Geologi dan Jenis Tanah

90 Gambar 29 Peta geologi Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu. Jenis tanah yang dijumpai di KAMM terbentuk oleh proses genesa yang berasal dari bahan induk berupa endapan alluviul, endapan lahar, endapan piroklastik berukuran lempung dan debu atau bahan gunung api. Jenis-jenis tanah dan sebarannya di seluruh KAMM adalah sebagai berikut: a. Tanah Alluvial, tanah ini terjadi dari endapan vulkanik muda atau agak muda, sifat fisik dan kimia beragam dengan warna kelabu dan coklat tua. Jenis tanah ini biasanya digunakan masyarakat untuk tanah pertanian dan permukiman. Sebarannya terdapat di Kecamatan Candimulyo. b. Tanah Latosol, tanah ini terjadi dari abu vulkanik dengan pelapukan yang sudah lanjut, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, keasaman tinggi, kandungan bahan organik rendah. Warna tanah bervariasi dari merah, coklat kemerahan, coklat kekuningan atau kuning. Jenis tanah ini biasa digunakan masyarakat untuk pertanian, perkebunan dan permukiman. Sebarannya terdapat di Kecamatan Grabag dan Ngablak. c. Tanah Regosol, tanah ini berasal dari bahan induk abu vulkanik pada iklim dan ketinggian yang berbeda, warna kelabu sampai coklat dengan porositas tinggi 91 91 dan kandungan bahan organik yang rendah. Jenis tanah ini biasanya digunakan masyarakat untuk pertanian dan permukiman. Sebarannya terdapat di Kecamatan Dukun. d. Tanah Andosol, tanah ini berasal dari bahan vulkanik di dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut dengan iklim dingin dan curah hujan tinggi. Tanah ini bersifat lemah, kandungan bahan organik tinggi, porositas tinggi dan tingkat keasaman sedang sampai tinggi. Tanah ini berwarna kelabu tua, coklat tua sampai hitam dan lapisan tanah di bawahnya berwarna coklat sampai coklat kekuningan. Jenis tanah ini biasanya digunakan masyarakat untuk usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan permukiman. Sebarannya terdapat di Kecamatan Grabag, Ngablak, Pakis dan Sawangan. e. Tanah Litosol, jenis tanah ini umumnya dangkal, berada di atas batuan induk yang keras dan sering ditemui di daerah lereng yang curam dan rentan terhadap erosi, tidak cocok digunakan untuk pertanian dan permukiman. Sebarannya terdapat di Kecamatan Grabag, Pakis, Tegal Rejo, Candimulyo dan Sawangan.

4.1.2.6 Hidrologi

KAMM berada pada Daerah Aliran Sungai DAS Progo. DAS Progo bagian hulu terdapat dua sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo. DAS Progo meliputi daerah di wilayah Kecamatan Tegal Rejo, Grabag, Sawangan, dan Dukun. Potensi hidrologi di KAMM yang dapat dikembangkan antara lain adalah dengan memanfaatkan potensi air permukaan sungai, potensi air permukaan di lereng-lereng bukit, dan potensi air tanah. Potensi hidrologi ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan: a Potensi air permukaan Sungai Progo, mempunyai fluktuasi debit yang relatif besar dan sangat dipengaruhi oleh curah hujan, dengan pengaruh utama dari aliran Sungai Progo yang memiliki debit 30 m 3 detik pada musim kemarau dan 1.200 m3detik pada musim penghujan. Anak sungai yang bermuara ke Sungai Progo seperti Sungai Elo, Blongkeng, Putih, Bening, Tangsi, Pabelan, Bebeng, Lamat, Batang dan Krasak memiliki debit maksimum 225 m3detik pada Sungai Bebeng dan debit minimum 5,5 m3detik pada Sungai Batang. 92 Potensi air permukaan sungai di KAMM dapat dipergunakan untuk pengairan lahan pertanian tanaman pangan, seperti terlihat pada Gambar 30 di bawah ini. Gambar 30 Potensi air permukaan sungai di sekitar KAMM. b Potensi air permukaan di lereng-lereng bukit, dapat dipergunakan untuk pembangkit tenaga listrik microhidro, untuk menerangi desa-desa terutama desa-desa yang belum terjangkau oleh penerangan PLN. Pembangkit tenaga listrik mikrohidro ini juga dapat dijadikan sebagai penopang industrialisasi pertanian di wilayah perdesaan agar terwujud desa mandiri energi. c Potensi air tanah, yang sangat tergantung pada faktor hidrologi, geologi, topografi, ekologi dan tata guna lahan. Air tanah di KAMM berdasarkan hidrologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1 Mandala air tanah gunung strato, yang terletak diantara puncak sampai lereng gunung api Merapi- Merbabu-Sumbing. Kaki bukit ini biasanya berfungsi sebagai daerah dengan potensi tanah yang produktif, sedangkan pada lereng sampai puncak bukit merupakan daerah rawan air tanah, dan 2 Mandala air tanah antar pegunungan, yang berada diantara Gunung Sumbing-Merapi-Merbabu, dimana muka air tanah ini relatif dangkal 10 m dan debit sumur mencapai 4 literdetik. Potensi air tanah ini dapat dimanfaatkan untuk sumber air minum maupun untuk pengairan hortikultura dan perkebunan.

4.1.2.7 Klimatologi

Peranan iklim sangat menentukan terhadap keberhasilan pengembangan