Kawasan Agropolitan Mandiri Kawasan Agropolitan

36 Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammenarbeit GTZ GmbH 2003, menyusun “Guide to Rural Economic and Enterprise Development” Guide to REED edisi-1 yang merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk diversifikasi dan inovasi ekonomi perdesaan rural, meningkatkan orientasi ekonominya dan memberikan nilai tambah pada produk perdesaan. Intensifikasi pertanian, transformasi pertanian dan produk sumberdaya alam akan mendorong pada terbangunnya kesempatan kerja off farm yang tidak berbasis lahan, meningkatkan perekonomian lokal, memperbesar permintaan pertanian lokal dan produk pertanian off farm. Oleh karena itu REED bertujuan untuk menstimulasi dan meningkatkan keterkaitan sektoral antara pertanian produksi, agribisnis dan aktifitas ekonomi non pertanian lainnya termasuk dengan jasa. Inti dari dokumen Guide to REED adalah 10 kriteriafungsi pokok cornerstone yang harus diikuti untuk menjamin keberhasilan dan proses pembangunan perdesaan yang mandiri. Sepuluh kriteria kemandirian tersebut adalah 1 Adanya kemauan politik yang kuat dari para pengambil kebijakan, 2 Terciptanya iklim investasi yang kondusif, 3 Memprioritaskan kebutuhan lokal, 4 Mengaktifkan institusi dan jaringan swasta, 5 Fungsionalisasi dan efektifitas infrastruktur, 6 Akses untuk pasar terbuka, 7 Akses untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan dan sumberdaya, 8 Kapasitas manajemen yang adaptif, 9 Organisasi lokal yang mengutamakan pihak rendah sebagai blok pembangunan, dan 10 Partisipasi aktif seluruh stakeholders terkait. Salah satu dari 10 kriteriafungsi pokok tersebut adalah fungsionalisasi dan efektifitas infrastruktur. Infrastruktur memungkinkan bisnis perdesaan mudah mengakses input dan pasar outputnya. Infrastruktur yang dibangun haruslah mampu meminimumkan biaya pelaksanaan bisnis, dan mampu untuk memfasilitasi proses produksinya. Investasi dalam infrastruktur mendorong pertumbuhan yang berpihak pada penduduk miskin pro-poor melalui peningkatan akses pada infrastruktur tersebut serta resiko dan biaya transaksi yang terkait dengan produksi dan distribusi produknya yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas usahanya. Pelaku utama dalam menjamin berfungsinya infrastruktur efektif dalam rangka menunjang kawasan agropolitan mandiri antara lain : pemerintah pusat dan daerah, swasta dan komunitas 37 perdesaan beserta organisasi dan asosiasi atau lembaga yang ada di wilayah perdesaan tersebut.

2.4.6. Persyaratan Kawasan Agropolitan

Sedangkan persyaratan suatu kawasan agropolitan menurut Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan 2002, antara lain adalah : a. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar selanjutnya disebut sebagai komoditi unggulan, serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditi unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya pertanian on farm tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai dari pengadaan sarana dan prasarana pertanian seperti benihbibit, pupuk, obat- obatan, alsintan, kegiatan pengolahan hasil pertanian seperti membuat produk olahan, produk makanan ringankripik, dodol, dan lain-lain sampai dengan kegiatan pemasaran hasil pertanian seperti bakulan, warung, jual beli hasil pertanian, pasar lelang, terminalsub terminal agribisnis, dan lain-lain dan juga kegiatan penunjangnya seperti pasar hasil pertanian, agrowisata. b. Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis, yaitu: 1 Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian, alat dan mesin pertanian, maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, gudang tempat penyimpanan dan prosesing hasil pertanian sebelum dipasarkan. 2 Lembaga keuangan perbankan dan non perbankan sebagai sumber modal untuk kegiatan agribisnis. 3 Memiliki kelembagaan petani kelompok, koperasi, asosiasi yang dinamis dan terbuka pada inovasi baru, yang harus berfungsi pula sebagai sentra pembelajaran dan pengembangan agribisnis. Kelembagaan petani disamping sebagai pusat pembelajaran pelatihan, juga diharapkan kelembagaan petanipetani maju dengan petani di sekitarnya merupakan Inti-Plasma dalam usaha agribisnis. 38 4 Balai Penyuluhan Pertanian BPP yang berfungsi sebagai klinik konsultasi agribisnis KKA yakni sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha agribisnis, dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis yang lebih efisien dan menguntungkan. Dalam pengembangan kawasan agropolitan ini BPP perlu diarahkan menjadi Balai Penyuluhan Pembangunan Terpadu dimana BPP ini merupakan basis penyuluhan bagi para penyuluh dan petugas yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan dan penyuluh swakarsa seperti kontak tanipetani maju, tokoh masyarakat, dan lain-lain. 5 Percobaanpengkajian teknologi agribisnis, untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan agropolitan. 6 Jaringan jalan yang memadai dan aksessibilitas dengan daerah lainnya serta sarana irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha pertanian agribisnis yang efisien. c. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain. d. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain. e. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan dan desa yang terjamin. Jika suatu kawasan agropolitan dinyatakan sudah berkembang, baik berkembang karena dukungan fasilitasi pemerintah maupun berkembang atas kemandirian pemerintah daerah dan masyarakatnya sendiri, maka ciri-ciri kawasan agropolitan tersebut pada umumnya sebagai berikut : a. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian agribisnis. b. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri pengolahan pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor, perdagangan agribisnis hulu sarana pertanian dan permodalan, agrowisata dan jasa pelayanan.