Hasil Validasi Konseptual Model Pengelolaan Kursus Keterampilan Ber-

ajar, film pembelajaran, dan sejenisnya, melainkan juga berupa prosedur dan proses, seperti metode pembelajaran, metode peng-organisasian pembelajaran, metode pengorganisasian kelompok belajar, dan sejenisnya. Wujud dari produk itu dapat berupa tujuan belajar, metode, kurikulum, perangkat keras dan lunak, cara dan prosedur, dan evaluasi pendidikan. Mengacu pada pendapat Borg dan Gall tersebut di atas maka prosedur mutu yang dikembangkan dilakukan validasi konseptual dan validasi operasional dan hasilnya sebagai berikut:

1. Hasil Validasi Konseptual Model Pengelolaan Kursus Keterampilan Ber-

basis Life Skill dengan Menerapkan Prosedur Mutu di Sanggar Kegiatan Belajar. Validasi konseptual dilakukan dalam 3 tahap pelaksanaan yakni validasi koseptual dengan Focus Group Discussion tahap pertama, validasi dengan teknik Delphi dan validasi konseptual dengan Focus Group Discussion tahap kedua. Penggunaan Focus Group Discussion ini sesuai pendapat Witkin 1984 “bahwa pemecahan masalah melalui diskusi kelompok boleh digunakan dalam satu fase dari need assessment. Tentu saja, tingkatan dari suatu diskusi yang diselenggarakan dengan baik dapat dijadikan paradigma untuk need assessment, seleksi program dan evaluasi. Berpikir kreatif dapat dianjurkan melalui penggunaan brainstorming, berpikir lateral, dan metode lain yang merupakan bagian linier untuk memberi kebebasan berpikir untuk pendekatan yang inovatif” Sedangkan penggunaan Teknik Delphi menurut Norman Dalker 1962 Delphi Technique atau selanjutnya disebut Teknik Delphi adalah: “suatu cara untuk mengorganisasikan ide di antara para expert untuk memperbaiki keadaan yang akan datang. Dengan teknik Delphi berbagai pendapat tentang suatu fenomena di antara orang-orang yang mempunyai kepentingan terkait, dapat dikumpulkan, dicari titik kesamaannya dan dirangkum sehingga merupakan suatu konsensus untuk menentukan suatu tujuan tertentu” Pendapat senada disampaikan oleh Helmer dalam Witkin 1984 yaitu the Delphi technique seeks to achieve consensus on goals, concerns, or potensial needs. The method was developed at the Rand corporation as a means of organizing expert opinion and sharing their forcasts about the future. Teknik Delphi men-coba mencapai konsensus tentang tujuan, kepedulian dan kebutuhan-kebutuhan potensial. Delphi yang telah dikembangkan oleh Rand Corporation dimaksudkan untuk mengorganisasikan pendapat expert dan sharing mengenai peramalan mereka tentang masa depan. Berkaitan dengan pendapat tersebut di atas maka penggunaan Focus Group Discussion dan teknik Delphi dalam penelitian ini yang dikuti oleh para expert dibidang kursus ditinjau dari kualifikasi pendidikan dan pengalaman dalam pengelolaan; kursus, life skill, manajemen dan manajemen mutu diantaranya adalah para Kepala Sanggar Kegiatan Belajar, Para Pamong Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar dan Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, Para Staf Tata Usaha di Sanggar Kegiatan Belajar, Pengelola Kursus keterampilan di Lembaga Pendidikan Kursus, pelaku usaha, dan expert bidang manajemen mutu dari konsultan International Standart Organization. Proses ini dapat dimaknai sebagai proses untuk memperoleh kesepakatan bersama dalam pembahasan prosedur mutu yang layak untuk diujicobakan di lapangan. Kelayakan tersebut ditinjau dari: 1 tahap-tahap yang sistematis