Kebijakan Spesifik Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan

233 233 perencanaan dan rancangan infrastruktur, 3 tahapan pelaksanaan pembangunan infrastruktur, dan 4 tahapan operasi dan pemeliharaan infrastruktur. 1 Tahapan studi kelayakan pembangunan infrastruktur: merupakan aktivitas awal yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Magelang selaku stakeholder utama pengembangan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu, melalui kegiatan pra studi kelayakan infrastruktur yang akan dibangun. Di dalam kegiatan ini ide diterjemahkan dalam bentuk analisis dengan tujuan agar “apakah ide pembangunan infrastruktur itu bisa ditindaklanjuti dengan analisis berikutnya”. Di dalam kegiatan pra studi kelayakan ini, analisis yang dilakukan meliputi aspek teknis, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Aktivitas berikutnya berupa studi kelayakan, berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan pada pra studi kelayakan selanjutnya dilakukan studi kelayakan. Pada aktivitas studi kelayakan ini, data primer dan sekunder infrastruktur dikumpulkan secara lengkap sehingga analisis teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat dilakukan lebih detail. Dari studi kelayakan ini muncul berbagai alternatif dan rekomendasi pembangunan infrastruktur yang sudah dikaji secara mendalam. Kajian pada tahapan studi kelayakan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan Master Plan dan rencana pembangunan jangka menengah RPJM KAMM, yang akan menjadi acuan dalam pengembangan KAMM dalam jangka panjang dan menengah. 2 Tahapan penyusunan perencanaan dan rancangan infrastruktur: Hasil rekomendasi dari studi kelayakan pembangunan infrastruktur, apabila dinyatakan “layak” maka kegiatan selanjutnya ditindaklanjuti dengan kegiatan penyusunan perencanaan teknis dan rancangan pembangunan infrastruktur KAMM. Penyusunan perencanaan teknis dan rancangan pembangunan infrastruktur harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik serta jenis komoditas pertanian yang akan ditunjang dengan memperhatikan dan menerapkan kriteria-kriteria teknis berupa norma, standard, prosedur, dan kriteria NSPK pembangunan infrastruktur. Kriteria teknis perencanaan dan rancangan pembangunan infrastruktur untuk menunjang komoditas hortikultura antara lain adalah: 234 ► Infrastruktur air: meliputi jaringan irigasi dan jaringan air bersih. Jaringan irigasi dan jaringan air bersih adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Kriteria teknis yang harus dipenuhi antara lain: pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan prinsip- prinsip mewujudkan kemanfaatan air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Irigasi berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal tanpa mengabaikan kepentingan air lainnya seperti untuk konsumsi rumah tangga dan lain-lain. Pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan sistem satu kesatuan pengelolaan, dengan memperhatikan kepentingan pengguna air di bagian hulu, tengah, dan hilir secara seimbang. Pemakaian air yang berfungsi multiguna, antara lain untuk kepentingan usahatani, pengolahan hasil serta untuk konsumsi rumah tangga, harus dirancang agar air dari sumberhulu yang belum tercemar langsung dialirkan langsung ke kawasan permukiman dengan sebuah sistem jaringan air bersih, yang dimulai dari pembangunan eksplorasi sumber daya air, pengolahan treatment, penampungan storage, transmisi, dan jaringan distribusi sampai ke rumah tangga. Sedangkan jaringan irigasi untuk kebutuhan pertanian hortikultura dimulai dari penyediaan jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier. ► Infrastruktur jalan: jaringan jalan yang ada dalam KAMM meliputi jalan usahatani farm-road, jalan poros desa, dan jalan antar desa-kota. Jalan usahatani type setapak dapat dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda motor untuk mengangkut saprodi atau hasil panen. Jalan usahatani kolektor dapat dilalui oleh kendaraan roda empat muatan terberat 4 ton. Jalan poros desa dapat dilalui kendaraan roda empat dan enam dengan muatan terberat 6 ton, dan jalan antar desa-kota dapat dilalui kendaraan roda enam dengan muatan terberat 8 ton. Permukaan jalan harus dibuat cukup 235 235 rata dan halus agar komoditas hortikultura tidak rusak kena goncangan selama dalam pengangkutan. ► Infrastruktur transportasi: sistem transportasi pengangkutan hasil panen di KAMM dimulai dari pengangkutan awal dari petak-petak lahan dengan pikulan manusia sampai ke tempat pengumpulan hasil sementara TPHS, dilanjutkan dengan pengangkutan menggunakan kendaraan pickup roda empat sampai ke packing house. Produk hortikultura dari packing house ada yang dibawa ke supermarket, ke sub-terminal agribisnis, dan ke pasar tradisional. Pemasaran produk hortikultura ke kota-kota pemasaran akhir outlet dilakukan dengan menggunakan kendaraan truk roda enam. Seluruh proses pengangkutan komoditas hortikultura harus menggunakan mobil tertutup atau minimal menutupnya dengan tenda sehingga produk hortikultura tidak oleh kemungkinan terkena hujan dan panas matahari. ► Infrastruktur pengolahan dan pemasaran: pengolahan dan pemasaran produk hortikultura harus dilakukan dalam bangunan yang terlindung dari panas matahari dan hujan, dengan suhu udara yang tidak panas bahkan untuk jenis-jenis komoditas sayuran tertentu memerlukan ruang pendingin cold storage sehingga bias bertahan lama dalam keadaan tetap segar. 