Usaha 1
standar Jumlah
26 19 73 - - 16 3 Belum
standar
Sumber: Data Ketenagaan Sanggar Kegiatan Belajar Surakarta Secara umum ditinjau dari jumlah ketenagaan kuantitatif di Sanggar
Kegiatan Belajar Surakarta belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal PLS tahun 1997, yakni minimal 26 orang ketenagaan di setiap Sanggar
Kegiatan Belajar yang terdiri dari Kepala Sanggar Kegiatan Belajar berkualifikasi S1, Pamong Belajar minimal 20 orang berkualifikasi S1 dan staf Tata Usaha minimal
5 orang berkualifikasi SMU atau sederajad. Sanggar Kegiatan Belajar Surakarta saat ini baru memiliki 19 pegawai atau baru mencapai 73 artinya untuk mencapai
standar jumlah harus menambah 7 orang Pamong Belajar. Apabila ditinjau dari kualifikasi pendidikan tergolong bagus yakni memiliki tenaga sarjana 15 orang atau
78,9 dari 19 tenaga yang ada dan 2 orang Pamong Belajar belum mencapai standar kualifikasi pendidikan S1.
b. Proses Pengelolaan Kursus Menjahit di Sanggar Kegiatan Belajar
Surakarta
Gambaran pengelolaan kursus menjahit berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar ini mencakup: 1 proses perencanaan, 2 proses pengorganisasian,
3 proses pelaksanaan pembelajaran kursus, 4 proses penilaian dan pembinaan lulusan, 5 proses perbaikan mutu
1 Proses Perencanaan Kursus
Kursus keterampilan menjahit di Sanggar Kegiatan Belajar Surakarta dimulai sejak tahun 1990. Penyelenggaraan kursus didasarkan atas kebutuhan tenaga
kerja di berbagai perusahaan garment atau konveksi yang tersebar di Kota Surakarta. Proses pembuatan perencanaan penyelenggaraan kursus keterampilan
menjahit dilakukan dengan berbagai kegiatan berikut: 1 menetapkan panitia penyelenggara kursus yang terdiri atas Pamong Belajar dan Staf Administrasi; 2
merekrut sumber belajar dari luar Sanggar Kegiatan Belajar bermitra dengan Ikatan Penjahit Busana Indonesia Surakarta; 3 mengunakan kurikulum kursus yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat; 4 mengunakan modulbahan belajar yang dikeluarkan oleh IPBI Ikatan Penjahit Busaha Indonesia; 5
menggunakan prasarana penunjang pembelajaran, yakni menggunakan salah satu ruang belajar di Sanggar Kegiatan Belajar, dan 6 menyiapkan sarana penunjang
pembelajaran. Mengingat sarana penunjang kursus yang berupa mesin jahit belum dimiliki, maka Sanggar Kegiatan Belajar melakukan kerjasama dengan Sekolah
Menengah Kejuruan terdekat untuk menggunakan sarana mesin jahit yang dimiliki. Kemudian pada akhir tahun 1990 Sanggar Kegiatan Belajar menyediakan mesin jahit
dengan cara membeli mesin jahit bekas, sehingga warga belajar dapat melaksanakan pembelajaran praktikum di Sanggar Kegiatan Belajar.
Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Penunjang Kursus Menjahit di Sanggar Kegiatan Belajar Surakarta
No Jenis Barang Pengadaan
Tahun Jumlah
1 Gedung ukuran 7 x 7 meter
1990 1
2 Mesin jahit biasa
1990 10
2000 9 3
Mesin obras 3 benang dan 4 benang 1996
4 7
Meja belajar dan praktek 1993
6 8 Papan
tulis 1992
1
Sumber: Dokumen Sanggar Kegiatan Belajar Surakarta
Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran kursus menjahit yang dimiliki oleh Sanggar Kegiatan Belajar dapat dilihat di dalam tabel 4.6. Sesuai data fasilitas
yang dimiliki Sanggar Kegiatan Belajar tersebut di atas sudah cukup untuk melayani kursus 10-20 orang setiap angkatan Di dalam tabel 4.6 memberikan informasi juga
bahwa selama lima tahun terakhir, Sanggar Kegiatan Belajar belum mampu menyediakan sarana penunjang pembelajaran kursus menjahit secara mencukupi dan
sesuai dengan perkembangan mutakhir di bidang jahit-menjahit. Sejak beberapa tahun yang lalu perusahaan konveksi ataupun garment telah banyak meninggalkan
penggunaan mesin jahit biasa, dan berganti dengan mesin jahit berkecepatan tinggi high speed. Oleh karena itu lulusan kursus menjahit di Sanggar Kegiatan Belajar
kurang terserap di perusahaan konveksi atau garment, dan mereka lebih banyak membuka usaha sendiri.
