b. Kecakapan sosial social skill adalah kecakapan melakukan kerjasama,
bertenggang rasa dan tanggungjawab sosial. c.
Kecakapan akademik academic skill adalah kecakapan dalam melakukan penelitian, percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.
d. Kecakapan vokasional vocational skill adalah kecakapan yang berkaitan dengan
suatu bidang kejuruanketerampilan tertentu seperti di bidang perbengkelan, jahit menjahit, peternakan, pertanian, produksi barang tertentu.
Keempat kecakapan tersebut dilandasi oleh kecakapan spiritual yakni keimanan, ketaqwaan, moral, etika dan budi pekerti yang baik sebagai salah satu
pengamalan sila pertama Pancasila. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat
dan mandiri. Kecakapan tersebut juga tidak dilakukan secara eksklusif untuk masing- masing kelompok, namun demikian ada beberapa program yang memberikan
penekanan lebih pada kecakapan tertentu dengan tetap memberikan penanaman kecakapan lain.
4. Pengembangan Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Dalam
Pendidikan Life Skill
Pendidikan life skill merupakan inovasi baru di dalam program pendidikan luar sekolah. Melalui pendidikan life skill, warga belajar tidak hanya sekedar mampu
mempelajari keterampilan teknis terhadap suatu pekerjaan tertentu, melainkan juga melatih diri menjadi individu yang memiliki integritas tinggi dalam melakukan usaha
produktif. Dalam pemikiran ini pendidikan life skill diarahkan pada pengembangan kecerdasan otak, emosional, dan spiritual secara terpadu intelectual, emotional, dan
spiritual. Hal ini karena individu yang memiliki kecerdasan otak saja IQ tinggi belum tentu mampu meraih keberhasilan dalam bekerja. Dunia kerja merupakan
institusi yang tidak hanya berhubungan dengan pekerjaan yang menyangkut proses, teknologi, mesin, hitung-hitungan, kalkulasi, tetapi lebih banyak berhubungan dengan
sesama manusia. Ngermanto 2002 menyatakan bahwa 75 kesuksesan manusia ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 4 ditentukan oleh kecerdasan
otak. Fakta inilah yang mendasari bahwa seorang pekerja dituntut memiliki kecerdasan emosi EQ dan kecerdasan spiritual SQ.
Intelligence Quotient IQ adalah kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan akademik atau kecerdasan otak Pasiak, 2006. Hasil yang dicapai oleh
individu dalam menggunakan IQ antara lain ditunjukkan dalam bentuk nilai raport tinggi, indeks prestasi, gelar, kemampuan hitung-hitungan, kemampuan
mengoperasikan mesin, teknologi, rumus-rumus. Emotional Quotient EQ adalah karakter yang merupakan kompas yang tepat sebagai sarana menahkodai hidup yang
penuh dengan tantangan Pasiak, 2006. Goleman 2000 menyatakan bahwa kecerdasan emosional manusia terdiri atas kecakapan pribadi dan kecakapan sosial.
Kecakapan pribadi mencakup: kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi, sedangkan kecakapan sosial mencakup empati dan keterampilan sosial. Spiritual
Quotient SQ merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas Agustian, 2004. Bentuk nyata sebagai
perwujudan atas kecerdasan spiritual yaitu antara lain iman dan taqwa kepada sang Khaliq, memberi perhatian kepada orang lain, berusaha mengerti perasaan orang lain
empati, mau mendengar, senang menolong, mau meminta maaf apabila membuat kesalahan, selalu mengucapkan terima kasih, suka menghargai, dan memberikan
senyum secara tulus. Lebih lanjut Agustian menyatakan bahwa kemampuan spiritual individu mampu menghasilkan: 1 integritas atau kejujuran; 2 energi atau
semangat; 3 inspirasi atau ide dan inisiatif; 4 wisdom atau bijaksana, dan 5 keberanian dalam mengambil keputusan.
Dalam pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa, jika inidividu menerapkan ketiga kecerdasan tersebut secara terpadu, maka ia akan memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan oleh pekerjaan, berperilaku sesuai dengan fitrah manusia sebagaimana yang dititahkan oleh Tuhan, dan memiliki kompas yang mengarahkan perilakunya
secara tepat. Dengan kalimat lain SQ Spiritual Quotient merupakan landasan untuk memfungsikan IQ Intelligence Quotient dan EQ Emosional Quotient. SQ juga
merupakan kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran perilaku dan kegiatan serta mampu mensinergikan IQ, SQ dan EQ secara komprehensif.
