Penggunaan Lahan di Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu
117 117
Tabel 20 Penggunaan lahan dan perubahannya di KAMM No Penggunaan Lahan
Tahun 2004 Awal Tahun 2005
Tahun 2006 Tahun 2007 Akhir
Ha Ha
Perubahan Ha
Perubahan Ha Perubahan
1. Lahan Sawah
10.278 25,75 10.269
25,73 Berkurang 9 Ha
10.281 25,76 Bertambah 12 Ha
10.330 25,88
Bertambah 49 Ha
- Lahan dengan irigasi teknis
562 1,41 562 1,41 Tetap 562
1,41 Tetap 562 1,41
Tetap - Lahan dengan
irigasi semi teknis 1.582 3,96
1.565 3,92 Berkurang
17 Ha 1.577 3,95 Bertambah
12 Ha 1.589
3,98 Bertambah
15 Ha - Lahan dengan
irigasi sederhana 4.592 11,51 4.589 11,50
Berkurang 3
Ha 4.604 11,53 Bertambah
15 Ha 4.624
11,58 Bertambah
20 Ha - Sawah tadah hujan
3.542 8,87
3.553 8,90 Bertambah
11 Ha 3.538 8,86 Berkurang
15 Ha 3.555
8,90 Berkurang
17 Ha 2. Lahan
Kering 29.634 74,25 29.643 74,27 Bertambah
9 Ha 29.631 74,24 Berkurang
12 Ha 29.582
74,12 Berkurang
49 Ha 0,12 - Lahan untuk
bangunan dan pekarangan
1.480,2 3,70 1.488,2 3,72
Bertambah 8 Ha
1.497,2 3,75 Bertambah 9 Ha
1.508, 2
3,77 Bertambah
11 Ha
118 Tabel 20 Penggunaan lahan dan perubahannya di KAMM lanjutan
No Penggunaan Lahan Tahun 2004 Awal
Tahun 2005 Tahun 2006
Tahun 2007 Akhir Ha
Ha Perubahan
Ha Perubahan Ha
Perubahan - Lahan untuk
tegalankebun 18.152,
6 45,48 18.155,
6 45,48 Bertambah
3 Ha 18.139,
6 45,44 Berkurang
16 Ha 18.084
,6 45,31
Berkurang 55 Ha
- Lahan untuk tanaman
kayuhutan rakyat 2.712,5 6,79
2.712,5 6,79 Tetap
2.711,5 6,79 Berkurang
1 Ha
2.709, 5
6,78 Berkurang
2 Ha - Lahan berupa
hutan negara 3.620 9,07
3.620 9,07 Tetap 3.620 9,07 Tetap 3.620
9,07 Tetap
- Lahan perkebunan negara
90 0,23 90 0,23 Tetap
90 0,23 Tetap 90
0,23 Tetap
- Lahan untuk kegiatan lain-lain
3.549,5 8,89 3.549,5 8,89 Tetap
3.551, 5
8,89 Bertambah 2 Ha
3.554 ,5
8,89 Bertambah 3 Ha
- Lahan untuk kolam
29 0,07 29 0,07 Tetap
29 0,07 Tetap 29
0,07 Tetap
Total 39.912 100
39.912 100 Tetap 39.912 100 Tetap 39.912
100 Tetap
119 119
Lahan Untuk Bangunan dan Pekarangan Lahan Untuk KebunTegalan, Hutan, Perkebunan
Lahan Beririgasi Sawah Tadah Hujan
Kolam Gambar 38 Persentase perubahan penggunaan lahan di KAMM.
3,70
70,48
0,07 16,88
8,87 70,48
70,43 70,29
3,72 3,75
3,77
16,83 16,89
16,97 8,90
8,86 8,90
0,07 0,07
0,07
Tahun 2004 Eksisting Tahun 2005
Tahun 2006 Tahun 2007
120 Hasil analisis penggunaan lahan di KAMM sebelum dikembangkan tahun
2004 sampai dengan pengembangan melalui fasilitasi pemerintah tahun 2007 mengalami perubahan penggunaan lahan sebagai berikut:
- Tahun 2005 luas lahan sawah berkurang 9 Ha 0,02 , beralih fungsi menjadi lahan kering; Tahun 2006 sebaliknya luas lahan sawah bertambah 12 Ha 0,03
yang berarti luas lahan kering berkurang 12 Ha; dan tahun 2007 luas lahan sawah bertambah lagi 49 Ha 0,12 yang berarti luas lahan kering menjadi
berkurang 49 Ha. Perubahan penggunaan lahan dari lahan sawah ke lahan kering di KAMM disajikan pada Gambar 39.