3 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur : Pada tahapan ini hasil penyusunan perencanaan dan rancangan infrastruktur diimplementasikan, dengan memperhatikan aspek-aspek ketepatan kualitas, ketepatan waktu pembangunan, ketepatan pembiayaan, dan ketepatan sasaran. Tahapan pembangunan infrastruktur harus disesuaikan dengan kebutuhan komoditas yang akan ditunjang di KAMM. Komoditas hortikultura dengan rata-rata usia tanam sampai panen selama 6 bulan, membutuhkan infrastruktur secara keseluruhan dalam waktu yang relatif sama. Infrastruktur penunjang usahatani berupa: jalan usahatani, dan air baku, serta infrastruktur penunjang berupa packing house, sarana home industry, jaringan listrik, serta infrastruktur penunjang pemasaran berupa sub-terminal agribisnis STA, pasar tradisional, jaringan telepon dapat dibangun sekaligus atau berurutan. 236 Sedangkan apabila komoditas pertanian baru bias dipanen dalam waktu yang cukup lama maka pembangunan infrastruktur penunjang pemasaran bias dilaksanakan pada tahapan terakhir. 4 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan: Sesudah pelaksanaan pembangunan infrastruktur selesai maka infrastruktur dapat langsung dioperasikan dipakai dan harus dipelihara agar sesuai dengan umur infrastruktur yang telah direncanakan sebelumnya. Operasi dan pemeliharaan infrastruktur ini dilaksanakan oleh sebuah BadanUnit Pengelola yang dibentuk dari dan oleh petani, seperti Badan Pengelola STA Sewukan yang telah dibentuk ketika pembangunan telah selesai. 237 237 VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, model kebijakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan di KAMM disimpulkan sebagai berikut: 1. Kinerja pengembangan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu pasca fasilitasi pemerintah yang telah menimbulkan dampak positif terhadap perkembangan KAMM dapat dijadikan lesson learning dalam menyusun kebijakan pembangunan infrastruktur di KAMM dimasa yang akan datang, terutama dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan secara mandiri. Dampak dari kegiatan-kegiatan yang telah dikembangkan telah meningkatkan kinerja KAMM secara signifikan, antara lain: 1 Pola pengembangan sumberdaya manusia dalam pengelolaan usahatani yang berkualitas, berdaya saing, bernilai ekonomis yang tinggi, telah dapat meningkatkan taraf hidup petani di KAMM yang diukur dengan indikator peningkatan penghasilan yaitu adanya saving pendapatan yang dapat dijadikan modal usahatani. 2 Meningkatnya taraf pendidikan keluarga petani yang diukur dengan indikator dari semula mayoritas tidak tamatbelum SD dan tamat SD sebanyak 69,66 , setelah pengembangan KAMM terjadi peningkatan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan sehingga mayoritas anak-anak petani sudah melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang SLTP dan SLTA. Peningkatan pendidikan ini akan mendorong generasi petani tidak lagi hanya menguasai aspek produksi, akan tetapi mereka bisa menguasai sampai kepada aspek manajemen pengelolaan usahatani mulai dari hulu sampai hilir. 3 Pola pengembangan kawasan yang menyeluruh mulai dari kawasan sentra produksi KSP sampai ke sentra pengolahan hasil pada kota-kota tani agropolis, yang semula penduduk terkonsentrasi di wilayah- wilayah kota tani, setelah adanya jangkauan pembangunan infrastruktur 238 sampai ke wilayah sentra produksi mendorong penyebaran penduduk ke wilayah tersebut secara merata. Akibat penyebaran penduduk ke sentra- sentra produksi membuat kepadatan penduduk KAMM rata-rata 961 jiwakm 2 masih berada di bawah standar batas kepadatan penduduk wilayah perdesaan menurut Biro Pusat Statistik yaitu 5.000 jiwakm 2 . 4 Pola penciptaan lapangan pekerjaan produktif baik dalam sub-sistem usahatani, pengolahan, maupun pemasaran dapat menurunkan angka kemiskinan di KAMM. 5 Pengembangan teknologi tepat guna bidang pertanian di KAMM terutama untuk industri manufaktur berbasis komoditas pertanian dalam skala rumah tangga home industry, mendorong pengelolaan KAMM yang semula murni konvensional menjadi semi modern. 6 Pola pengembangan permukiman yang masih mempertahankan pola permukiman tradisional yang asri dan berciri khas wilayah perdesaan, dengan tingkat kepadatan bangunan yang masih rendah. 7 Terbentuknya distrik dukun dan distrik ngablak sebagai kota tani baru new agropolis, sebagai akibat dari dampak pertumbuhan ekonomi lokal yang sangat tinggi di kawasan tersebut. Kedua new agropolis ini dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan agropolitan dan simpul distribusi dan jasa, pusat perdagangan wilayah, pusat kegiatan dan pelayanan agroindustri, pusat pengembangan perumahan dan permukiman, serta pusat pelayanan fasilitas umum dan fasilitas sosial. 8 Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang perlunya menegakkan ketentuan-ketentuan tentang tata ruang, terutama ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang zonasi-zonasi dan peruntukan lahan di kawasan agropolitan. Land allocations presentages LAP antara wilayah agro dengan politan yaitu 85,05 agro berbanding 14,95 politan, membuat KAMM dapat melindungi diri dari ancaman-ancaman alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan terbangun. 9 Kegiatan-kegiatan pelatihan di KAMM yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama hutang lindung yang mulai digerogoti oleh