Skenario Pembangunan Infrastruktur Kawasan Agropolitan

203 203 dikembangkan dengan melakukan simulasi intervensi terhadap variabel infrastruktur penunjang usahatani, pemasaran dan pengolahan hasil komoditas sayuran dengan indikator nilai ekonomi kawasan dan jumlah pengangguran sebagai indikator kemajuan pembangunan kawasan agropolitan. Variabel yang diintervensi tersebut adalah input yang dapat terkontrol dari sistem pengembangan infrastruktur kawasan agropolitan menuju kawasan agropolitan mandiri. Skenario yang dikaji adalah berbagai alternatif intervensi yang dapat dikategorikan sebagai skenario pesimis, moderat dan optimis. Skenario pesimis adalah meningkatkan sebagian variabel dari kondisi existing ke kondisi yang lebih baik dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur penunjang usahatani. Skenario moderat adalah meningkatkan sebagian besar variabel ke kondisi yang lebih baik melalui pembangunan infrastruktur penunjang usahatani dan infrastruktur pemasaran. Skenario optimis adalah meningkatkan kondisi seluruh variabel menjadi lebih baik, melalui pembangunan infrastruktur penunjang usahatani, pemasaran dan pengolahan hasil. Intervensi dilakukan dengan meningkatkan kapasitas infrastruktur sebesar 100 dari kondisi existing dan dilakukan secara bertahap. Skenario Pesimis Pada skenario pesimis, peningkatan infrastruktur dilakukan hanya pada infrastruktur jalan yang berupa jalan usahatani, jalan poros dan jalan desa-kota. Skenario ini diharapkan akan meningkatkan pengangkutan sarana produksi ke lahan petani dan meningkatkan pengangkutan produk usahatani ke luar lahan pertanian. Hasil simulasi skenario ini menunjukkan bahwa dengan pembangunan infrastruktur jalan ternyata mampu meningkatkan laju produksi sekalipun dalam intensitas yang tidak terlalu tinggi. Trend laju produksi hampir sama dengan tren laju produksi kondisi eksisting Gambar 86. Pembangunan infrastruktur jalan ini relatif meningkatkan laju produksi sayuran. Pada tahun 2010, jika pembangunan infrastruktur dilakukan meningkatkan laju produksi sebesar 1,55 tetapi 25 tahun kemudian akan mencapai peningkatan 8,3 dibandingkan dengan laju produksi pada kondisi existing Tabel 50. Peningkatan laju produksi tersebut terkait 204 dengan dukungan infrastruktur terhadap meningkatnya laju pengangkutan sarana produksi sehingga aktivitas usahatani akan semakin meningkat. Gambar 86 Simulasi skenario pengembangan infrastruktur KAMM, Kabupaten Magelang, terhadap laju produksi sayuran: kondisi existing lj_prod, skenario 1 pesimis lj_prod_1, skenario 2 moderat lj_prod_2, skenario 3 optimis lj_prod_3. Tabel 50 Simulasi skenario pengembangan infrastruktur KAMM, terhadap laju produksi sayuran Tahun Laju produksi sayuran tonth Existing Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 2010 86.339,42 87.678,85 1,55 96.123,33 11,33 96.123,33 11,33 2015 87.814,06 90.553,56 3,12 100.472,38 14,41 100.472,38 14,41 2020 88.677,41 92.821,80 4,67 103.629,22 16,86 103.629,22 16,86 2025 89.369,93 94.823,04 6,10 105.867,90 18,46 105.867,90 18,46 2030 89.132,72 95.794,75 7,47 107.231,67 20,31 107.231,67 20,31 2035 88.781,46 96.617,26 8,83 108.253,14 21,93 108.253,14 21,93 Pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan di samping meningkatkan laju produksi sayuran, juga meningkatkan jumlah barang yang dapat dipasarkan. Peningkatan laju produksi dan pemasaran menyebabkan ekonomi total kawasan secara langsung akan meningkat sekalipun intensitas peningkatannya masih rendah dengan pola yang hampir sama dengan kondisi existing Gambar 