0.70 0.60
0.50 0.40
0.30 0.20
Lahan Kering
0.10 0.00
Lahan Sawah
2004 2005
2006 2007
- 0,02 + 0,03
+ 0,12
Gambar 39 Perubahan penggunaan lahan dari lahan sawah ke lahan kering di KAMM.
- Berkurangnya luas lahan sawah pada tahun 2005 tahun pertama fasilitasi KAMM disebabkan masih minimnya dukungan pembangunan infrastruktur air
irigasi semi teknis dan irigasi sederhana, mengakibatkan lahan sawah beralih fungsi menjadi lahan kering. Lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan
kering ini ada yang dipergunakan masyarakat menjadi lahan untuk bangunan serta lahan untuk kebuntegalan.
- Bertambahnya luas lahan sawah pada tahun 2006 sampai tahun 2007 tahun kedua dan ketiga fasilitasi KAMM disebabkan semakin bertambahnya
kemauan masyarakat untuk memperbaiki sistem irigasi desa semi teknis dan irigasi sederhana, sehingga lahan yang semula dari lahan tadah hujan
meningkat statusnya menjadi lahan beririgasi. Berdasarkan penggunaan lahan seperti diuraikan di atas, jika dianalisis
menurut teori Von Thunen maka land alocation precentages LAP di KAMM,
121
121 meliputi cluster pertama yaitu cluster yang dimanfaatkan untuk kegiatan
komersial adalah 298,4 Ha 0,75 , cluster kedua yaitu cluster yang dimanfaatkan untuk kegiatan industri adalah 179,04 Ha 0,45 , cluster ketiga
yaitu cluster yang dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman adalah 5.490,56 Ha 13,75 , dan cluster keempat yaitu cluster yang dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian adalah 33.944 Ha 85,05 . Apabila keempat cluster ini dikelompokkan lagi menjadi dua cluster, yaitu cluster agropertanian 33.944 Ha
85,05 termasuk di dalamnya 30 kawasan lindung, dan cluster politanpermukiman 5.968 Ha 14,95 . Dengan persentase agro berbanding
politan 85,05 : 14,95 masih termasuk kategori yang tidak melanggar ketentuan standard pelayanan minimum SPM yaitu persentase agro berbanding
politan 70 : 30 . Kondisi tersebut menggambarkan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu dapat dikategorikan sebagai wilayah perdesaan dengan potensi
sumberdaya alam bidang pertanian yang berkelanjutan. Untuk menjaga alih fungsi lahan, agar tidak terjadi peralihan fungsi lahan yang tidak diinginkan antara lain
dari lahan pertanian produktif ke lahan industri dan permukiman, maka diperlukan sebuah peraturan daerah Perda kabupaten yang mengatur tentang penggunaan
lahan di KAMM. Pola penggunaan lahan di KAMM disajikan pada Gambar 40.
Ket: 1. Comercial 298,4 Ha 0,75 2. Industri 179,04 Ha 0,45
3. Residential
5.490,56 Ha 13,75 4. Pertanian 33.944 Ha 85,05
Gambar 40 Pola penggunaan lahan di KAMM.
1 2
3 4
122
4.2.2 Analisis Usahatani, Pengolahan, dan Pemasaran 4.2.2.1
Analisis Komoditi Pertanian
Komoditi pertanian primer yang dikembangkan di KAMM, terdiri dari: a Komoditi hortikultura, dengan jenis komoditas antara lain: bawang daun, bawang
merah, bawang putih, kentang, kubis, sawi, wortel, kacang panjang, ketimun, labu siam, bayam, terong, buncis, cabai, tomat, dan lain-lain. b Komoditi tanaman
panganpalawija, dengan jenis komoditas : padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, dan lain-lain. c Komoditi perkebunan, dengan jenis komoditas : alpukat,
jeruk, dukuhlangsat, sawo, mangga, durian, jambu biji, nanas, pisang, rambutan, pepaya, salak, melon, dan lain-lain. d Komoditi Peternakan, dengan jenis
komoditas : sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, dan e Komoditi perikanan air tawar, dengan jenis komoditas : ikan gurame, tawes, dan nila merah.
