Konsep Gender dan Kesetaraan. Sejak dua dasawarsa terakhir, wacana
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014 54
anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas bekerja di luar rumah
guna mendapatkan
upah. Tetapi
pandangn ini hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan kelas
atas. Justru kaum perempuan kelas bawah diharapkan jadi pembantu bagi
kaum perempuan kelas atas . Dengan demikian bahwa gender
merupakan konsep sosial yang harus diperankan oleh kaum laki-laki atau
perempuan sesuai dengan ekspektasi- espektasi sosio-kultural yang hidup
dan berkembang
ditengah-tengah masyarakat
yang kemudian
melahirkan peran sosial laki-laki dan perempuan sebagai peran gender.
Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan itu tidak
ditentukan oleh karena keduanya terdapat perbedaan secara biologis
Menurut Heddy Shri Ahimsha Putra, istilah gender dapat dibedakan
dalam beberapa pengertian sebagai berikut:
a. Gender sebagai suatu istilah asing
dengan makna tertentu. Gender berasal dari istilah asing gender
yang maknanya
tidak banyak
diketahuiorang secara baik, maka sangat wajar jika istilah gender
menimbulkan kecurigaan tertentu pada sebagian orang yang telah
mendengarkan istilah
tersebut. Seringkali
orangmengartikan gender
dengan seks
sehingga menimbulkan istilh dan pemaknaan
yang keliru. b.
Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya. Perbedaan seks
adalah alami dan kodrati dengan ciri-ciri fisik yang jelas dan tidak
dapat dipertukarkan.
Sebagai fenomena sosial, gender bersifat
relatif dan kontekstual. Gender yang dikenal masyarakat Minang
berbeda dengan
gender pada
masyarakat Jawa.
Perbedaan tersebut akibat adanya perbedaan
konstruksi sosial budaya sehingga lahirlah
peran gender
yang berbeda-bedasekaligus
untuk membedakan peran atas dasar jenis
kelamin. c.
Gender sebagi suatu kesadaran sosial.
Pemahaman gender sebagai wahana akademik perlu
diperhatikan pemaknaanyasebagai suatu kesadaran sosial. Masyarakat
mulai menyadari
bahwa pembedaan
peran gender
merupakan produk sejarah dan sebagai
akibat kontak
warga masyarakat
dan komunitasnya.
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014 55
Manusia kemudian
menyadari bahwa ada hal-hal yang perlu
diubah agar hidup ini lebih baik , harmonis dan berkeadilan. Terjadi
dominasi jenis kelamin tertentu atas jenis kelamin yang lain, yang
selanjutnya gender
menjadi kesadarn sosial dan sekaligus
menjadi persoalan sosial budaya. d.
Gender sebagai persoalan sosial budaya. Perjuangan terhadap
ketidak adilan gender tidak hanya menyentuh persoalan praktis tetapi
juga memasuki ranah filosofis dan agama. Karena ketidak adilan
gender menimbulkan
ketidak harmonisan
dalam kehidupan,
maka perlu dilakukan perubahan mendasar dan berkelanjutan.
e. Gender sebagai sebuah konsep
analisis. Dalam ilmu sosial definisi gender tidak lepas dari asumsi-
asumsi dasar yang ada pada sebuah paradigma, dimana konsep analisis
merupakan salah
satu komponennya. Asumsi dasar itu
pada umumnya
merupakan pandangan
filosofis dan
juga idiologis. Gender sebagai analisis
konsep digunakan oleh para ilmuan dalam mempelajari gender sebagai
fenomena sosial dan budaya. f.
Gender sebagai sebuah paradigma atau kerangka teori lengkap dengan
asumsi dasar, model dan konsep- konsepnya.
Seorang peneliti
menggunakan idiologi
gender untuk
mengungkap pembagian
peran atas dasar jenis kelamin serta implikasi-implikasi
sosial budayanya, termasuk ketidak adilan
yang ditimbulkannya.Penelitian
yang dilakukan dengan perspektif gender akan menonjolkan aspek
kesetaraan gender dan kadang- kadang menjadi bias perempuan
karena kenyataan
menuntut demikian.
Sehingga peneliti
dituntut untuk memiliki sensifitas gender dengan baik.
Konsep gender jika dirunut dalam
dimesi kesejarahan
tampaknya bersumber dari Barat, melalui filsafat eksistensialisme
yang berkembang di Eropa pada pertengahan abad 19 konsep ini
terus berkembang Gerakan
gender dalam
dunia Islam terjadi ketika seorang ahli dari Pakistan Fatima Mernisi
sebagai guru besar di Harvard University
yang berstatus
muslimah menggulirkan
suatu perlawanan
terhadap kontruksi
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014 56
sosial yang
menempatkan perempuan sebagai makhluk kedua
di muka
bumi ini.
Melalui tulisannya yang berjudul
Womenin
the Al Qur‟an , ia menggugat beberapa tafsir yangcenderung bias
gender. Tulisan
inilah yang
kemudian menghebohkan dunia Islam bahkan melampaui isu-isu
apapun dalam dunia Islam.Cecep Sumarna. 2003: 26
Gender sebuah
wacana akademik ataupun sebagai sebuah
gerakan di
Indonesia telah
melahirkan model baru dalam kontek relasi sosial antaraa kaum
laki-laki dan
perempuan. Kehadirannya tentu saja akan
membawa konsekuensi baru dan isu perjuangan keadilan gender
akan mendekontruksi
berbagai tatanan budaya dan tafsir agama
yang sudah mapan. Secara spesifik isu
gender akan
menghadapi resistensi yang cukup kuat ketika
berbenturan dengan berbagai tafsir keagamaan dan gender dianggap
akan merusak tatanan atau sistem ajaran agama itu sendiri.