87. Secara kuantitatif, dampak pembangunan infrastruktur jalan yang dibangun secara 2015 2020 2025 2030 2035 50.000 100.000 lj_prod lj_prod_1 lj_prod_2 lj_prod_3 Tahun Laj u Pro duk si t on 205 205 bertahap selama 25 tahun akan meningkatkan nilai ekonomi total sebesar 8,83 dibandingkan kondisi tanpa peningkatan infrastruktur jalan Tabel 51. Gambar 87 Simulasi skenario pengembangan infrastruktur KAMM, terhadap nilai ekonomi total: kondisi existing EKON_TOT, skenario 1 pesimis EKON_TOT_1, skenario 2 moderat EKON_TOT_2, skenario 3 optimis EKON_TOT_3. Tabel 51 Simulasi skenario pengembangan infrastruktur KAMM, terhadap ekonomi total kawasan. Tahun Ekonomi total kawasan Rp 1000 Existing Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 2010 51.843.654 52.611.311 1,48 57.678.399 11,25 70.280.180 35,56 2015 52.692.434 54.336.133 3,12 60.288.027 14,41 79.966.715 51,76 2020 53.210.448 55.697.079 4,67 62.182.332 16,86 89.112.162 67,47 2025 53.625.957 56.897.826 6,10 63.525.737 18,46 97.801.010 82,38 2030 53.483.632 57.480.847 7,47 64.344.202 20,31 105.922.547 98,05 2035 53.272.877 57.974.357 8,83 64.957.282 21,93 113.856.775 113,72 Pada kondisi existing, jumlah pengangguran cenderung meningkat karena pertumbuhan angkatan kerja selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja dan hal tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Pembangunan infrastruktur jalan yang berdampak tidak langsung terhadap peningkatan produktivitas kawasan sedikit menekan laju pertumbuhan pengangguran, sekalipun masih sangat rendah Gambar 88. Intervensi yang dilakukan tersebut hanya mampu mengurangi angka 2015 2020 2025 2030 2035 50.000.000.000 75.000.000.000 100.000.000.000 EKON_TOT EKON_TOT_1 EKON_TOT_2 EKON_TOT_3 Tahun Ekon om i Tot a l Rp 206 pengangguran sebesar 0,66 pada awal simulasi dan 3,09 pada tahun 2035 Tabel 52. Gambar 88 Simulasi skenario pengembangan infrastruktur KAMM, terhadap pengangguran: kondisi existing PEGGR, skenario 1 pesimis PEGGR_1, skenario 2 moderat PEGGR_2, skenario 3 optimis PEGGR_3. Tabel 52 Simulasi skenario pengembangan infrastruktur KAMM, terhadap tingkat pengangguran di kawasan Tahun Tingkat pengangguran Existing Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 2010 54.029.285 54.829.308 1,48 60.110.014 11,25 73.196.749 35,48 2015 54.913.798 56.626.796 3,12 62.829.600 14,41 83.204.434 51,52 2020 54.453.591 58.045.058 6,60 64.803.690 19,01 92.690.853 70,22 2025 55.886.549 59.296.354 6,10 66.203.642 18,46 101.701.397 81,98 2030 55.738.148 59.903.872 7,47 67.056.511 20,31 110.120.683 97,57 2035 55.518.427 60.418.098 8,83 67.695.330 21,93 118.344.738 113,16 Skenario Moderat Pada skenario moderat, peningkatan infrastruktur dilakukan pada infrastruktur jalan yang berupa jalan usahatani, jalan poros dan jalan desa-kota; peningkatan jaringan irigasi dan peningkatan kapasitas Sub terminal agribisnis STA. Skenario ini diharapkan akan meningkatkan pengangkutan sarana produksi ke lahan petani dan meningkatkan pengangkutan produk usahatani ke luar lahan pertanian, meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan 2015 2020 2025 2030 2035 55.000 60.000 65.000 70.000 75.000 PEGGR PEGGR_1 PEGGR_2 PEGGR_3 Tahun J u ml ah Peng a n g gur a n j iw a 207 207 frekuensi tanam karena ketersediaan air di musim kemarau meningkat, dan meningkatkan pemasaran. