Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
510
masalah menjadi bentuk matematika. Akibat siswa tidak dapat menentukan
variabel yang sesuai dengan masalah yang diberikan, siswa tidak dapat melanjutkan
ke langkah berikutnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sujiati 2011 yang
menyimpulkan bahwa
pemahaman masalah merupakan komponen pentig
dalam menyelesaikan masalah, karena kesulitan ini menyebabkan siswa tidak
dapat melanjutkan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Agar dapat melanjutkan
menyelesikan masalah,
siswa harus
mampu menetukan variabel yang sesuai dengan informasi dari masalah yang
diberikan, selanjutnya
siswa dapat
menentukan kalimat matematika dan persamaan kuadratnya.
Menurut Polya,
dalam merencanakan penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan menggambar Musser and
Burger, 2008. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian jika salah satu subjek
dalam membuat permisalan menentukan variabel
dan menyusun
kalimat matematika berdasarkan masalah yang
diberikan, lebih dapat memahami dengan cara mengambarkan masalah tersebut.
Oleh sebab itu, jika terdapat siswa yang mengalami hambatan dalam membuat
permisalan menentukan variabel dan menyusun kalimat matematika, peneliti
mengarahkan siswa untuk menggambarkan masalah yang diberikan. Namun, jika
siswa masih
kesulitan dalam
menggambarkan, menurut peneliti dapat dilakukan dengan memberikan ilustrasi
yang serupa
dengan masalah
yang diberikan dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian siswa
diminta untuk
menggambarkannya. Langkah selanjutnya jika siswa mampu
menentukan variabel
dan kalimat
matematika berdasarkan masalah yang diberikan, yaitu menetukan persamaan
kuadratnya. Namun, dalam menentukan persamaan kuadrat
siswa mengalami kesulitan dalam operasi aljabar. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sholeh 1998
jika kesulitan
siswa dalam
memecahkan masalah disebabkan oleh kesulitan dalam operasi aljabar. Siswa
yang mengalami kesulitan operasi aljabar disebabkan oleh ketidaklancaran dalam
menggunakan operasi aritmatika yang
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
511
merupakan kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya
kemampuan dalam
mengoperasikan secara tepat. Operasi yang dimaksud
meliputi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kesulitan tersebut, menurut Robert dalam
Ashlock 1982 ditandai dengan operasi yang salah
wrong operation
. Apabila ditemukan siswa yang
mengalami kesulitan dalam operasi aljabar, menurut peneliti untuk mengatasinya dapat
dilakukan dengan
cara mengajarkan
konsep operasi aljabar dengan melibatkan benda-benda riil di sekitar siswa.
3. Hambatan Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah dan Pemberian
Scaffolding
Hambatan yang dialami siswa dalam melaksanakan rencana pemecahan
masalah adalah menentukan selesaian persamaan kuadrat dari masalah yang
diberikan. Ketika menentukan selesaian persamaan
kuadrat, siswa
cenderung menggunakan
faktorisasi dan
rumus kuadratik. Ketika siswa menggunakan
faktorisasi, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan faktor-faktor dari suatu
bilangan. Oleh
sebab itu
peneliti mengarahkan subjek untuk membuat
pohon faktor, tetapi subjek mengalami kesulitan dalam menetukan faktor-faktor
dari suatu bilangan dengan pohon faktor. Kesulitan tersebut dikarenakan subjek
kesulitan dalam
melakukan operasi
pembagian bilangan bulat. Hal tersebut disampaikan oleh Sholeh 1998, jika
siswa kesulitan yang disebabkan oleh ketidaklancaran
dalam menggunakan
operasi aritmatika merupakan kesulitan yang
disebabkan oleh
kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan secara
tepat. Maka, peneliti membuat
kontra example
dengan tujuan subjek mampu menemukan kesalahan operasi pembagian
yang dilakukan. Disamping cara faktoriasi yang sering
digunakan dalam menentukan selesaian persamaan kuadrat, cara dengan rumus
kuadratik juga sering digunakan. Jika menggunakan rumus kuadratik dalam
menentukan selesaian persamaan kuadrat, dibutuhkan suatu ketelitian. Hal tersebut
dikarenakan rumus kuadratik memuat banyak operasi aljabar. Apabila siswa tidak
teliti, maka selesaian yang diperoleh tidak menjawab masalah yang diberikan.
Seminar Nasional Penelitian, Universitas Kanjuruhan Malang 2014
512
4. Hambatan Melihat Kembali dan Pemberian
Scaffolding
Langkah ini sering tidak dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah.
Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan
lembar tugas 1. Hampir seluruh siswa tidak melakukan langkah ini sehingga siswa
tidak tahu kebenaran dari selesaian yang telah diperoleh. Ketika siswa diarahkan
untuk mengecek kembali selesaian yang telah
diperoleh, siswa
mengalami kesulitan. Menurut peneliti, siswa yang
kesulitan dalam mengecek kembali dapat diberikan
scaffolding
berupa pertanyaan lanjutan yaitu apakah selesaian yang
diperoleh sesuai
dengan kalimat
matematika yang
telah dituliskan
sebelumnya dan sesuai dengan masalah yang diberikan. Kunci dari mengecek
kembali ini adalah siswa membaca kembali dan memahami kembali masalah
yang diberikan, kemudian mencocokkan apakah selesaian yang diperoleh menjawab
masalah yang diberikan.
5.Faktor-Faktor Penyebab Hambatan Berpikir Matematis Siswa
Disamping faktor-faktor penyebab hambatan
berpikir siswa
dalam menyelesaikan masalah persamaan kuadrat
yang telah diuaraikan di atas, terdapat faktor-faktor
lain penyebab
siswa mengalami hambatan berpikir, yaitu
1. Kurikulum Menurut Slameto 2003, hambatan
dapat disebabkan kesulitan belajar salah satunya karena faktor kurikulum. Bagi
siswa yang berkemampuan tinggi, lebih menyukai pendalaman dan perluasan
materi dengan pembelajaran berbasis penemuan
dari pada
dari pada
pembelajaran konvensional. Namun, bagi siswa dengan kemampuan sedang dan
rendah di sekolah tersebut, lebih menyukai pembelajaran konvensional. Pembelajaran
yang telah dilakukan dengan media LKS berbasis
problem solving
menurut subjek dengan kemampuan sedang dan rendah
terasa sulit karena tidak tahu arah dan maksutnya. Namun, bagi siswa yang
berkemampuan tinggi,
LKS tersebut
menjadi sebuah tantangan untuk dapat menyelesaikannya.
2. Keadaan gedung Kesulitan belajar menurut Slameto
2003 juga dapat karena keadaan gedung.