Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan Berkelanjutan, Pertanian Berkelanjutan, dan Infrastruktur Berkelanjutan

40 dalamnya terkandung dua gagasan penting : gagasan “kebutuhan” yaitu kebutuhan esensial yang memberlanjutkan kehidupan manusia, dan gagasan “keterbatasan” yaitu yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Prinsip dasar setiap elemen pembangunan berkelanjutan diuraikan menjadi empat hal, yaitu : 1 pembangunan berkelanjutan menjamin pemerataan dan keadilan sosial, 2 pembangunan berkelanjutan menghargai keanekaragaman diversity, 3 pembangunan berkelanjutan menggunakan pendekatan integratif, dan 4 pembangunan berkelanjutan meminta perspektif jangka panjang. Bosshard, 2000, mengemukakan bahwa pendekatan secara komprehensif menuju pembangunan berkelanjutan harus mempertimbangkan lima prinsip kriteria, yaitu : 1 abiotik lingkungan, 2 biotik lingkungan, 3 nilai-nilai budaya, 4 sosiologi, dan 5 ekonomi. Dalam hubungannya untuk memproteksi lingkungan, maka konsekwensi intervensi manusia dalam pemanfaatan dan manipulasi sumberdaya lingkungan harus diantisipasi. Jika hal ini tidak dilakukan maka dapat mengakibatkan degradasi lingkungan yang akan merongrong pembangunan ekonomi. Selanjutnya, sebagai konsep pembangunan yang berkelanjutan dan lingkungan yang baik, maka harus dapat memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi tuntutan generasi mendatang dalam mencukupi kebutuhannya sendiri Meyer dan Harger, 1996. Pemahaman lain terhadap konsep berkelanjutan dikemukakan oleh Roderic dan Mappem 1997, bahwa berkelanjutan memerlukan pengelolaan tentang : 1 skala keberlanjutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, 2 pembagian distribusi sumberdaya dan kesempatan antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang secara berimbangadil, dan 3 efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya. Kriteria pembangunan berkelanjutan Comhar 2007, adalah adanya kesetaraan equity, masa mendatang futurity, valuasi lingkungan environmental valuation . Sedangkan pokok-pokok pembangunan berkelanjutan terdiri dari 7 pokok yang dijabarkan ke dalam 12 prinsip, yaitu: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia melalui penggunaan sumber daya efisien; a. Minimalisasi penggunaan sumber daya tak-terbarukan. 41 b. Minimalisasi penggunaan bahan pencemarberbahaya dan minimalisasi limbah, serta penanganannya secara ramah lingkungan. 2. Kesetaraan antar generasi; a. Penggunaan sumberdaya yang sesuai dengan kapasitas untuk regenerasi. b. Perbaikan dan perawatan kualitas sumberdaya tanah dan air. 3. Penghormatan terhadap integritas lingkungan dan keanekaragaman hayati; a. Perbaikan dan perawatan kehidupan liar, habitat dan spesies. 4. Kesetaraan antar negara dan wilayah; a. Perlindungan terhadap udara dan atmosfir, serta minimalisasi dampak aktifitas manusia terhadap iklim. b. Pembangunan potensi sumber daya di satu wilayah tidak mengganggu kemampuan potensi sumber daya wilayah lain. 5. Kesetaraan sosial; a. Upaya memajukan kekhasan sosial guna meningkatkan kualitas kehidupan secara keseluruhan. b. Pembangunan berkelanjutan bergantung pada kerjasama dan persetujuan antar daerah. 6. Penghormatan terhadap keragamanwarisan budaya; a. Perbaikan dan perawatan kualitas lanskap, warisan lingkungan buatan manusia dan bersejarah, serta budaya. 7. Pengambilan keputusan yang baik; a. Penyampaian pengambilan keputusan hingga ke tingkat yang tepat. b. Peran serta semua pihak pada semua tingkat pengambilan keputusan.

2.5.2 Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Konsep pertanian berkelanjutan muncul pada awal 1980-an. Konsep pertama ini bertujuan membangun pertanian berdasarkan interaksi ekologis. Konsep kedua mulai tahun 1987, mulai banyak menggunakan istilah sustainable dengan arti pertanian yang stabil dalam arti ekosistem, serta melibatkan aspek pertanian dan interaksinya dengan masyarakat. Dengan kedua konsep tersebut, maka berkembanglah seruan untuk mengembangkan pertanian yang ekologis dan berkelanjutan untuk masa depan Reinjtjes, 2003. 42 Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan sumberdaya dan usaha pertanian melalui penerapan teknologi pertanian dan kelembagaan secara berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan. Menurut Drommond et al., dalam Kusmuljono 2007, definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen ekologi, sosial, dan ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian on-farm dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian. Konsep LEISA low-external-input and sustainable agriculture dikenal dalam pertanian berkelanjutan yaitu pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia yang tersedia di tempat seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman, dan hewan lokal serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan dan yang secara ekonomis layak, mantap secara ekologis, disesuaikan menurut budaya dan adil secara sosial. Pemanfaatan input luar tidak dikesampingkan namun hanya sebagai pelengkap pemanfaatan sumberdaya lokal Reinjtjes, 2003. Pertanian berkelanjutan dapat diterapkan melalui berbagai metoda, termasuk metoda pertanian organik, dengan syarat pemberian material organik dan input kimia minimum.

2.5.3 Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan

Infrastruktur menurut Grigg, 1988 dalam Suripin 2003, diartikan sebagai fasilitas fisik suatu kota atau negara yang disebut pekerjaan umum, yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. American Public Works Association APWA telah mendefinisikan bahwa pekerjaan umum public work adalah : Public works are the physical structures and fasilities that are developed or acquired by the public agencies to house