Struktur dan Hierarki Ruang Kawasan Agropolitan

113 113 3 Kota tani utama agropolis dan kota tani, dengan fungsi dan kegiatan yang dikembangkan adalah sebagai berikut: − Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis. − Pusat konsentrasi pengolahan dan kegiatan agroindustri berupa pengolahan barang pertanian jadi final product dan setengah jadi intermediate product serta kegiatan agribisnis, dalam skala menengahbesar. − Pusat pelayanan agro industri khusus special agro-industry services, pendidikan, pelatihan dan pengembangan tanaman unggulan. − Pusat konsentrasi penduduk, perumahan dan permukiman, fasilitas umumpublik fasilitas pendidikan, kesehatan, pusat perbelanjaan, administrasi pemerintahan, dan lain-lain. 4 Kota pemasaran akhir outlet, dengan fungsi dan kegiatan yang dikembangkan adalah sebagai berikut: − Kota Perdagangan yang berorientasi ekspor ke luar daerah regional dan nasional − Pusat berbagai kegiatan final manufacturing industri pertanian packing, stock pergudangan dan perdagangan bursa komoditas. − Pusat berbagai kegiatan tertier agribisnis, jasa perdagangan, asuransi pertanian, perbankan dan keuangan. − Pusat berbagai pelayanan general agro industry services Hasil analisis struktur dan hierarki ruang KAMM, menggunakan metode analisis matriks potensial, maka: 1 Wilayah yang menjadi kawasan sentra produksi KSP, dengan kriteria penilaian terhadap komoditas hortikultura yang dimiliki KAMM, meliputi: Kecamatan Tegal Rejo semua desa = 5 desa, Kecamatan Dukun semua desa = 15 desa, Kecamatan Pakis semua desa = 20 desa, Kecamatan Sawangan semua desa = 16 desa, Kecamatan Candimulyo semua desa = 4 desa , dan Kecamatan Grabag semua desa = 21 desa. 2 Wilayah yang memenuhi syarat menjadi kota tani utama agropolis dan kota tani, dengan kriteria penilaian terhadap potensi agriculture, penduduk, luas 114 area, infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang dimiliki KAMM. Dari hasil analisis, yang menjadi kota tani utama adalah Kota Grabag dengan skor indeks kumulatif fasilitas umum IKFU 641,08, dan yang memenuhi syarat menjadi kota tani adalah Kota Dukun dengan skor 342,71 dan Kota Ngablak dengan skor 294,85. Sedangkan distrik lainnya yaitu Pakis, Candimulyo, Sawangan, dan Tegalrejo belum memenuhi syarat untuk berfungsi sebagai kota tani, namun harus tetap didorong menjadi kota tani new agropolis agar masing-masing kecamatandistrik mempunyai agropolis sebagai simpul distribusipusat pengembangan agropolitan, dan perkembangan KAMM dapat tercapai lebih cepat. Hasil analisis penentuan kota tani agropolis di KAMM disajikan pada Tabel 19, sedangkan analisis matriks indeks kumulatif fasilitas umum IKFU KAMM disajikan pada Lampiran 5. Tabel 19 Hasil analisis penentuan kota tani agropolis di KAMM No DistrikKecamatan Kota tani agropolis Nilai IKFU 1. Grabag Kota tani utama 641,08 2. Dukun Kota tani 342,70 3. Ngablak Kota tani 294,85 4. Pakis - 164,58 5. Candimulyo - 155,56 6. Sawangan - 155,10 7. Tegalrejo - 143,84 Sumber data: Hasil olahan studio 3 Wilayah yang menjadi kota pemasaran akhir outlet, dengan kriteria penilaian terhadap: Permintaan demand, pelayanan, jarak dan waktu tempuh, sarana transportasi, kelengkapan infrastruktur penunjang pemasaran yang dimiliki kota-kota pemasaran akhir. Kriteria nilai indeks kumulatif potensial agricultura demand IKPAD dari kota pemasaran akhir outlet diklasifikasikan ke dalam empat kelompok: a nilai indeks 0-24: kota pemasaran tersebut mempunyai komoditas hortikultura yang sejenis dan mencukupi. b nilai indeks 25-49: kota pemasaran tersebut bisa mendapatkan 115 115 komoditas hortikultura dari kawasan sekitarterdekat namun masih tetap kurang. c nilai indeks 50-74: kota pemasaran tersebut mempunyai komoditas hortikultura namun tidak mencukupi kebutuhan. d nilai indeks 75-100: kota pemasaran tersebut tidak mempunyai komoditas hortikultura sehingga sangat membutuhkan dari daerah lain. Hasil analisis dengan menggunakan analisis matriks indeks kumulatif potensial agriculture demand IKPAD memperlihatkan bahwa kota-kota yang menjadi kota pemasaran akhir produk hortikultura dari KAMM, dalam skala regional meliputi: Kota Semarang, Jogjakarta, Cilacap, Magetan, Malang, Surabaya, Bangkalan, Bandung, Jakarta. Adapun dalam skala nasional meliputi: Kota Banjarmasin, Pangkalan Bun, Pontianak, Balikpapan, Lampung, Palembang, Pangkal Pinang, Pekan Baru, Batam, dan Denpasar. Struktur dan hierarki ruang KAMM berdasarkan distrik-distrik dan tata ruang disajikan pada Gambar 36 sedangkan struktur dan hierarki ruang berdasarkan perwilayahan komoditas disajikan pada Gambar 37. Gambar 36 Struktur dan hierarki ruang KAMM berdasarkan distrik-distrik agropolitan. I I I I 116 Wilayah Peternakan Sapi Wilayah Sayuran Dataran Tinggi Wilayah Industri Pengolahan Grabag Ngablak Pakis Dukun Sawangan C Mulyo T Rejo Gambar 37 Struktur ruang KAMM berdasarkan perwilayahan komoditas.

