Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
625
atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Aplikasinya di
dalam pembelajaran
di kelas,
model pembelajaran
ini mengetengahkan
realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh siswa dalam
kesehariannya, dengan bentuk yang disederhanakan
dalam kehidupan
kelas. Abdurrahman dan Bintoro dalam
Nurhadi, 2004:61 menyatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa
sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Belajar secara
kooperatif dan kerja kelompok juga menunjukkan arti sosiologis
yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus
dikerjakan bersama kelompok dan pendelegasian
wewenang dari
guru kepada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator saja.
Model pembelajaran
ini memandang
bahwa keberhasilan
belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan juga dari
pihak lain
yang terlibat
dalam pembelajaran itu, yakni teman sebaya.
Keberhasilan belajar dengan model ini tidak ditentukan oleh kemampuan
individu secara
utuh, melainkan
perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.
a. Konsep dasar pembelajaran kooperatif
Ada beberapa konsep mendasar yang
perlu diperhatikan
dan diupayakan
oleh guru
dalam menggunakan metode pembelajaran
kooperatif. Prinsip-prinsip
dasar tersebut menurut Sahl dalam Solihatin,
2007: 7, meliputi sebagai berikut.: Perumusan tujuan belajar harus benar,
Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa
tentang tujuan
belajar, Ketergantungan yang bersifat positif,
Interaksi yang
bersifat terbuka,
Tanggung jawab individu, Kelompok bersifat heterogen, Interaksi sikap dan
perilaku sosial yang positif, Tindak lanjut follow up, Kepuasan dalam
belajar Prinsip
yang utama
dalam pembelajaran
kooperatif adalah
merumuskan tujuan belajar. Hal ini digunakan agar pembelajaran tidak
menyimpang dari konsep yang akan
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
626
PROGRAM PEMBELAJARAN PROGRAM PENGAJARAN
TARGET PEMBELAJARAN Penguasaan materikonsep
Sikap dan keterampilan sosial
Perencanaan Pembelajaran
PEMBENTUKAN KELOMPOK DAN PENGARAHAN PENGONDISIAN
SISWA UNTUK BEKERJA SAMA
Peer Tutor Tutor
teman sebaya
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM KELOMPOK BELAJAR
Pengembangan pengatahuan dan keterampilan siswa dalam suasana
belajar kelompok
Belajar Kolaboratif
dicapai pada pembelajaran. Setiap siswa harus memahami tingkatan yang
akan dicapai dalam pembelajaran. Sehingga dalam tahap diskusi akan
terjadi ketergantungan yang bersifat positif dari setiap anggota kelompok.
Interaksi yang dilakukan siswa harus bersifat terbuka agar tidak terjadi
kesalah pahaman dalam penyampaian pendapat dalam kelompok.
b. Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran kooperatif
Mekanisme Pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
627
Bagan 2.1. Mekanisme Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran
. Kooperatif
Diadopsi dari
David Hornsby,
1981 dalam
Solihatin 2005: 56
c. Pelaksanaan pembelajaran
kooperatif
Ada tiga
tahapan dalam
melaksanakan pembelajaran kooperatif diantaranya
meliputi perencanaan
pembelajaran, belajar kolaboratif, dan pemberian hadiah dan kritik siswa.
Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
K. Perencanaan pembelajaran
L. Belajar kolaboratif
M. Pemberian hadiah dan kritik
siswa
B. Numbered Head Together
Model pembelajaran ‖
Numbered Head Together
‖ merupakan bagian dari metode
pembelajaran s
tructural. M
etode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan
dkk. Meskipun
memiliki kesamaan dengan metode lainnya,
metode
structural
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi
siswa. Berbagai
struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan
dengan maksud agar menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih
tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan
oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan
jawaban setelah
lebih dahulu
mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Metode ini menghendaki agar
para siswa
bekerja sama
saling bergantung pada kelompok-kelompok
kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki tujuan umum atau
goal
untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang
tujuanya untuk
mengajarkan keterampilan
social. ‖
Think-Pair-
Share” dan
‖
Numbered Head
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
628
Together” adalah struktur yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
penguasaan akademik,
sedangkan struktur ‖Active Listening” dan ‖
time
tokens” adalah struktur yang dapat digunakan
untuk mengajarkan
keterampilan sosial. Model pembelajaran
‖
Numbered
Head Together” termasuk ke dalam jenis metode diskusi kelompok berbasis
pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan
pengajaran individual
meskipun tetap menggunakan pola kooperatif
Team-Assisted Individualization
. Dalam praktiknya, metode diskusi kelompok model kepala
bernomor didukung oleh penggunaan alat bantu berupa nomor kepala yang
terbuat dari kertas karton berukuran 9 cm x 6 cm. Kertas ini berisi nomor
kepala yang akan digunakan sebagai nomor diskusi siswa. Kertas karton ini
disematkan di dada siswa untuk memudahkan
pengamatan observer
selama kegiatan diskusi berlangsung. Kompetensi yang harus dikuasai
oleh siswa lebih ditekankan pada kompetensi
individual meskipun
dilakukan dalam
bentuk diskusi
kelompok. Penggunaan kartu kepala bernomor dimaksudkan sebagai upaya
untuk membangkitkan motivasi siswa secara individual dalam mengemukakan
pendapat atau tanggapan secara lisan. Dengan menggunakan model ini, siswa
tidak bisa lagi bergantung kepada sesama
anggota. Setiap
anggota memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap setiap permasalahan yang dibahas dalam forum diskusi.
Dengan cara demikian, setiap anggota akan selalu siap jika sewaktu-waktu
ditunjuk oleh guru berdasarkan nomor kepala yang dimilikinya.
Model pembelajaran
ini dikembangkan oleh Spencer Kagan
pada tahun 1993 Nurhadi, 2004: 67. Model pembelajaran ini melibatkan para
siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada
seluruh kelas
guru menggunakan struktur 4 langkah.
Menurut Nurhadi 2004: 67, 4 langkah tersebut adalah:
1. Langkah
1- Penomoran
Numbering
: Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi
mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki
nomor yang berbeda.