? ” Ya repot juga tetapi bagaimana itu keputusan pimpinan, kadang ada teman yang lain iri dan protes, sampai sekarang saya repot administrasi”. h. Kurikulum yang digunakan dari mana dan bagaimana bahan belajarnya ? ” dari Ditjen PLS dan bahan belajarnya membeli dari berbagai toko dan membuat sendiri yang sangat sederhana” i. Apakah kurikulumnya mengacu pada life skill ” ya dinilai sendiri, karena itu kurikulum baku isinya banyak tentang keterampilan menjahit bidang lainnya sih nggak diajarkan, mereka sudah dewasa sudah memiliki jatidiri” j. Berapa kali warga belajar masuk kursus ? ” rata-rata selama 4 bulan untuk 75-100 jam a 45 menit dan setiap minggu masuk 2 kali”. k. Bagaimana proses pembelajarannya ? ” rata-rata 90 praktek dan 10 teori, sedikit teori langsung praktek, pola ini dilakukan disemua SKB karena terpaku pada kurikulum pusat”. l. Siapa yang melakukan evaluasi dan bagaimana bentuk evaluasinya ? ” ya saya sendiri karena yang tahu disini adalah saya sebagai sumber belajar, test yang saya gunakan ada teori menjahit dan praktek membuat pakaian, mereka yang lulus diberi STTPL surat tanda tamat pendidikan dan latihan dan dapat mengikuti ujian nasional”.

C. Hasil wawancara di SKB Demak .

1. Wawancara dengan kepala SKB Demak Bpk Drs Marsudi:

a. Kapan berdiri dan bagaimana pelaksanaan kursus di SKB ? ”SKB Demak sudah melaksanakan program kursus sejak tahun 1992. Program kursus yang dilaksanakan yaitu menjahit dan bordir. Kemudian sesuai dengan kebutuhan masyarakat, SKB Demak membuka kursus komputer. Nara sumber berasal dari Pamong Belajar SKB. Tapi selama ini memang dalam pelaksanaan program kursus tersebut belum ada pedoman yang baku. b. Apa alasan mendirikan kursus dan bagaimana caranya ? ” berdirinya kursus menjahit lebih pada kenyataan di lapangan bahwa Kabupaten Demak terkenal banyak menghasilkan penjahit terkenal. Pada awal dibukanya kursus ini animo masyarakat sangat baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah warga belajar yang ingin kursus menjahit. Sosialisasi dilakukan dengan menggunakan brosur, leaflet dan baliho-baliho yang dipasang di tempat-tempat strategis. c. Siapa tenaga pengelola dan sumber belajarnya? ”semua kursus yang dilaksanakan di SKB termasuk kursus menjahit dikelola oleh Pamong Belajar dan Bagian Tata Usaha. Begitu juga untuk sumber belajar. Kebetulan Pamong Belajar di SKB Demak ada yang lulusan sarjana pendidikan tata busana, jadi beliau yang menjadi nara sumbernya yaitu Dra. Ruth Inawati. Beliau juga sudah mempunyai sertifikasi menjahit sampai tingkat mahir” ” dengan nara sumber yang diambil dari Pamong Belajar sendiri bisa menekan biaya menjadi lebih murah meski mereka mengajarnya hanya pada saat jam kerja saja” d. Bagaimana struktur organisasi kursus di sini? ”kami melibatkan baik tenaga fungsional dan struktural dalam pelaksanaan program kursus disini. Dimana saya sebagai Kepala SKB sebagai penanggung jawab program, sementara untuk pengelola kursus menjahit adalah Dra. Ruth Inawati dengan dibantu oleh staf tata usaha dan Pamong Belajar yang lain” e. Kerjasama dengan pihak mana SKB Demak ini dalam menyelenggarakan kursus? ”awal pertama berdirinya kursus menjahit disini kami belum terpikirkan untuk menjalin kerjasama dengan pihak eksternal karena masih fokus pada bagaimana mencari warga belajar dan melaksanakan proses pelatihan dengan baik. Tapi setelah beberapa waktu berjalan kami menyadari akan pentingya kerjasama dengan pihak terkait terutama yang membutuhkan lulusan dari kursus disini. Awalnya kami bekerjasama dengan beberapa tailor di sekitar Demak, dengan hasil yang cukup menggembirakan karena banyak tenaga lulusan kursus disini yang direkrut, selain ada juga yang buka usaha sendiri dan usaha konveksi rumahan yang banyak tersebar terutama di wilayah Kecamatan Wedung. Kemudian kami mengadakan kerjasama dengan beberapa pabrik konveksi yang ada disekitar wilayah pantura antara Demak dan Semarang” f. Apakah menurut bapak pengelolaan kursus sudah bagus, kalau belum apakah ada upaya untuk memperbaiki pengelolaan ? ”kalau menurut penilaian kami sudah lumayan cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah warga belajar yang cukup banyak, meski memang kalau dilihat pelaksanaannya begitu-begitu saja. Tapi cukup bersaing lah dengan beberapa penyelenggara kursus menjahit lain di Demak. Mungkin yang bisa melakukan penilaian objektif kursus kami bagus apa tidak adalah dari pihak independent seperti BP-PLSP. g. Apakah banyak lulusan yang sudah disalurkan ke tempat kerja ? ”Untuk data pastinya kami belum pernah melakukan pendataan secara pasti, karena kami hanya tahu dari teman-teman mereka atau mungkin tetangga terdekat yang masih kursus di SKB Demak. Dari informasi yang kami peroleh cukup banyak lulusan disini yang bekerja baik membuka usaha sendiri atau bekerja dirumah untuk disetorkan ke pabrik konveksi dan di pabrik konveksi terdekat. Karena banyak juga pabrik konveksi antara jalan Demak sampai Semarang terutama daerah Kecamatan Sayung. h. Apa hambatan selama ini yang dirasakan oleh SKB Demak dalam menyelenggarakan kursus dan apa solusi yang sudah dilakukan? ”hambatan yang kami alami lebih pada alat praktek yang digunakan terutama dalam pemeliharaan alat mesin jahit dan mesin obras. Karena hampir semua semua mesin jahit kondisinya sudah tua jadi memerlukan pemeliharaan khusus. Selain itu juga space ruang yang sempit apalagi setelah gedung berbagi dengan Unversitas Sultan Fatah. Ruang kursus menjahit jadi sempit, meja untuk membuat pola dengan alat jahit menjadi sempit. Dan ini mengganggu pembelajaran”

2. Hasil wawancara dengan pengelola kursus menjahit Dra. Naning