Pendekatan Sistem TINJAUAN PUSTAKA

47 permasalahan-permasalahan yang kompleks di kawasan agropolitan. Kompleksitas permasalahan yang ada di kawasan agropolitan yang saling terkait dan saling mempengaruhi, jika upaya pemecahan masalahnya dilakukan dengan cara parsial, maka upaya untuk menunjang pengembangan kawasan agropolitan menjadi kawasan agropolitan mandiri akan sulit untuk diwujudkan di lapangan. Pendekatan sistem yang merupakan upaya penyelesaian yang bersifat menyeluruh holistik, memfokuskan pada integrasi dan keterkaitan antar komponen. Menurut Jackson 2000 metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem bisa berupa Hard Systems Thinking HST, maupun Soft Systems Methodology SSM. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Eriyatno dan Sofyar 2007 metodologi sistem dapat dibagi dua yaitu Hard Systems Methodology HSM, maupun Soft Systems Methodology SSM. Kedua metode ini akan digabungkan dalam penelitian ini menjadi suatu kesatuan sistem pengembangan KAMM menuju kawasan agropolitan mandiri. HSM akan terdiri dari berbagai metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang berkaitan dengan fisik, lahan, hidrologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Sementara SSM akan difokuskan pada metode pengumpulan dan analisis pendapat pakar expert survey dan stakeholders yang berkaitan dengan pemilihan alternatif dalam pembangunan infrastruktur KAMM. SSM lebih mengarah pada model yang bisa menghasilkan perancangan dan skenario.

2.8 Model

Model merupakan penyederhanaan sistem. Karena sistem sangat kompleks, tidak mungkin membuat model yang dapat menggambarkan seluruh proses yang terjadi dalam sistem. Model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja pada keadaan sebenarnya. Model kuantitatif menggunakan persamaan matematika untuk menggambarkan keterkaitan antar komponen sistem dapat bersifat statik maupun dinamik. Hanya model yang bersifat kuantitatif yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Model dinamik menggambarkan proses perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Simulasi yang menggunakan model dinamik dapat memberikan penjelasan tentang proses yang terjadi dalam sistem 48 pengembangan kawasan agropolitan dan memprediksi hasil dari berbagai skenario untuk menuju kawasan agropolitan mandiri. Berdasarkan hasil simulasi model diperoleh alternatif-alternatif untuk menunjang pengambilan keputusan. Suatu model dinamik adalah kumpulan dari variabel-variabel yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya dalam suatu kurun waktu. Setiap variabel berkorespondensi dengan suatu besaran yang nyata. Semua variabel tersebut memiliki nilai numerik. Pada waktu mensimulasikan model, variabel-variabel akan saling dihubungkan membentuk suatu sistem yang dapat menirukan kondisi sebenarnya. Hubungan antara variabel dinamakan diagram alir flow diagram. Variabel-variabel tersebut digambarkan dengan simbol aliran flow symbol dihubungkan dengan simbol level panah tebal -- bisa barang, uang, orang, bisa penambahan dan pengurangan, dan lain-lain. Panah halus yang menghubungkan antara level dengan aliran adalah proses informasi umpan balik. Diagram alir menggambarkan struktur dari model, sedangkan hasil simulasi berupa gambar atau grafik menggambarkan perilaku dari sistem.

2.9 Tinjauan Studi-studi Terkait Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu Pranoto, 2005 menitikberatkan pada pengembangan kebijakan perdesaan berkelanjutan melalui model pengembangan perdesaan, berdasarkan pada analisis kewilayahan, kelembagaan, dan sistem dinamis. Hasil analisis kelembagaan menunjukkan bahwa faktor kunci yang mendukung keberhasilan pembangunan agropolitan adalah SDM yang berkualitas, kemitraan usaha, pemasaran, dan kinerja lembaga penyedia input. Kendala utama yang terjadi di wilayah perdesaan menurut penelitian tersebut meliputi kepemilikan lahan yang sempit dan alih fungsi lahan, lembaga penyuluhan yang belum efektif, kualitas SDM yang rendah, perubahan perilaku usaha sulit, dan dukungan lembaga permodalan masih rendah. Peranan penyediaan infrastruktur dalam menunjang pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan belum dikaji secara mendalam pada penelitian tersebut. Kajian yang belum terinci terutama dalam rancangan model pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang pengembangan sistem dan usahatani agribisnis di kawasan agropolitan untuk menunjang peningkatan produksi hasil