4.2.1.2 Penggunaan Lahan di Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu

Penggunaan lahan di KAMM dengan total luas 39.912 Ha, atau 36,76 dari luas Kabupaten Magelang yaitu 108.573 Ha. Penggunaan lahan di KAMM antara lain 25,73 merupakan lahan sawah lahan basah dan 74,27 terdiri dari lahan kering. Persentase penggunaan lahan sawah dibagi menjadi : lahan berpengairan teknis luasnya 679 Ha 5,87 , lahan berpengairan semi teknis 1.565 Ha 13,54 , lahan berpengairan sederhana 5.377 Ha 46,51 dan sawah tadah hujan 3.938 Ha 34,07 . Penggunaan lahan kering dibagi menjadi lahan untuk bangunan dan halaman seluas 1.480,27 Ha 3,70 , lahan untuk tegalankebunladanghuma seluas 20.307 Ha 60,13 , lahan berupa padang rumput 2 Ha 0,0019 , lahan untuk tanaman kayu 1.000 Ha 2,96 . Adapun lahan berupa hutan negara luasnya 4.122 Ha 12,20 , lahan perkebunan negara 91 Ha 0,27 , lahan yang digunakan untuk kegiatan lain-lain 2.253 Ha 6,67 , serta lahan bukan sawah selain lahan kering yaitu untuk kolam seluas 29 Ha 0,06 . Secara keseluruhan penggunaan lahan di KAMM disajikan pada Tabel 20 dan persentase perubahannya disajikan pada Gambar 38. 117 117 Tabel 20 Penggunaan lahan dan perubahannya di KAMM No Penggunaan Lahan Tahun 2004 Awal Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Akhir Ha Ha Perubahan Ha Perubahan Ha Perubahan 1. Lahan Sawah 10.278 25,75 10.269 25,73 Berkurang 9 Ha 10.281 25,76 Bertambah 12 Ha 10.330 25,88 Bertambah 49 Ha - Lahan dengan irigasi teknis 562 1,41 562 1,41 Tetap 562 1,41 Tetap 562 1,41 Tetap - Lahan dengan irigasi semi teknis 1.582 3,96 1.565 3,92 Berkurang 17 Ha 1.577 3,95 Bertambah 12 Ha 1.589 3,98 Bertambah 15 Ha - Lahan dengan irigasi sederhana 4.592 11,51 4.589 11,50 Berkurang 3 Ha 4.604 11,53 Bertambah 15 Ha 4.624 11,58 Bertambah 20 Ha - Sawah tadah hujan 3.542 8,87 3.553 8,90 Bertambah 11 Ha 3.538 8,86 Berkurang 15 Ha 3.555 8,90 Berkurang 17 Ha 2. Lahan Kering 29.634 74,25 29.643 74,27 Bertambah 9 Ha 29.631 74,24 Berkurang 12 Ha 29.582 74,12 Berkurang 49 Ha 0,12 - Lahan untuk bangunan dan pekarangan 1.480,2 3,70 1.488,2 3,72 Bertambah 8 Ha 1.497,2 3,75 Bertambah 9 Ha 1.508, 2 3,77 Bertambah 11 Ha