Kebijakan Umum Pengembangan KAMM
229
229 harus merusak lingkungan resource endowment; 2 pemanfaatan teknologi yang
senantiasa berubah technological endowment; 3 pemanfaatan institusi atau kelembagaan yang saling menguntungkan pembangunan pertanian institutional
endowment ; dan 4 pemanfaatan budaya untuk keberhasilan pembangunan
pertanian cultural endowment. Transfer teknologi tepat guna kepada masyarakat selaku pelaku utama pengembangan agribisnis, terutama untuk mendorong agar
berkembangnya industrialisasi di perdesaan sangat dibutuhkan sehingga masyarakat bisa melakukan proses home industry di tempat tinggal masing-
masing tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan seperti biaya transportasi dan lain-lain.
Pengembangan
KAMM
Kinerja Sektor-sektor Pasca Fasilitasi
Pembangunan
INFRASTRUKTUR
Ekonomi
Lingkungan Sosial
Pembangunan Infrastruktur KAMM
Infrastruktur Jalan: Usahatani, Jalan Poros,
Jalan Antar Desa-Kota Infrastruktur Air:
Bangunan Penangkap Air, Jaringan
Irigasi dan Air Bersih Infrastruktur Bangunan:
Packing House, STA, Pasar Tradisiopnal, Home Industry
Rekomendasi Kebijakan Umum
Pengembangan KAMM
Rekomendasi Kebijakan
Spesiifik Pembangunan
Infrastruktur KAMM
Perlu penelitian
lanjutan
Input Model Pengembangan KAMM menuju Kawasan Argopolitan Mandiri
Secara ekonomi menguntungkan
Secara sosial bermanfaat
Ramah lingkungan
Infrastruktur Berkelanjutan
Kebijakan Umum Pengembangan KAMM Kebijakan Spesifik Pembangunan IB-KAMM
SDM
SML Infrastruktur Energi:
Jaringan Listrik, Microhydro, Gas.
TR PER
KIM AGRI
BISNIS TEKNO
LOGI MO
DAL LEM
BAGA
Infrastruktur Telekomunikasi: Jaringan Telpon, Internet
Infrastruktur Limbah: IPAL,
Persampahan
Infrastruktur Permukiman: Fasilitas Umum dan Fasilitas
Sosial
Gambar 90 Diagram alir model konseptual kebijakan umum pengembangan KAMM dan kebijakan spesifik pembangunan infrastruktur
berkelanjutan KAMM
3 Kebijakan pengembangan permukiman; merupakan upaya peningkatan kawasan-kawasan permukiman sampai mencapai taraf layak huni terutama cluster
permukiman yang terbentuk secara linier mengikuti kontur lahan yang beberapa cluster
diantaranya berada pada wilayah topografi yang curam kemiringan lahan diatas 30 dan rawan bencana. Cluster-cluster permukiman juga perlu
dihubungkan dengan kota tani utama agropolis dan antar cluster melalui jaringan
230 jalan poros desa sehingga terbentuk jejaring permukiman yang menjadi satu
kesatuan lingkungan permukiman yang harmonis. 4 Kebijakan penataan ruang; mensosialisasikan Undang-undang Nomor
26 Tahun 2007 beserta peraturan-peraturan turunannya yang telah ada sampai ke tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa, agar zonasi-zonasi dan persentase
penggunaan lahanland allocations presentages LAP tetap sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan dalam RUTR kabupatenkota dan RDTR-
KAMM. Kebijakan di bidang penataan ruang termasuk menetapkan wilayah yang menjadi kota tani agropolis yaitu kota Grabag dan kota tani baru yaitu agropolis
dukun dan ngablak, sehingga struktur dan hierarki ruang KAMM dapat terbentuk dan berfungsi sebagai simpul distribusi dan jasa, pusat perdagangan wilayah,
pusat kegiatan dan pelayanan agroindustri, dan pusat pelayanan fasilitas umum dan fasilitas sosial.
5 Mencetak kader-kader hutan lestari di masing-masing distrikkecamatan, untuk menjaga pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
termasuk konservasi kawasan lindung serta menjaga terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan industri dan permukiman.
