Kemampuan Tim Pelaksana Efektifitas Model Pengelolaan Kursus Keterampilan Berbasis Life skill

kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Oleh karena itu pengelolaan program kursus berbasis life skill dengan menerapkan prosedur mutu memiliki dampak positif terhadap penguasaan life skill pada warga belajar.

2. Kemampuan Tim Pelaksana

Penyelenggaraan kursus berbasis life skill dengan menerapkan prosedur mutu tampak diterima dengan baik oleh tim pelaksana kursus di Sanggar Kegiatan Belajar. Mereka tampak memahami bahwa kemajuan dan keberhasilan program kursus tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan tim pelaksana dalam mengelola kursus, melainkan juga ditentukan oleh tingkat pemahaman yang baik perihal life skill, selain itu juga kemampuan dalam merencanakan, pelaksanaan dan pengendalian program menjadi faktor penentu keberhasilan. Mereka beranggapan bahwa komunikasi yang intensif dengan pengguna lulusan dirasakan memiliki manfaat penting dalam memahami kebutuhan kecakapan atau keterampilan yang harus dikuasai oleh warga belajar. Demikian pula mereka menyadari bahwa keterlibatan pengguna lulusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dirasakan semakin mengurangi beban moral mereka terhadap penyerapan lulusan di dunia usaha atau industri. Berkenaan dengan pentingnya pelibatan pengguna lulusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program, mereka juga tampak telah memahaminya. Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman itu antara lain mengenai proses pengelolaan kursus yang bersifat fleksibel dan adaptif pada kebutuhan dan aspirasi pengguna lulusan, serta dalam mengelola program pembelajaran yang menggunakan pendekatan kolaboratif antara pendidik dengan pengguna lulusan. Indikator lain yang tampak sebagai hasil dari penelitian dan pengambangan ini adalah adanya komitmen dari pengguna lulusan dalam mengupayakan penyerapan lulusan dan kebersinambungan program. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa model pengelolaan program kursus berbasis masyarakat dapat memberikan penguatan positif terhadap pengelolaan program kursus berbasis life skill. Model penyelenggaraan kursus berbasis life skill yang dikembangkan melalui serangkaian uji konseptual dan uji coba lapangan dapat memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan manajerial tim pelaksana dalam mengelola program kursus mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan sampai dengan perbaikan mutu pengelolaan. Melalui proses pelibatan penguna lulusan dalam pengelolaan program kursus itu, tim pelaksana memperoleh pengetahuan tentang aspirasi dunia usaha dan industri terhadap kecakapan atau keterampilan tenaga kerja yang diharapkan. Semua pengetahuan yang diperoleh melalui interaksi dan komunikasi dengan penguna lulusan itu dapat digunakan untuk mengelola program kursus secara tepat, sehingga aspek-aspek life skill dapat dikuasai secara komprehensif oleh lulusan. Berbagai indikasi tersebut juga dapat dideskripsikan secara kuantitatif. Aspek-aspek kuantiatif itu diamati dari aspek pemahaman tim pelaksana terhadap life skill dan prosedur mutu, kemampuan merencanakan program, kemampuan melaksanakan program, dan kemampuan mengendalikan program. Tim pelaksana dalam memahami life skill dan prosedur mutu tergolong sangat baik Mean 22,3143. Walaupun demikian ada variasi pemahaman pada tim pelaksana, mereka yang memiliki kemampuan kurang memahami sebanyak 14,3, cukup memahami sebanyak 28,6, dan memiliki kemampuan mudah memahami sebanyak 57,1. Berkenaan dengan kemampuan tim pelaksana dalam menyusun rencana program kursus berbasis life skill dengan menerapkan prosedur mutu mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa umumya mereka telah mampu melaksanakannya dengan baik Mean 48,4286. Walaupun pada umumnya anggota tim pelaksana telah menunjukkan kinerja seperti itu, namun masih ada sebagian anggota tim pelaksana 13 yang mengindikasikan kurang mampu dalam menyusun rencana program. Sementara itu mereka yang menunjukkan indikasi cukup mampu merencanakan program yaitu sebanyak 24,7, dan yang menunjukkan telah