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan dan irigasi secara bersama-sama meningkatkan laju produksi Gambar 86. Secara kuantitatif, dampak pembangunan infrastruktur dalam skenario ini akan meningkatkan laju produksi sayuran sebesar 11,33 pada tahun 2010 dan 21,93 pada tahun 2035 dibandingkan dengan tanpa intervensi Tabel 50. Jalan usahatani dan jalan poros membantu peningkatan sarana produksi yang sampai ke lahan petani dan peningkatan angkutan hasil panen dari lahan petani. Adanya peningkatan infrastruktur air pertanian menyebabkan peningkatan frekuensi tanam karena lahan-lahan kering yang tidak dapat digunakan pada musim kemarau dapat dimanfaatkan untuk menanam sayuran dengan adanya sarana irigasi. Infrastruktur jalan poros dan jalan penghubung desa-kota serta peningkatan kapasitas STA akan meningkatkan secara signifikan pemasaran jumlah produk yang dihasilkan usahatani, pada akhirnya berdampak pada peningkatan nilai ekonomi total kawasan Gambar 87. Peningkatan tersebut akan mencapai 11,25 pada tahun 2010 dan 21,93 pada tahun 2035, dibandingkan kondisi tanpa pembangunan infrastruktur Tabel 51. Di samping lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi tanpa intervensi, terlihat pula ada tren nilai ekonomi total kawasan yang meningkat pula dari tahun ke tahun selama periode simulasi. Simulasi pembangunan infrastruktur juga dapat menurunkan jumlah pengangguran secara signifikan dibandingkan dengan kondisi tanpa intervensi Gambar 88. Pada Gambar tersebut juga terlihat bahwa sekalipun angka pengangguran masih cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan skenario moderat ini peningkatan angka pengangguran tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kondisi tanpa intervensi. Secara kuantitatif, pembangunan infrastruktur dapat mengurangi 5,07 angka pengangguran pada tahun 2010. Sedangkan pada akhir tahun 2035 penurunan jumlah pengangguran akan mencapai 7,69 dibandingkan dengan kondisi tanpa pembangunan infrastruktur Tabel 52. Skenario Optimis Pada skenario optimis, peningkatan infrastruktur dilakukan pada infrastruktur jalan yang berupa jalan usahatani, jalan poros dan jalan desa-kota; 208 peningkatan jaringan irigasi, peningkatan kapasitas Sub terminal agribisnis STA; dan pembangunan sarana home industry pengolahan cabai khususnya cabai merah menjadi produk olahan cabai giling serbuk. Skenario ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas lahan, pemasaran dan agroindustri. Pembangunan infrastruktur jalan akan pengangkutan sarana produksi ke lahan petani dan meningkatkan pengangkutan produk usahatani ke luar lahan pertanian, meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan frekuensi tanam karena ketersediaan air di musim kemarau meningkat, dan meningkatkan pemasaran. Skenario tersebut akan dapat meningkatkan kegiatan agroindustri yang akan meningkatkan nilai tambah produk sayuran tertentu. Simulasi skenario optimis ini akan meningkatkan laju produksi sayuran secara signifikan karena pembangunan infrastruktur jalan usahatani, jalan poros dan jaringan irigasi yang akan meningkatkan produktivitas lahan Gambar 86. Intensitas peningkatan laju produksi sayuran akan mencapai 11,33 pada tahun 2010 dan 21,93 pada tahun 2035 dibandingkan kondisi tanpa intervensi Tabel 50. Pembangunan sarana home industry akan meningkatkan produk olahan dan nilai tambah produk sayuran tertentu cabai merah. Pembangunan jalan penghubung desa-kota dan peningkatan kapasitas sub terminal agribisnis akan meningkatkan pemasaran sayuran segar maupun olahan. Peningkatan produk yang dapat dipasarkan maka akan meningkatkan nilai ekonomi total kawasan. Pembangunan infrastruktur penunjang usahatani, agroindustri dan pemasaran sekaligus akan meningkatkan nilai ekonomi total kawasan