Hubungan antara Q, EQ, dan SQ dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar: 2.2 Hubungan antara IQ, EQ dan SQ Agustian, 2004
Lahirnya teori tentang pentingnya pemilikan kecerdasan intelektal IQ,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual ternyata membawa dampak yang luas terhadap rekrutmen calon pegawai baru di berbagai dunia kerja. Sebelum lahirnya
teori kecerdasan emosional dan spiritual, rekrutmen calon pegawai baru banyak didominasi oleh persyaratan kemampuan intelektual, namun dengan munculnya teori
kecerdasan emosional dan spiritual tersebut dunia kerja menuntut bahwa calon pegawai baru bukan saja harus memiliki kecerdasan intelektual, melainkan juga
kecerdasan emosional dan spiritual secara sama. Hal ini dapat diamati dari berbagai perusahaan yang menetapkan persyaratan penerimaan calon pegawai baru. Ada tiga
SQ
IQ EQ
Zero Mind Process
Persepsi Kepentingan
PARADIGMA PARADIGMA
Spiritual TUHAN
Suara Hati
Emosional Intelektual
aspek utama persyaratan yang harus dimiliki oleh calon pegawai baru, yaitu aspek kepribadian dan sosial, kemampuan berfikir logis, dan penguasaan keterampilan
teknis. Pendidikan life skill merupakan seperangkat proses pembelajaran menuju
pembentukan atau peningkatan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan academik dan kecakapan vocational Broling,1989. Kecakapan personal dan sosial
merupakan bentuk dari kecerdasan spiritual dan emosional karena menyangkut hal- hal yang terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan manusia Goleman, 2000. Ruang lingkup kecakapan personal dan sosial diantaranya: iman, taqwa dan menjalankan ibadah, jujur, percaya diri, keinginan
untuk maju, disiplin, dapat memberi inspirasi, kerjasama, toleransi, tanggung jawab, semangat kerja, optimistis, mampu beradaptasi, sopan dan bersahaya, integritas,
kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, dan penguasaan diri. Kecakapan akademik dan vokasional
merupakan wujud dari kecerdasan otal karena berkaitan dengan penguasaan berfikir teknis, hitung-hitung, pengoperasian mesin, produksi, dan sain. Dalam kecakapan
akademik dan vokasional inilah yang menunjukkan tingkat kemampuan berfikir atau kerja otak. Dengan demikian dalam pendidikan life skill menyiratkan adanya
pendidikan yang diarahkan bukan saja warga belajar mampu menguasai keterampilan teknis bidang pekerjaan tertentu, melainkan juga memiliki kemampuan untuk
mengendalikan diri yang sumbernya dari hati nurani. Dalam kalimat lain pendidikan life skill dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja atau usaha mandiri karena
adanya pergeseran kebutuhan pasar kerja atau usaha mandiri yang bukan sekedar mempersyaratkan kepandaian saja, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan
spiritual yang memadai Pengelolaan usaha produktif yang diajarkan melalui pendidikan life skill di
samping dilandasi oleh aspek rasionalitas dalam membaca peluang dan meminimalisir risiko yang akan dihadapi, melainkan juga dilandasi oleh kasih sayang
kepada manusia. Agustian 2004 menyatakan bahwa manajemen yang menggunakan prinsip kecerdasan emosional dan spiritual mempersyaratkan adanya kesimbangan
antara hasil dengan ”the six M” man, material, method, machine, money, market. Manajemen usaha memerlukan kasih dan sayang kepada manusia, memperhatikan
material yang diusahakan, menyempurnakan metode berusaha, menjaga kualitas mesin dan mutu pelayanan, mempertimbangkan investasi, dan berusaha memberi
kepuasan kepada market atau konsumen. Kemudian untuk menerapkan keenam unsur-unsur dalam organisasi, seseorang harus memberikan perhatian penuh pada
perencanaan, motivasi, pengawasan, evaluasi, dan perbaikan secara terus-menerus.
5. Pendekatan Andragogi Dalam Pendidikan Life Skill