sesuai fungsi manajemen; 2 langkah-langkah prosedur kerja yang menggambarkan urutan kerja yang sistematis; 3 prediksi ketercapaian tujuan setiap prosedur mutu, dan 4 format-format dokumen kerja yang harus dipenuhi. Berdasarkan hasil pembahasan draft prosedur mutu melalui teknik Focus Group Discussion dan Delphi diperoleh kesepakatan prosedur mutu dan format dokumen kerja sesuai tabel 5.1 Sebagai berikut: Tabel 5.1 Hasil pembahasan Focus Group Discussion putaran pertama, Delphi dan Focus Group Discussion putaran kedua No Prosedur mutu Draft Rincian kerja Rincian Kerja setelah FGD I Hasil Delphi dan FGD II Keterangan 1 Penyusunan Tim Pelaksana 10 10 9 Pada FGD tahap pertama terjadi penambahan rincian kerja sebanyak 2 dari 115 menjadi 117 rincian kerja namun setelah dilakukan Delphi dan FGD putaran kedua menjadi 101 karena terdapat 5 rincian kerja gugur dalam pembahasan dengan teknik Delphi karena tidak mencapai 75 11 item rincian kerja ternyata menurut expert ISO merupakan pernyataan bukan rincian kerja indikator sehingga dihilangkan dalam FGD II 2 Pelaksanaan Identifikasi 13 14 13 3 Penyusunan kurikulum dan bahan ajar 8 9 8 4 Rekrutmen Calon Sumber dan Warga Belajar 11 10 9 5 Pengadaan fasilitas 8 7 6 6 Kooordinasi dan orientasi 11 12 10 7 Proses Pembelajaran 13 13 12 8 Evaluasi Hasil Belajar 12 12 10 9 Penempatan lulusan Kursus 9 9 6 10 Pendampingan Lulusan 9 10 8 11 Perbaikan mutu 11 11 10 Jumlah 115 117 101 Berdasarkan kesepakatan dalam pembahasan Focus Group Discussion dan Delphi menunjukkan variasi perubahan rincian kerja yang merupakan langkah- langkah pencapaian prosedur kerja sebagai berikut: a Draft prosedur mutu yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian pendahuluan terdapat 115 rincian kerja, setelah dibahas dalam Focus Group Discussion putaran pertama menjadi 117 atau bertambah 2 rincian kerja, hal ini terjadi karena pada tahap pelaksanaan diskusi terfokus ini peserta masih berfikir idealis sehingga belum mempertimbangkan tingkat ketercapaian tujuan setiap prosedur mutu tingkat kesulitan di lapangan, belum memikirkan efisiensi kerja dan belum mengkaji hakekat proses kerja atau pernyataan. b Setelah dilakukan teknik Delphi dan Focus Group Discussion tahap kedua rincian kerja berkurang menjadi 101 atau hanya 86 , pengurangan ini di-sebabkan oleh 2 hal yakni: 1 hasil teknik Delphi yang dibahas lagi dalam diskusi terfokus putaran kedua terdapat 5 rincian kerja yang dibuang karena dua alasan yakni tidak mencapai 75 dan hasil kajian tidak berpengaruh banyak terhadap mutu apabila dibuang, 2 terdapat 11 item dalam rincian kerja bukan menggambarkan rangkaian proses kerja dalam rincian kerja, namun hanya merupakan pernyataan, sehingga dibuang dalam rincian kerja. Sesuai dengan pendapat Witkin dan Normar Dalker tersebut maka draft model pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill dengan penerapan mutu di Sanggar Kegiatan Belajar sudah memenuhi kaedah penelitian khususnya dalam tahap validasi konseptual, hal ini didasarkan atas alasan: 1 sudah dikaji oleh para pakar bidang pengelolaan kursus, pelaku usaha, pakar manajemen mutu dan life skill, 2 sudah dilakukan kajian beberapa kali untuk memperoleh kelayakan dan kesepakatan yang melibatkan banyak orang expert yang terkait bidang pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di Sanggar Kegiatan Belajar.

2. Validasi Operasional Model Pengelolaan Kursus Keterampilan Berbasis Life