2 Proses Pengorganisasian Kursus
Penetapan pengelola dan pendidik kursus menjahit tidak didasarkan pada kemampuan, melainkan lebih pada kebersediaan Pamong Belajar. Kepala Sanggar
Kegiatan Belajar sebagai pemegang kepemimpinan lembaga di samping menjadi penanggung jawab program kursus menjahit, juga menjadi penanggung jawab
berbagai jenis kursus lainnya. Sementara itu Pamong Belajar yang dipandang
memiliki keterampilan menjahit, meskipun tidak memiliki sertifikat menjahit, langsung diberi tugas menjadi membantu pendidik dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Pendidik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tidak disertai
dengan surat tugas atau surat kedinasan lainnya, dan tidak diberikan pembagian tugas job discription yang harus dijalankan. Mereka tidak hanya menyelenggarakan
pembelajaran, melainkan juga melakukan sosialisasi tentang program kursus menjahit kepada warga masyarakat, membuat dan menyebarkan brosur-brosur tentang
penyelenggaraan kursus menjahit, dan melaksanakan kegiatan administrasi dengan dibantu oleh tenaga administrasi Sanggar Kegiatan Belajar .
Penyelenggaraan administrasi kursus menjahit dilaksanakan oleh seorang staf administrasi. Tugas staf administrasi ini tidak hanya menyelenggarakan
administrasi kursus menjahit, melainkan juga administrasi kursus lainnya. Dengan demikian tugas staf administrasi mencakup semua kegiatan administrasi yang
diselenggarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar . Warga belajar yang mengikuti kursus diwajibkan mengikuti kursus tingkat
dasar, kecuali mereka yang telah lulus program kursus tingkat dasar atau telah memiliki sertifikat kursus tingkat dasar, langsung dapat mengikuti program kursus
tingkat terampil. Demikian pula untuk tingkat mahir, warga belajar harus telah memiliki sertifikat kursus menjahit tingkat terampil.
3 Proses Pelaksanaan Kursus
Rekrutmen calon warga belajar pada kursus keterampilan menjahit dilakukan dengan cara sebagai berikut: a sosialisasi program dengan cara
menyebarkan brosur atau leaflet ke berbagai tempat, instansi terkait, dan kelurahan; b identifikasi kebutuhan belajar yang berkaitan dengan berbagai jenis program yang
diselenggarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar, dan b membuka pendaftaran, warga masyarakat yang berminat mengikuti kursus langsung mendaftarkan diri di Sanggar
Kegiatan Belajar. Dapat ditambahkan bahwa proses sosialisasi program tersebut dilaksanakan setiap saat, dan identifikasi kebutuhan belajar dilakukan apabila
Sanggar Kegiatan Belajar ingin menyelenggarakan program. Rekrutmen warga belajar seperti itu ternyata setiap tahun, berarti tiga angkatan, mampu menjaring
warga belajar antara 20-40 orang. Proses penerimaan warga belajar tidak dilakukan seleksi kemampuan
menjahit terlebih dahulu. Semua warga masyarakat yang mendaftarkan diri secara otomatis langsung diterima sebagai warga belajar. Walaupun demikian, warga
masyarakat yang berminat mengikuti kursus menjahit, mereka diwajibkan memenuhi beberapa persyaratan. Syarat yang harus dipenuhi oleh calon warga belajar yaitu
menyampaikan: 1 photo copy ijazah terakhir; 2 photo diri ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar; 3 photo copy akte kelahirankenal lahir dan kartu tanda penduduk..
Persyaratan lainnya yaitu: 1 calon warga belajar harus berusia antara 15 – 44 Tahun, dan 2 warga belajar diutamakan bagi mereka yang masih menganggur.