Dari lima komoditi pertanian primer yang ada di KAMM, setelah dianalisis dengan menggunakan matriks indeks kumulatif potensial agriculture IKPA,
maka urutan keunggulan komoditas pertanian primer secara berturut-turut adalah : 1 hortikultura, 2 perkebunan, 3 peternakan, 4 tanaman pangan, dan 5
perikanan. Hasil analisis matriks indeks kumulatif potensial agriculture IKPA disajikan pada Lampiran 6.
Untuk menentukan jenis komoditas unggulan di bidang hortikultura, dilakukan analisis dengan menggunakan metode Bayes terhadap keseluruhan jenis
produk hortikultura di KAMM yang terdiri dari 30 jenis produk. Selanjutnya komoditas hortikultura yang mempunyai rangking tertinggi yaitu cabai merah
dijadikan studi kasus analisis usahatani, pengolahan, dan pemasaran, untuk mengetahui total pendapatan yang dapat diperoleh para petani.
Penentuan rangking komoditas unggulan dengan menggunakan metode Bayes, untuk menghasilkan keputusan yang optimal dalam menentukan
komoditas unggulan hortikultura, dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai kriteria antara lain : 1 kemudahan perolehan bibit, 2 kemudahan perawatan, 3
efisiensi dan kesesuaian lahan, 4 kesesuaian agroklimat, 5 jumlah produksi , dan 6 harga jual. Penilaian alternatif pada masing-masing kriteria dari pakar
dengan menggunakan skala hedonik dari penilaian 1 sampai dengan 5 1 = sangat kurang bagus; 2 = kurang; 3 = biasa; 4 = bagus; dan 5 = sangat bagus.
123
123 Penilaian dengan menggunakan metode Bayes, dengan pendapat dan
penilaian para pakar yang terdiri dari pakar pertanian dari pejabat di Kabupaten Magelang, pakar usahatani dari Gapoktan di tujuh kecamatan KAMM, pakar
pemasaran dari Asosiasi Pedagang Hortikultura di KAMM, melalui FGD bertempat di Kantor Badan Pengelola KAMM. Matriks keputusan hasil rangking
komoditas pertanian hortikultura di KAMM disajikan 5 komoditas tertinggi seperti pada Tabel 21.
Tabel 21
Matriks keputusan untuk pilihan jenis komoditas unggulan hortikultura di KAMM
Jenis Komoditi Kriteria
Nilai Komoditi
Peringkat Bibit Rawat Lahan Climat Produksi Harga
1. Kubis
krop 4
4 5
5 4 3 4,1 2
2. Kubis
bunga 3
4 5
5 4 3 3,95 3
3. Wortel
3 4
5 5 3 3 3,75 4
4. Cabai Merah 4
3 5
5 4
5 4,35
1
5. Tomat
3 3
5 4 3 4 3,65 5
Bobot Kriteria 0,15
0,15 0,15
0,15 0,2
0,2 Berdasarkan analisis Bayes, 5 rangking tertinggi komoditas pertanian
hortikultura di KAMM secara berturut- turut adalah: 1 cabai merah, 2 kubis krop, 3 kubis bunga, 4 wortel, dan 5 tomat, dengan produksi dan
produktivitas sebagai berikut:
7 Cabai merah: Komoditas tanaman hortikultura jenis cabai merah
merupakan komoditas yang potensial di seluruh kecamatan KAMM. Hasil survei lapang pada penelitian ini dan dari data sekunder menunjukkan bahwa cabai
merah dibudidayakan di seluruh kecamatan. Produktivitas komoditas cabai yang paling besar di Kecamatan Tegalrejo pada tahun 2007 yaitu sebesar 9,1 tonha, di
urutan kedua adalah di Kecamatan Pakis pada tahun 2005 dengan produktivitas sebesar 8,8 tonha. Produktivitas komoditas cabai merah terendah adalah sebesar
3,0 tonha yang terjadi pada tahun 2005 di wilayah Kecamatan Candimulyo. Produktivitas tanaman cabai merah di KAMM dari tahun 2005 sampai 2006 untuk
masing-masing kecamatan Tabel 22. Jika dilihat dari luas panen, produksi dan