Pengelolaan Kursus Menjahit Berbasis Life skill di Sanggar Kegiatan

b. Pengelolaan Kursus Menjahit Berbasis Life skill di Sanggar Kegiatan

Belajar Demak Gambaran pengelolaan kursus menjahit berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar ini mencakup: 1 proses perencanaan, 2 proses pengorganisasian, 3 proses pelaksanaan pembelajaran kursus, 4 proses penilaian dan pembinaan lulusan, 5 proses perbaikan mutu 1 Proses Perencanaan Kursus Perencanaan program kursus menjahit dimulai dari aspirasi sebagian besar warga masyarakat sekitar Sanggar Kegiatan Belajar untuk belajar menjahit. Minat masyarakat tersebut kemudian memperoleh positif dari pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar. Langkah pertama yang diambil yaitu membentuk tim pengelola kursus yang terdiri atas Kepala Sanggar Kegiatan Belajar sebagai penanggung jawab program, sedangkan ketua pelaksana hingga urusan administrasi dilakukan oleh Pamong Belajar tenaga teknis edukatif di Sanggar Kegiatan Belajar dan Staf Administrasi. Dalam proses pembuatan perencanaan tersebut, tim pengelola kursus membuat kebijakan dalam menyelenggarakan program. Ada empat kebijakan yang dibuat, yaitu: 1 kurikulum kursus menggunakan kurikulum yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat; 2 sumber belajar berasal dari Pamong Belajar yang sudah memiliki sertifikat nasional di bidang menjahit; 3 buku-buku pembelajaran menggunakan buku keluaran dari Direktorat Pendidikan Masyarakat, dan 4 sarana dan prasarana menggunakan aset Sanggar Kegiatan Belajar. Dari keempat komponen yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kursus, Sanggar Kegiatan Belajar baru memiliki dua komponen yang dibutuhkan, yaitu sumber belajar dan ruang kelas. Sementara itu untuk tiga komponen lain belum dimiliki, yakni sarana penunjang pembelajaran, kurikulum, dan buku pelajaran. Untuk memenuhi ketiga komponen tersebut, Sanggar Kegiatan Belajar mengajukan usulan kegiatan kepada Direktorat Pendidikan Masyarakat, yaitu: 1 perangkat mesin jahit; 2 kurikulum, dan 3 buku-buku pelajaran. Ketiga kebutuhan ini disetujui oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan direalisasikan pada awal tahun 1990. Tabel 4.3 mengindikasikan bahwa selama lima tahun terakhir Sanggar Kegiatan Belajar Demak tidak menambah persediaan sarana penunjang pembelajaran kursus menjahit. Oleh karena itu dapat diprediksikan bahwa proses pembelajaran kursus menjahit tidak akan dapat sesuai kondisi pasar karena peralatannya sudah ketinggalan jaman. Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kursus Menjahit di Sanggar Kegiatan Belajar Demak No Jenis Barang Pengadaan Tahun Jumlah 1 Ruang belajar dan praktik 1992 1 2 Mesin jahit biasa 1995 10 3 Mesin obras 3 benang 1997 2 4 Mesin obras besar 2000 1 5 Mesin over deck 1995 1 6 Mesin potong kain 2000 1 7 Meja belajar dan praktik 1994 2 8 Papan tulis 1995 1 9 Almari pajangan 1991 2 Sumber: Dokumen Sanggar Kegiatan Belajar Demak . Secara umum untuk menyelenggarakan kursus menjahit dengan data sarana dan prasarana tersebut sudah cukup memadai untuk melayani warga belajar 10 hingga 20 orang setiap angkatan, namun belum sesuai dengan teknologi di dunia kerja alatnya ketinggalan jaman, karena sebagian besar keluaran sebelum tahun 2000, sedangkan perusahaan garment dan penjahit sudah menggunakan hihg speed tahun 2000 an.

2 Proses Pengorganisasian Kursus

Penetapan pengelola dan pendidik kursus menjahit tidak didasarkan pada kemampuan, melainkan lebih pada kebersediaan Pamong Belajar. Kepala Sanggar Kegiatan Belajar sebagai pemegang kepemimpinan lembaga di samping menjadi penanggung jawab program kursus menjahit, juga menjadi penanggung jawab berbagai jenis kursus lainnya. Sementara itu Pamong Belajar yang dipandang memiliki keterampilan menjahit, meskipun tidak memiliki sertifikat menjahit, langsung diberi tugas menjadi pendidik. Pendidik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tidak disertai dengan surat tugas atau surat kedinasan lainnya, dan tidak diberikan pembagian tugas job discription yang harus dijalankan. Surat Tugas ini sangat penting bagi Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar karena merupakan salah satu dokumen kerja untuk mengajukan penilaian angka kredit kenaikan jabatan fungsional. Mereka tidak hanya menyelenggarakan pembelajaran, melainkan juga melakukan sosialisasi tentang program kursus menjahit kepada warga masyarakat, membuat dan menyebarkan brosur-brosur tentang penyelenggaraan kursus menjahit, dan melaksanakan kegiatan administrasi dengan dibantu oleh tenaga administrasi Sanggar Kegiatan Belajar . Warga belajar yang mengikuti kursus diwajibkan mengikuti kursus tingkat dasar, kecuali mereka yang telah lulus program kursus tingkat dasar atau telah memiliki sertifikat kursus tingkat dasar, langsung dapat mengikuti program kursus tingkat terampil. Demikian pula untuk tingkat mahir, warga belajar harus telah memiliki sertifikat kursus menjahit tingkat terampil.

