166 Tabel 37 Hasil analisis MDS untuk menentukan tingkat kemandirian KAMM
Dimensi Agropolitan
Indeks Rap-agro Bobot
Indeks Terboboti
Usahatani 84.62 0.49
41.49 Agroindustri 15.64
0.16 2.57 Pemasaran 51.35
0.25 12.87
Infrastruktur 73.26 0.06 4.39
Suprastruktur 66.49 0.04 1.99
Indeks Gabungan 63.31
Sebagaimana telah diuraikan di atas, dimensi tingkat kemandirian kawasan agropolitan yang paling prioritas ditingkatkan adalah dimensi agroindustri
Gambar 63. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa agroindustri belum berkembang di KAMM sehingga nilai tambah yang dapat dinikmati oleh kawasan
ini dari produk olahan hortikultura yang dihasilkan belum optimal. Sebagian besar produk yang dihasilkan dari KAMM dijual dalam bentuk produk primer.
Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan produk tersebut akan dinikmati oleh kawasan di luar agropolitan.
Gambar 63 Diagram layang-layang tingkat kemandirian KAMM .
Prioritas berikutnya yang perlu ditingkatkan adalah aspek pemasaran. Sekalipun sub-terminal agribisnis STA sudah ada dan berfungsi cukup baik,
tetapi sebagian besar pemasaran dilakukan tanpa sistem yang baik. Pedagang perantara di STA senantiasa berebut barang dagangan yang dibawa ke STA oleh
84.62
15.64
51.35 73.17
66.49 20
40 60
80 100
Usahatani
Agroindustri
Pemasaran Infrastruktur
Suprastruktur
167
167 pedagang pengumpul desa atau oleh petani, kemudian pedagang perantara di STA
tersebut menjual barang ke pedagang pengumpul dari luar kawasan. Di KAMM agroindustri komoditas unggulan sayur-sayuran belum berkembang secara
signifikan. Sebagian besar produk komoditas unggulan yang diproduksi di kawasan tersebut umumnya dijual dalam bentuk produk primer tanpa ada
perlakuan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah. Hanya sebagian kecil saja, untuk tujuan pemasaran ke luar Pulau Jawa ada perlakuan pemberian bahan
untuk memperlambat hilangnya kadar air dan pengepakan.
4.3.7. Agroindustri Sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian KAMM
Agroindustri adalah industri berbasis pertanian yang meliputi industri pengolahan pertanian dalam arti luas dan jasa penunjangnya. Agroindustri
memiliki keunggulan karena 1 berbasis pada potensi SDA dalam negeri, sehingga dapat memulihkan dan memacu pertumbuhan ekonomi, 2
industrialisasi sektor pertanian dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing, 3 sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat, 4 sifat sektor
pertanian yang bertumpu pada proses biologis dengan memanfaatkan SDA di wilayah perdesaan, 5 karakteristik sektor pertanian sebagai bahan baku indiustri
yang mudah rusak dan tergantung pada alam, dan 6 karakteristik sektor industri memiliki fleksibilitas tinggi.
Keberadaan agroindustri dalam sistem pengembangan kemandirian KAMM, merupakan penyempurna yang merangkai semua komponen menjadi satu
kesatuan pengembangan yang kuat, utuh dan menyeluruh. Ini berarti bahwa pengembangan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan memenuhi
permintaan pasar melalui penguatan industri hilir dan ke belakang memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian. Keterpaduan yang dibangun melalui
pengembangan agroindustri mempunyai dimensi yang amat luas mulai dari penguatan pasar hasil pertanian sampai dengan pembentukan nilai tambah dan
daya saing komoditas pertanian, seperti disajikan pada gambar 64.
168
Source : Schffrus, Schorader, and earle 1998 dalam Tajudin 2007
Gambar 64. Sistem Pengembangan agribisnis dan KAMM Peran agroindustri di KAMM sangat penting dalam rangka menuju kawasan
agropolitan mandiri. Kesadaran bahwa pembangunan pertanian dalam konteks global dinilai tidak bermakna dalam era globalisasi karena terjadinya peningkatan
mobile capital dan adanya kebijakan yang mendorong investasi di KAMM. Hal
ini menyebabkan munculnya pemikiran yang berpihak pada sektor non-pertanian justru yang lebih potensial untuk mengurangi kemiskinan Haggblade, Hazell, and
Reardon, 2001. Menafikan keberadaan pertanian yang dinamis dalam situasi keterbatasan pembiayaan, keberadaan tenaga kerja, dan kekurangan pengajaran
memperjelas hubungan antara sektor non-pertanian dan ketimpangan pendapatan Reardon at al., 2000. Bank Dunia meyakini bahwa tantangan dunia ketiga
adalah pembangunan struktur pertanian dan standar kehidupan petani Harriss, 1992. Disinilah peran industrialisasi perdesaan berbasis pertanian sangat penting.