Wawancara dengan kepala SKB Grobogan Bpk Drs. I Wayan S MPd:

b. Apakah kurikulumnya mengacu pada life skill ”ya menurut saya kurikulum yang dikeluarkan oleh Ditjen PLS sudah mengacu pada life skill karena kebanyakan pembelajaran dilakukan dengan praktek untuk jam teori hanya sedikit saja” c. Berapa kali warga belajar masuk kursus ? ”untuk pembelajaran setiap kelompok belajar atau setiap kelas adalah 2 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Tapi kalau setelah pembelajaran alat tidak dipakai bisa digunakan untuk latihan” d. Bagaimana proses pembelajarannya ? ”perbandingan proses pembelajaran antara teori dan praktek adalah 90 praktek dan 10 teori. Setelah mereka menyelesaikan pembelajaran selama waktu yang ditentukan dilakukan ujian lokal baru ujian nasional” e. Siapa yang melakukan evaluasi dan bagaimana bentuk evaluasinya ? ”yang melakukan evaluasi ya saya sendiri sebagai sumber belajar yang meliputi ujian teori dan praktek. Jika mereka lulus maka mereka berhak ikut ujian lokal dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan baru mereka bisa ikut ujian nasional.

D. Hasil wawancara di SKB Grobogan .

1. Wawancara dengan kepala SKB Grobogan Bpk Drs. I Wayan S MPd:

a. Sejak kapan SKB Grobogan berdiri dan bagaimana Pelaksanaan Kursus di SKB Grobogan ? “Secara Yuridis formal keberadaan SKB Grobogan diatur berdasarkan : 1. SK Mendikbud RI Nomor 036O1989 tanggal 20 Januari 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sanggar Kegiatan Belajar. 2. Perda Kabupaten Grobogan Nomor 2 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 tantang Organisasi Dinas Pendidikan Dan kebudayaan Kabupaten Grobogan. 3. Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan No.16 Tahun 2004 tanggal 19 Juli 2004 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Gorbogan. SKB Grobogan telah menyelenggarakan berbagai program kursus yang dibutuhkan masyarakat sejak tahun 1991. Pada awalnya kursus yang diselenggrakan SKB saat itu mencakup kursus menjahit, mengetik, akutansi dan boga. Kursus –kursus tersebut sangat diminati oleh masyarakat pada saat itu. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan yang terus berubah maka SKB pun berupaya memberikan pelayanan kursus yang relevan dengan tuntutan kebutuhan. Tahun 1995 program –program kursus SKB mencakup kursus menjahit, garment, computer, bahasa inggris, tata kecantikan rambut, rias pengantin, sablon dan otomotif. Sejak tahun 1994 SKB Grobobogan telah memiliki Laboratorium Bahasa Inggris yang n sumber dananya dari APBD. b. Bagaimana Mekanisme Pengelolaan kursus di SKB Grobogan? Sejak tahun 1995 kami mencoba menerapkan pola pembagian kerja secara perorangan dalam penyelenggraan program PLS termasuk kursus. Sebelumnya, kami memakai pola kerja kelompok tim. Namun berdasarkan pengamatan ada beberapa kelemahan yakni kurangnya rasa tanggungjawab dan kerjasasama sebagai anggota tim yang solid. Oleh karena itu, saya mencoba mekanisme kerja secara perorangan. Kepala SKB adalah pembina kursus di SKB grobogan, dibawah pembina ada pengelolapenggungjawab kursus yang terdiri dari Pamong Belajar sesuai dengan jenis kursus yang diselenggarakan. Setiap pengelola kursus bertanggungjawab secara menyeluruh terhadap maju tidaknya kursus yang dikelola secara perorangan. Pengelola bertanggungjawab secara penuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemasaran, evaluasi sampai pelaporan. Dengan demikian, keberhasilan kursus yang dikelola merupakan hasil karya perorangan. Dengan pola perorangan, diharapkan Pamong Belajar memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan kompetisi yang sehat untuk menghasilkan karya terbaik. c. Bagaimana perkembangan kursus di SKB dibandingkan kursus yang dikelola LPK? Kursus di SKB Grobogan terus terang belum bisa dikatakan professional dalam pengelolaannya dan belum profit oriented sebagaimana kursus yang diselenggarakan LPK. Pasar kursus di SKB Gorbogan pada umumnya adalah masyarakat menengah kebawah dengan tingkat swadaya yang masih rendah. Disamping itu, jujur saja bahwa fasilitas kursus yang dimiliki SKB masih terbatas jika dibandingkan dengan LPK. Namun secara bertahap setiap tahun kami mengalokasikan anggaran pengadaan sarana pembelajaran untuk kursus. Kurus di SKB Gorbogan yang paling banyak diminati adalah kursus menjahit. Jumlah peserta didik dari tahun ketahun semakin meningkat. d. Permasalahan apa yang menghambat perkembangan kursus SKB grobogan selain keterbatasan fasilitas? Selain masalah keterbatasan fasilitas, masalah lainnya adalah masalah ketenagaan khususnya yang menyangkut sumber belajar. Hampir semua pengelola kursus merangkap sebagai sumber belajar kursus sehingga tenaga dan pemikiran mereka lebih tersita dalam pembelajaran kursus dan tugas sebgai pengelola agak tersendat. Suatu hal yang cukup dilematis adalah kalau kita mengambil tenaga dari luar maka masalahnya adalah keterbatasan anggaran untuk membayar honor sumber. Disampin itu, terbatasnya sumber belajar dari internal SKB yang memiliki sertifikasi sebagai sumber meskipun mereka memiliki ketrampilan yang kehalian yang relevan.

2. Wawancara dengan Pengelola Kursus Menjahit Dwi Atmiati