3 Proses Pelaksanaan Kursus

Kursus menjahit mulai diselengarakan pada pertengahan tahun 1990 setelah Sanggar Kegiatan Belajar memiliki sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Rekrutmen calon warga belajar dilakukan dengan cara menerapkan model ”jaring laba-laba”. Sanggar Kegiatan Belajar bersikap pasif, yakni menunggu kehadiran warga masyarakat mendaftarkan diri sebagai calon warga belajar. Warga masyarakat yang mendaftarkan diri secara otomatis diterima sebagai warga belajar tanpa melalui seleksi atau evaluasi kemampuan awal. Setiap tahun rata-rata warga belajar yang mengikuti kursus dengan pola rekrutmen ini adalah antara 20 hingga 60 orang. Mereka yang diterima sebagai calon warga belajar diberi pengarahan dan diwajibkan membayar biaya pendaftaran dan biaya kursus tingkat dasar sebesar Rp 150.000,-, tingkat terampil sebesar Rp 250.000,-, dan tingkat mahir sebesar Rp. 500.000,-. Warga belajar wajib membayar biaya kursus sebelum dimulai program pembelajaran. Walaupun demikian, warga belajar yang tidak mampu membayar secara tunai, mereka diperbolehkan membayar dengan angsuran sebanyak tiga kali angsuran. Proses pembelajaran dirancang dalam tingkatan paket belajar, yaitu: paket belajar tingkat dasar, terampil, dan mahir. Ketiga paket belajar memiliki durasi waktu, kurikulum, dan sistem pembelajaran secara berbeda. Setiap paket program diselenggarkan selama 4 bulan, dengan alokasi waktu pembelajaran tatap muka 2 kali dalam satu minggu, dan setiap pertemuan tatap muka berlangsung selama 3 jam, dengan jam efektif selama 45 menit setiap satu jam pembelajaran. Pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk pembelajaran teori sebanyak 10, dan 90 lainnya pembelajaran praktik. Materi pembelajaran yang diajarkan lebih terfokus pada keterampilan teknis menjahit. Materi pembelajaran lain yang bersifat menunjang kemampuan berwirausaha dan bekerja di sektor industri, seperti kemampuan kepribadian, perundang-undangan, kewirausahaan dan keterampilan sosial tidak diajarkan atau tidak diprogramkan. Pembelajaran diselenggarakan di dalam satu ruang, yakni ruang teori sekaligus ruang praktik. Dengan demikian tidak terdapat pemisahan ruang teori dan praktik. Jumlah warga belajar dalam satu kelas tidak lebih dari 20 orang. Hal ini dimaksudkan untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Berkenaan dengan perkembangan mode pakaian dan tuntutan perusahaan garment atau konveksi, sejak tahun 1997 Sanggar Kegiatan Belajar menyediakan sarana mesin jahit yang lebih canggih, seperti mesin obras, mesin jahit high speed, dan mesin potong kain dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar masyarakat tentang kemampuan menjahit berkecepatan tinggi. Penyediaan sarana seperti ini juga dimaksudkan untuk memberikan keterampilan kepada warga belajar yang memiliki minat untuk bekerja di perusahaan garment atau konveksi, mengingat perusahaan seperti ini sudah tidak lagi menggunakan mesin jahit berkecepatan rendah. Namun mesin dimaksud hanya dua sehingga masih sulit memenuhi kebutuhan belajar secara optimal.

4 Proses Penilaian dan Pembinaan Kursus

Penilaian hasil belajar dilakukan dalam dua kali selama mengikuti pembelajaran, yaitu ujian lokal dan ujian nasional. Ujian lokal diselenggarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar dan bagi warga belajar yang lulus kemudian diberikan STTPL Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan yang diterbitkan oleh Sanggar Kegiatan Belajar, sedangkan ujian nasional diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan bagi warga yang lulus mendapatkan Sertifikat Ujian Nasional. Ujian lokal dan nasional diarahkan kepada penguasan materi keterampilan vokasional vocational skill yang meliputi teori dan praktek. Sementara itu untuk materi penunjang tidak disertakan dalam ujian. Rata-rata mereka yang lulus ujian lokal antara 90-100 , sedangkan yang lulus ujian nasional bekisar kurang dari 50. Pembinaan yang dilakukan pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar kepada tutor adalah dengan menerapkan pendekatan kesejawatan. Pimpinan sebelum melakukan pembinaan terlebih dahulu mengkaji data tingkat kelulusan, dengan cara menelaah hasil kelulusan sebagai tolok ukur keberhasilan. Jumlah warga belajar yang lulus dipandang sebagai indikator keberhasilan penyelenggaraan kursus. Melalui pengkajian data tersebut, kemudian pimpinan memberikan pengarahan, terutama dalam penerapan metode pembelajaran, agar tingkat kelulusan warga belajar semakin meningkat. 5 Proses Perbaikan Mutu Pengelolaan Kursus Perbaikan mutu dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam menguasai materi pembelajaran yang disajikan, dan kualitas lulusan dalam melaksanakan pekerjaan di perusahaan atau berusaha mandiri. Perbaikan mutu lulusan dilaksanakan oleh tutor selama dalam proses pembelajaran. Perbaikan mutu yang dilakukan oleh tutor yaitu: 1 memberikan pembelajaran tambahan bagi yang tidak lulus ujian lokal maupun nasional secara gratis; 2 memberikan keterampilan penunjang. Kemudian perbaikan mutu yang diberikan oleh pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar yaitu memberikan informasi kepada warga belajar tentang peluang kerja. Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar juga memberikan motivasi kepada warga belajar agar belajar sungguh-sungguh dan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran agar mampu hidup mandiri.

2. Gambaran Pengelolaan Kursus Keterampilan Berbasis Life skill di Sanggar