dengan sangat signifikan dengan tren yang semakin meningkat setiap tahun Gambar 87. Skenario ini diharapkan akan dapat meningkatkan nilai ekonomi total kawasan sebesar 35,56 pada awal simulasi dan 113,72 pada tahun 2035 dibandingkan dengan kondisi tanpa pembangunan infrastruktur Tabel 51. Skenario optimis ini juga berimplikasi terhadap penurunan angka pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan pada skenario yang lain Gambar 88. Trend penurunan angka pengangguran juga semakin meningkat setiap tahunnya. Sekalipun belum dapat menyelesaikan persoalan pengangguran yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, skenario pembangunan infrastruktur ini mampu menekan angka penggangguran yang 209 209 relatif tinggi, yaitu 5,69 pada tahun 2010 dan 9,53 pada tahun 2035 dibandingkan dengan kondisi tanpa intervensi Tabel 52. Hasil analisis skenario pembangunan infrastruktur berikut keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan mandiri disajikan pada Tabel 53. Berdasarkan tabel tersebut, hasil prediksi yang bisa dicapai jika skenario pesimis dijalankan adalah sebatas meningkatnya a laju produksi 87.678 ton pada tahun 2010 menjadi 96.617 ton pada tahun 2035. b ekonomi total sebesar Rp 52,61 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 57,97 milyar pada tahun 2035. c penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 54.829 jiwa menjadi 60.418 jiwa pada tahun 2035. Hasil prediksi jika skenario moderat dijalankan, bisa menambah laju produksi ke tingkat yang lebih tinggi, sekaligus memperluas jaringan hasil produksi melalui STA yang ada, yaitu a meningkatnya laju produksi dari 96.123 ton pada tahun 2010 menjadi 108.253 ton pada tahun 2035. b ekonomi total sebesar Rp 57,67 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 64,95 milyar pada tahun 2035. c penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 60.110 jiwa menjadi 67.695 jiwa pada tahun 2035. Hasil paling optimal yang bisa dilakukan adalah dengan menjalankan skenario optimis, di mana selain bisa mencapai peningkatan laju produksi dan jaringan pemasaran, juga bisa meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui pengolahan hasil. Hasil prediksi skenario optimis a meningkatnya laju produksi dari 96.123 ton pada tahun 2010 menjadi 108.253 ton pada tahun 2035. b ekonomi total sebesar Rp 70,28 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 113,85 milyar pada tahun 2035. c penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 73.196 jiwa menjadi 118.344 jiwa pada tahun 2035. Skenario yang dipilih adalah skenario optimis, karena akan berdampak secara signifikan dalam meningkatkan ekonomi total kawasan dan penurunan tingkat pengangguran, dan pengembangan agribisnis di KAMM dapat berjalan secara utuh dan menyeluruh mulai dari pengembangan usahatani, pengolahan hasil, serta pemasaran hasil pertanian. 210 Tabel 53 Skenario pembangunan infrastruktur dan keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan dalam menuju kawasan agropolitan mandiri Variabel intervensi Tahun Skenario Eksisting Pesimis Moderat Optimis Jalan usahatani km T-01 70,00 79,80 79,80 79,80 T-25 72,90 119,80 119,80 119,80 Jalan poros km T-01 30,10 30,70 30,70 30,70 T-25 32,30 45,75 45,75 45,75 Jalan desa-kota km T-01 20,40 20,81 20,81 20,81 T-25 24,30 31,01 31,01 31,01 Jaringan irigasi km T-01 20,30 - 20,71 20,71 T-25 25,90 30,86 30,86 Kapasitas STA ton T-01 7.450,00 - 3.077,00 3.077,00 T-25 9.270,00 80.000,00 80.000,00 Home industry unit T-01 10,00 - - 10,00 T-25 27,00 - - 27,00 Laju Produksi tontahun T-01 86.339,00 87.678,00 96.123,00 96.123,00 T-25 88.781,00 96.617,00 108.253,00 108.253,00 Ekonomi Total Rp 1000 T-01 51.843.654,00 52.611.311,00 57.678.399,00 70.280.180,00 T-25 53.272.877,00 57.974.357,00 64.957.282,00 113.856.775,00 Tingkat Pengangguran jiwa T-01 54.029.285,00 54.829.308,00 60.110.014,00 73.196.749,00 T-25 55.518.427,00 60.418.098,00 67.695.330,00 118.344.738,00