Warga belajar yang mengikuti kursus menjahit tingkat dasar diwajibkan membayar biaya kursus sebanyak Rp 150.000,-. Kemudian mereka yang mengikuti
kursus menjahit tingkat terampil diwajibkan membayar biaya kursus sebanyak Rp 250.000,-, dan yang mengikuti kursus tingkat mahir diwajibkan membayar biaya
kursus sebanyak Rp 400.000,-. Biaya kursus tersebut dibayarkan oleh warga belajar ketika pertama kali mengikuti pembelajaran. Walaupun demikian, warga belajar yang
tidak mampu membayar secara tunai, mereka diperbolehkan membayar dengan angsuran sebanyak tiga kali angsuran.
Jumlah warga belajar yang mengikuti pembelajaran dalam satu kelas dibatasi secara ketat. Jumlah maksimum warga belajar yang mengikuti pembelajaran
dalam satu kelas sebanyak 20 orang. Pertimbangan yang diambil yaitu untuk mengefektifkan proses pembelajaran.
Program kursus menjahit dilaksanakan dalam bentuk paket belajar, yaitu paket belajar tingkat dasar, terampil, dan mahir. Setiap paket program
diselenggarakan selama 4 bulan, dengan alokasi waktu pembelajaran tatap muka 2 kali dalam satu minggu, dan setiap pertemuan tatap muka berlangsung selama 3 jam,
dengan jam efektif selama 45 menit setiap satu jam pembelajaran. Pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk pembelajaran teori sebanyak
10, dan 90 lainnya pembelajaran praktik. Materi pembelajaran yang diajarkan lebih terfokus pada keterampilan teknis menjahit. Materi pembelajaran lain yang
bersifat menunjang kemampuan berwirausaha dan bekerja di sektor industri, seperti kemampuan kepribadian, perundang-undangan, kewirausahaan dan keterampilan
sosial tidak diajarkan atau tidak diprogramkan.
Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan orientasi dengan topik proses belajar, pembagian kelompok kelas dan tanggung jawab warga belajar. Proses
pembelajaran selanjutnya berupa penyajian teori menjahit dan mengubah model, latihan menjahit, kemudian dilanjutkan dengan praktik mengidentifikasi kerusakan
dan perbaikan mesin. Proses evaluasi pembelajaran tidak dilaksanakan dalam bentuk evaluasi harian atau mingguan, melainkan ketika warga belajar melaksanakan praktik
pembuatan pakaian tertentu. Hasil evaluasi pembelajaran praktik ini dijadikan sebagai dasar untuk kegiatan refleksi warga belajar.
4 Proses Penilaian dan Pembinaan Kursus
Penilaian dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penilaian proses dan produk. Penilaian proses dilakukan dengan cara warga belajar melaksanakan praktik menjahit
pakaian, sedangkan penilaian produk dilakukan dengan cara mengamati hasil praktikum warga belajar. Kemudian untuk penilaian kelulusan warga belajar, Sanggar
Kegiatan Belajar menyelenggarakan ujian lokal dan ujian nasional. Ujian lokal dilakukan diselenggarakan setiap 3 hingga 4 bulan sekali di akhir program,
sedangkan ujian nasional, yakni untuk memperoleh sertifikat nasional, diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi.
Pembinaan dilakukan dengan cara melihat komponen administrasi pelaksanaan dan hasil akhir kursus. Kepala Sanggar Kegiatan Belajar memiliki
anggapan bahwa banyaknya jumlah warga belajar yang lulus ujian nasional merupakan tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan program. Oleh karena itu setiap
akhir program, Kepala Sanggar Kegiatan Belajar melakukan pengkajian hasil ujian, dan berdasarkan pengkajian itu Kepala Sanggar Kegiatan Belajar memberikan
pembinaan untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik.
5 Proses Perbaikan Mutu Kursus
Sanggar Kegiatan Belajar dalam memperbaiki mutu penyelenggaraan kursus telah melakukan berbagai macam kegiatan. Beberapa kegiatan yang dilakukan
yaitu antara lain: 1 bermitra dengan IPBI Ikatan Penjahit Busana Indonesia untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik; 2 memberikan layanan kursus
tambahan kepada warga belajar pada waktu akan menghadapi ujian lokal dan nasional, dan 3 memberikan layanan keterampilan penunjang kepada warga belajar,
misalnya membuat tempat kue, baki lamaran dari bahan kain, dan keterampilan lain yang relevan. Melalui layanan tambahan ini diharapkan warga belajar tidak hanya
mampu menjahit pakaian saja, melainkan juga mampu membuat berbagai macam produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Gambaran Pengelolaan Kursus Menjahit Berbasis Life skill di Sanggar