32 berbasis tanaman pangan, dengan jenis produk: beras, jagung, kedelai. 2
kawasan agropolitan berbasis hortikultura, dengan jenis produk: sayur-sayuran, bunga-bungaan. 3 kawasan agropolitan berbasis perkebunan, dengan jenis
produk : buah-buahan, karet, kopi. 4 kawasan agropolitan berbasis kehutanan, dengan jenis produk: kayu, bambu, rotan. 5 kawasan agropolitan berbasis
peternakan, dengan jenis produk: ternak sapi, kambing, ayam. 6 kawasan agropolitan berbasis perikanan, dengan jenis produk: ikan, udang, rumput laut,
dan lain-lain. Sedangkan jika ditinjau berdasarkan skala nilai strategisnya, maka
kawasan agropolitan dapat dikelompokkan menjadi: 1 Kawasan agropolitan tipe A agropolitan kabupaten, berada di dalam 1 kabupaten yang memiliki arti
strategis keberimbangan pembangunan desa-kota dan pembangunan perdesaan skala kabupatenregional. 2 Kawasan agropolitan tipe B agropolitan provinsi,
memiliki kriteria tipe A namun juga memiliki arti strategis keberimbangan pembangunan inter-regional di tingkat provinsi, dan mempunyai lingkup lintas
kabupaten dalam satu provinsi. 3 Kawasan agropolitan tipe C agropolitan nasional, memiliki kriteria tipe B namun juga memiliki arti strategis
keberimbangan pembangunan inter-regional secara nasional, seperti pada kawasan perbatasan, kawasan tertinggal skala nasional, Kawasan Timur Indonesia, dan
mempunyai lingkup lintas provinsi.
2.4.3 Kategori Kawasan Agropolitan
Kawasan agropolitan berdasarkan dari segi terbentuknya, dapat dikategorikan menjadi 2 dua bentuk kawasan
3
. Pertama, kawasan agropolitan by design
: yaitu kawasan agropolitan yang pembangunannya direncanakan dari baru, pada umumnya mendapat insentif dari pemerintah seperti pada
pembangunan kawasan-kawasan transmigrasi, dan pembangunan resetlement berbasis komoditi pertanian. Bentuk kawasan agropolitan by design disajikan pada
Gambar 12.
3
Bentuk kawasan agropolitan by nature dan by design dikemukakan oleh Bayu Krisnamurti pada saat rapat koordinasi interdep pengembangan kawasan agropolitan di kantor Menko Perekonomian, tahun 2006.
33
Gambar 12 Model kawasan agropolitan ”by design” yang banyak digunakan di kawasan transmigrasi.
Kedua, kawasan agropolitan by nature: yaitu kawasan agropolitan yang telah tumbuh dan berkembang secara alamiah tradisional dengan kemampuan dan
sumberdaya yang dimiliki oleh kawasan tersebut.
2.4.4 Tingkat Perkembangan Kawasan Agropolitan
Menurut Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan Deptan 2002, dari segi tingkat perkembangan kawasan agropolitan, dapat digolongkan
menjadi 3 tiga tingkatanstrata, yaitu : a. Pra kawasan agropolitan I, yaitu kawasan-kawasan perdesaan potensial dengan
tingkat perkembangan rendah; b. Pra kawasan agropolitan II, yaitu kawasan-kawasan perdesaan potensial
dengan tingkat perkembangan sedang; c. Kawasan agropolitan, yaitu kawasan-kawasan perdesaan potensial dengan
tingkat perkembangan yang tinggisudah maju. Tingkatanstrata perkembangan kawasan agropolitan ini diukur dengan
indikator-indikator keberadaan dan kecukupan potensi kawasan agropolitan Tabel 1, antara lain: komoditas unggulan, kelembagaan pasar, kelembagaan
Permukiman Penduduk setempat
KETERANGAN
Pusat Wilayah Pengembangan
Pusat Kawasan Pengembangan
Pusat Satuan Permukimsn
Permukimsn Lahan Pertanian
1 Satuan Permukiman SP dihuni oleh 300
- 500 KK
1 Kawasan Pengembangan
SKP terdiri dari 4 -6 SP
1 Wilayah Pengembangan WPP terdiri
dari 4 -10 SKP.
Lahan Konservasi Jalan Desa
Batas Wilayah Pengembangan
Jalan Penghubung Jalan Regional
Batas Kawasan Pengembangan