4.4.7 Norma, Standar, Prosedur, Kriteria NSPK Infrastruktur KAMM

Infrastruktur yang dibangun di kawasan agropolitan harus memenuhi aspek-aspek kecukupan dan kelayakan secara teknis, sosial, ekonomi, dan manfaat baik infrastruktur penunjang agribisnis maupun penunjang politan agropolis. Aspek teknis : - memenuhi ukuran yang cukup; konstruksi yang kuat, dan berusia lama. Aspek sosial : - dapat mempersatukan komunitas dan jejaring masyarakat, nyaman untuk digunakan, kesehatan lingkungan terpenuhi, dan mempunyai estetika. Aspek ekonomi : - efisien, efektif, dan menguntungkan. Aspek manfaat : - bermanfaat, mempunyai tingkat pelayanan yang luas, dan mudah dipelihara dan dioperasikan. Norma, standar, prosedur, kriteria NSPK infrastruktur KAMM, disajikan pada Lampiran 10.

4.4.8 Pembiayaan Infrastruktur KAMM

Kegiatan yang dikembangkan di kawasan agropolitan bersifat multi sektor, 211 211 sehingga pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan pada prinsipnya juga bersifat multi finance, yang dibiayai secara bersama antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, swasta dan masyarakat. Kesepakatan pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan secara keseluruhan dalam jangka panjang dituangkan dalam master plan kawasan agropolitan, sedangkan kesepakatan pembiayaan masing-masing sektor dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah RPJM, sedangkan kesepakatan rencana pembiayaan tahunan dituangkan dalam nota kesepakatan bersama MOU antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Mengingat porsi pembiayaan yang didasarkan pada azas bantuan, maka porsi pembiayaan antara yang membantu pemerintah pusat dengan yang dibantu pemerintah daerah seharusnya lebih besar porsi pemerintah daerah daripada pemerintah pusat. Model pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan yang digulirkan oleh pemerintah pada fase I tahun 2002-2007 dengan porsi pembiayaan pemerintah pusat melalui APBN Murni sebesar 70 dan porsi pembiayaan pemerintah provinsi kabupaten melalui APBD I-II 30, dinilai kurang tepat dan kurang proporsional karena cenderung akan mendorong pemerintah daerah berlomba-lomba mengembangkan kawasan agropolitan dengan harapan akan mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah pusat. Bahkan dengan porsi pembiayaan pusat 70 : daerah 30 pun terkadang tidak dipenuhi oleh pemerintah daerah, bahkan ada pemerintah daerah yang hanya menjadi penonton dalam pengembangan kawasan agropolitan karena tidak mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan wilayah perdesaan berbasis pertanian. Namun sebaliknya banyak juga pemerintah daerah yang mengembangkan kawasan agropolitan secara mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat. Porsi pembiayaan di era otonomi daerah saat ini yang paling tepat adalah dengan memberdayakan dan mengandalkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing kabupatenkota, sedangkan pemerintah pusat seyogianya hanya membantu pada pembangunan sektor-sektor publik yang tidak dalam kapasitas kemampuan pemerintah daerah untuk membangunnya. Berdasarkan konsep pemberdayaan pemerintah daerah seperti ini maka porsi