mampu menyusun rencana program yaitu sebanyak 62,30. Mengenai kemampuan tim pelaksana dalam melaksanakan program yang telah direncanakan, ada indikasi bahwa umumnya mereka telah mampu melaksanakan program dengan baik Mean 46,2714. Walaupun kemampuan tim pelaksana menunjukkan kecenderungan seperti itu, namun sebagian diantara anggota tim pelaksana 19,40 mengindikasikan kurang mampu melaksanakan program dengan baik, sedangkan 35,10 mengindikasikan cukup mampu melaksanakan rencana program dengan baik, dan 45,50 mengindikasikan telah mampu melaksanakan rencana program dengan baik. Kemampuan tim pelaksana dalam mengendalikan program kursus juga mengindikasikan kinerja yang sama dengan kinerja mereka di bidang penyusunan perencanaan dan melaksanakan program yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu kemampuan tim pelaksana dalam mengendalikan program kursus mengindikasikan telah mampu melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik Mean 45,4286 dan SD 4,11471. Walaupun umumnya anggota tim pelaksana menunjukkan kinerja baik dalam mengendalikan program, namun sebagian diantara mereka 23,4 menunjukkan kinerja kurang mampu melaksanakan program pengendalian. Sementara itu mereka yang menunjukkan kinerja cukup mampu sebanyak 36,7, dan yang menunjukkan kinerja mampu melaksanakan pengendalian program sebanyak 39,9. Tabel 4.67. Ringkasan Korelasi Variabel Pemahaman Life skill, Prosedur Mutu, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian Mutu No. Variabel Pemahaman Life skill dan Prosedur Mutu Merencanakan Program Melaksanakan Program Mengendalikan Program 1 Pemahaman Life skill dan Prosedur Mutu Z = 1,000 Sig = 0,317 Z = 5,831 Sig = 0,000 Z = 5,514 Sig = 0,000 2 Merencanakan Program Z = 1,000 Sig = 0,317 Z = 2,027 Sig = 0,000 Z = 2,918 Sig = 0,000 3 Melaksanakan Program Z = 5,831 Sig = 0,000 Z = 2,027 Sig = 0,000 4 Mengendalikan Program Z = 5,514 Sig = 0,000 Z = 2,918 Sig = 0,000 Dari analisis tentang kemampuan tim pelaksana dalam menyelenggarakan program kursus berbasis masyarakat dapat dinyatakan bahwa tim pelaksana cenderung telah mampu melaksanakan program dengan baik. Persoalannya adalah apakah kemampuan tim pelaksana dalam memahami life skill dan prosedur mutu berkorelasi dengan kemampuan mereka dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan mutu program? Hasil analisis Chi Kwadrat tentang kemampuan tim pelaksana dalam memahami life skill dan prosedur mutu, sebagaimana tersaji di dalam tabel 4.67, ternyata berkorelasi secara signifikan dengan kemampuan mereka dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program χ 2 = 99,043, Sig. 0,000. Sementara itu kemampuan mereka dalam memahami life skill dan prosedur mutu tidak menunjukkan korelasi secara signifikan Z = 1,000, Sig. 0,3170,05, sedangkan dalam hubungannya dengan kemampuan melaksanakan program menunjukkan korelasi yang signifikan Z = 5,831, Sig. 0,0000,05, dan dalam hubungannya dengan pengendalikan program juga menunjukkan korelasi yang signifikan Z = 5,514, Sig. 0,0000,05. Mengenai hubungan kemampuan menyusun perencanaan dengan melaksanakan program menunjukkan korelasi yang signifikan Z = 2,027, Sig. 0,0000,05, dan kemampuan merencanakan program dengan mengendalikan program menunjukkan korelasi yang signifikan Z = 2,918, Sig. 0,0000,05. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa kemampuan tim pelaksana dalam menyelenggarakan program kursus berbasis life skill menunjukkan korelasi yang signifikan. Dengan kalimat lain bahwa kinerja tim pelaksana dalam menyusun perencanaan program berkorelasi dengan kinerja mereka dalam melaksanakan dan mengendalikan program. Sementara itu mengenai pemahaman tim pelaksana dan kinerja mereka dalam menyusun perencanaan tidak menunjukkan korelasi yang signifikan, namun dalam melaksanakan dan mengendalikan program menunjukkan korelasi yang signifikan. Oleh karena itu model pengelolaan program kursus berbasis life skill dengan menerapkan prosedur mutu mudah dilaksanakan oleh Pamong Belajar sebagai tim pelaksana kursus berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar.

3. Kepuasan Pengguna Lulusan