2. Ditinjau dari kemampuan life skill warga belajar dengan penerapan prosedur mutu
ini juga mampu meningkatkan kemampuan personal, sosial, academik dan vocational warga belajar. Secara umum rata-rata peningkatan kemampuan warga
belajar dilihat dari mean pre-test dan post-test personal skill mencapai 5,0250, sosial skill 8,7500, akademik skill 11,0250, pemahaman teknis 8,47 dan
vocational skill 18,90. Hal ini menunjukkan bahwa panduan prosedur mutu mampu meningkatkan kemampuan warga belajar.
3. Ditinjau dari kepuasan pelanggan dalam menggunakan lulusan menunjukkan
derajad kepuasan yang tinggi. Rata-rata tingkat kinerja lulusan yang menjadikan dasar kepuasan pengguna lulusan adalah 33,15 memuaskan dan 36,225
sangat memuaskan. Dengan demikian dengan menggunakan prosedur mutu ini mampu menjamin kepuasan pengguna lulusan.
D. Kekuatan dan Kelemahan Model
Dari beberapa pengamatan lapangan, masukan berbagai pihak yang terlibat Warga Belajar, Pamong Belajar, Tata Usaha, Kepala SKB, Users dan Mitra kerja
dan hasil analisis statistik, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan penggunaan prosedur mutu banyak keunggulannya dibanding kelemahan. Beberapa keunggulan
dan kelemahannya adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan Model
a. Model pengelolaan kursus berbasis life skill dengan menerapkan prosedur
mutu ini dapat meningkatkan mutu pengelolaan kursus keterampilan di SKB.
Beberapa indikator atas peningkatan mutu tersebut yaitu: a adanya langkah- langkah kegiatan yang jelas, sehingga memudahkan penyelenggara dalam
mengelola kursus; b adanya kemitraan dengan pengguna lulusan dapat menjamin penyerapan lulusan di dunia usaha atau industri; c pelibatan
lembaga mitra dalam pengelolaan kursus menjamin mutu proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dalam kursus, dan d perbaikan mutu
berkelanjutan dalam pengelolaan kursus memudahkan penyelenggara dalam memperbaiki mutu pengelolaan kursus periode berikutnya.
b. Model prosedur pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill menjamin
transparansi, kerjasama dan tanggung jawab bersama dalam pengelolaan kursus. Indikator yang menjadi penanda hal tersebut yaitu proses
pembentukan tim pelaksana kursus dilakukan melalui diskusi yang dihadiri oleh Kepala SKB, Pamong Belajar dan Staf Tata Usaha, sehingga penetapan
tim pelaksana kursus merupakan hasil dari kesepakatan bersama. Di samping itu keterlibatan secara aktif pihak mitra kerja dan calon users dari dunia usaha
dan industri merupakan suatu bentuk kerjasama dan tanggung jawab bersama atas penyelenggaraan kursus. Demikian pula keterlibatan warga belajar dalam
menetapkan lama durasi kursus, jadual pembelajaran, dan masukan untuk memperbaiki program dapat meningkatkan kualitas pengelolaan program.
Pendeknya, model pengelolaan kursus seperti ini mampu menimbulkan rasa kepemilikan sense of ownership antara SKB, mitra kerja, pengguna lulusan,
dan warga belajar terhadap program kursus, yang pada gilirannya dapat
mengembangkan potensi warga belajar secara komprehensif dan terdapat penjaminan bagi lulusan untuk memperoleh lapangan kerja.
c. Model Prosedur mutu pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill
dengan menerapkan prosedur mutu manajemen memberikan kemudahan bagi tim pelaksana dalam mengelola kursus, karena mereka memiliki pedoman
yang sistematis, dan setiap tahap pekerjaan memiliki unsur-unsur tujuan yang hendak dicapai, cara melaksanakan pekerjaan, penanggung jawab masing-
masing pekerjaan, rincian kerja, diagram alir untuk mencapai tujuan, dan format-format kelengkapan kerja. Untuk menggunakan model ini
penyelenggara dapat memodifikasi setiap rincian sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, dengan cukup mencantumkan kode revisi. Dengan
demikian lembaga yang akan menyelenggarakan kursus akan mudah mengelola kursus keterampilan berbasis life skill.
d. Model prosedur mutu pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill di
Sanggar Kegiatan Belajar memudahkan proses deteksi dini atas kekuatan dan kelemahan program yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengkaji dokumen yang harus ada pada setiap langkah kegiatan. e.
Model prosedur mutu pengelolaan kursus berbasis life skill ini sudah diuji secara kualitatif dan kuantiatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan prosedur mutu dapat meningkatkan kemampuan tim pelaksana dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kursus. Kemampuan
pelaksana sebagai pengelola yang professional tersebut mampu melesatkan
tingkat kemampuan personal, sosial, akademik dan keterampilan warga belajar secara cepat. Dari hasil evaluasi kepribadian, teori, praktek dan
magang ternyata mampu menunjukkan sebagai lulusan yang bermutu. Hal ini dilihat dari kepuasan para pengguna lulusan users yang rata-rata puas
memperkerjakan lulusan kursus karena sikap perilaku rata-rata baik, mampu berfikir analitik dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan.
f. Model prosedur mutu pengelolaan kursus berbasis life skill ini mampu
mendorong para Pamong Belajar sebagai tenaga fungsional untuk bekerja cerdas, karena dengan melaksanakan prosedur mutu banyak pengalaman baru,
mitra kerja baru dan dokumen-dokumen kerja yang banyak, sehingga dapat dijadikan bukti fisik angka kredit kenaikan pangkat dan golongan.
g. Model prosedur mutu pengelolaan kursus keterampilan berbasis life skill ini
mendorong Kepala SKB sebagai manager yang professional, sehingga dituntut memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan
dan mengendalikan kursus keterampilan bersama-sama tim pelaksana dan mitra kerja. Dengan demikian Kepala SKB sudah memiliki pedoman kerja
dan agenda kerja dari langkah-langkah tersebut untuk mencapai tujuan kursus yang sudah ditetapkan. Dengan demikian prosedur ini juga mampu menekan
kemungkinan adanya upaya manipulasi pengelolaan karena langkah demi langkah disusun secara sistematik, terdokumentasi dan divalidasi oleh
berbagai pihak yang terlibat.
2. Kelemahan model