6 Kebijakan pengembangan agribisnis; mensosialisasikan dan merekomendasikan kepada masyarakatpetani tentang jenis-jenis komoditas
unggulan pertanian yang cocok dengan potensi agroklimat dataran tinggi Merapi- Merbabu dan potensi lahan yang berasal dari abu vulkanik gunung api, terutama
kelompok komoditas-komoditas hortikultura yang memiliki RC ratio
returncost, lebih besar dari 1 1 yang berarti layak secara financial dan
merekomendasikan komoditas hortikultura berdasarkan prospek pemasaran hasil analisis BCG, yaitu kuadran I “stars” prospek, group produk yang paling
menguntung yaitu cabai, dan kuadran II “cash cows” prospek, group produk yang masih mendatangkan keuntungan dan perlu dipertahankan, yaitu loncang, kapri,
pare, dan kentang. Pemilihan produk yang mempunyai prospek ini, akan membuat para petani memproduksi komoditi hortikultura yang laris di pasaran dan banyak
dikonsumsi masyarakat. Kebijakan mendorong untuk berkembangnya agroindustri di Kawasan
Agropolitan Merapi-Merbabu yang dapat menimbulkan multiplier effect, terutama
231
231 industri manufaktur dalam skala rumah tangga home industry agar masyarakat
mendapat keuntungan secara langsung dari nilai tambah proses pengolahan hasil value added adalah merupakan kebijakan yang sangat mendesak.
7 Kebijakan pengembangan permodalan usahatani; yaitu membuka akses petani ke sumber pembiayaan agar bisa mendapat pinjaman modal usahatani
dengan skim kredit tanpa agunan dengan bunga subsidi, sehingga petani kekurangan modal tidak terjerat oleh para tengkulak dan pengijon yang sangat
memberatkan dan merugikan para petani. 8
Kebijakan pengembangan kelembagaan; perlu mengembangkan lembaga pengelola kawasan agropolitan yang telah ada, baik pengelola di tingkat
birokrasi seperti Pokja Pengembangan kawasan agropolitan tingkat provinsi, kabupaten, dan kawasan berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing,
sehingga pengelolaan kawasan agropolitan dapat berjalan dengan baik dan optimal, maupun lembaga yang ada dimasyarakat seperti gabungan kelompok tani
Gapoktan, kelompok tani andalan nasional KTNA, himpunan kerukunan tani indonesia, dan asosiasi-asosiasi masyarakat lainnya. Pengembangan kelembagaan
pengelola infrastruktur seperti: Pengelola Sub-Terminal Agribisnis Sewukan dan Ngablak sampai ke tingkat masyarakat sangat dibutuhkan agar masyarakat merasa
memiliki dan memanfaatkan serta memelihara infrastruktur tersebut. 9
Kebijakan pengembangan suprastruktur lainnya; yaitu perlunya membangun komiten pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten untuk mendorong KAMM menjadi kawasan agropolitan mandiri yang tidak harus tergantung lagi dengan bantuan dan stimulans
pemerintah. Komitmen pemerintah daerah ini hendaknya diikuti dengan pengalokasian dana APBD I-II terutama untuk pembangunan sektor-sektor yang
manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakatpetani, antara lain untuk subsidi pengadaan pupuk murah, bibit unggul, serta untuk pembangunan
infrastruktur publik seperti jalan desa, irigasi, pasar desa, dan lain-lain. 10 Kebijakan pengembangan kemitraan antara Pemerintah Kabupaten
Magelang dengan pihak-pihak investor dan masyarakat untuk mengembangkan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu secara keseluruhan terutama untuk
mengembangkan dan menggerakkan industrialisasi perdesaan berbasis komoditas
232 pertanian agroindustri, yang meliputi pembangunan industri inti oleh pihak
investor dan industri penunjang oleh masyarakat. Prinsip-prinsip kemitraan ini harus mengandung kesetaraan, transparansi, saling menguntungkan, saling
membutuhkan, dan saling memperkuat.